Pertemuan

60 6 2
                                    


“Udah siap dek? Kalau sekiranya udah gak ada yang ketinggalan kita berangkat sekarang.”

“Udah kak insyaAllah gak ada yang ketinggalan”

“Yaudah kalau gitu ayo berangkat, ntar keburu siang kan panas”

“Iya kak, kakak udah sarapan kan tapi?”

"Udah sayang, perhatian amat sih.” Faaz tersenyum menggoda pada lawan bicaranya tersebut.

Hira tak menjawab, ia berlalu menuju ke luar rumah malu sekaligus senang karena dia begitu spesial.

“Kak cepetan dong.” Hira berteriak memanggil Faaz yang tak kunjung keluar.

“Katanya keburu panas tapi malah gak keluar-keluar gimana sih kak Faaz ini”

“Iya dek tunggu sebentar,” sambil berjalan menuju teras.

“Lama amat sih kak?”

“Iya dek maaf banget, tiba-tiba perut kakak mules”

“Yaelah kakak sayang, kenapa gak bilang dari tadi.”

“Hehehe, keburu. Ya udah ayo berangkat.”

“Iya ayo.”

Mereka berangkat menuju rumah kakek dan nenek dengan menggunakan scoopy merah milik Faaz, tak lupa mereka mencari masjid terlebih dahulu untuk sholat sunnah sebelum safar.

Setelah sampai disebuah masjid mereka langsung menuju tempat sholat, karena mereka masih dalam keadaan berwudhu.
Setelah sholat mereka melanjutkan perjalanan, sedangkan matahari mulai meninggi dan teriknya membuat semua tak kuasa berlama-lama berada dibawahnya. Bak tumbuhan yang lama kelamaan jika tidak disiram ia akan mati, manusia pun seperti itu tak akan kuat dengan panasnya matahari dunia.

Tiba-tiba punggung Faaz terasa berat. Seperti ada sesuatu yang bersandar padanya, setelah dilihat dari spion,
“Astaughfirullahaladzim dek.” Ia memberhentikan kendaraannya di tepi jalan dan menggoyangkan tubuh Mita berharap ia segera sadar dari pinsannya.

“Kalau udah gini mau gimana lagi, jalan sepi dan jarang kendaraan lewat.”

Faaz menurunkan adik tercintanya di tepi jalan kemudian disandarkan di sebuah pohon.

Ia mengeluarkan semua yang ada di dalam tas Hira, berharap menemukan sesuatu yang dapat menyadarkannya.

“Alhamdulillah ada ini,” Ia mengeluarkan minyak kayu putih kemudian melakukan seperti kebanyakan orang untuk menyadarkan orang yang pinsan. Namun hasilnya nihil, mungkin jika Mita sadar ia akan merasa panas karena banyaknya minyak kayu putih yang dioleskan ketubuhnya.

“Mungkin dengan air,” Faaz tak lelah terus mencoba menyadarkannya. Menyipratkan air kewajah juga tak membuatnya sadar.

Rasa cemas mulai merasuki fikirannya, hawatir sesuatu yang tidak dinginkan menimpa orang terkasihnya ini. Hingga waktu sholat dhuhur pun tiba, ia berwudhu menggunakan air mineral yang dibawa sebagai bekal, dan berdoa agar Allah memberinya petunjuk. Setelah berwudhu ia mengambil salah satu kerudung dari dalam tas untuk dijadikan alas.

####

“Pak..pak kayaknya orang di tepi jalan itu sedang membutuhkan bantuan deh.”

“Iya Mas sepertinya, tapi kan kita lagi ada acara?”

“Kan acaranya masih nanti habis ashar, sekarang baru masuk dhuhur dan tempatnya juga sudah deket.”

“Iya Mas kita berhenti di depan.”

Sepertinya aku pernah tau wajah perempuan itu, tapi siapa dan dimana aku bertemu dengannya? Ah sudahlah mungkin mereka mirip atau mungkin aku hanya sekilas melihat wajahnya di suatu tempat tapi tidak mengenalnya.

"Mas Auf tapi ini daerah sepi loh, takutnya mereka mempunyai komplotan yang tidak baik”

“Hush, jangan suudzon kamu!!! Gak baik.”

“Kan kita cuma jaga-jaga aja Mas, jaman sekarang banyak kejahatan yang bermodus Mas.”

Ah anak ini menyebarkan fikiran negatif saja padaku, tapi aku yakin banget kalau daerah sini insyaAllah aman.

“Iya juga sih kamu bener Badrul, tapi saya masih ingat kalau daerah sini dari dulu aman-aman saja, karena banyak ulama yang beramar ma’ruf nahi munkar di daerah sini.”

“Mas Auf kan udah lama pindah dari sini mas”

“Iya kamu bener lagi Rul, tapi aku yang jamin insyaAllah kita akan aman. Setelah saya turun kunci saja pintunya, kalau ada gerak gerik mencurigakan langsung saja tancap gas pak pergi dari tempat ini! Cari bantuan dari warga, di depan ada perkampungan padat penduduk yang bisa membantu.”

Aku kalau terus menanggapi perkataan Badrul gak bakal kelar sampai tahun baru, aku langsung turun aja.

“Tapi mas-”

Benar saja kan, memang si Badrul itu kalau disuruh berargumen memang jago.

####

“Assalamualaikum mas.” Seseorang tiba-tiba menghampiri Faaz yang belum menyelesaikan sholat dhuhurnya. Melihat orang yang diberi salam tak kunjung memberi jawaban ia mengulanginya.
Faaz tetap melanjutkan sholatnya yang kurang 2 rokaat. Auf menoleh kearah teman-temannya yang berada di mobil memastikan bahwa tidak akan ada keburukan yang terjadi. Setelah itu ia menoleh kearah perempuan yang bersandar di pohon dalam keadaan mata terpejam.

“Sepertinya wanita ini sedang tidak baik keadaannya, ia harus segera mendapatkan perawatan,” Auf membatin miris melihat keadaan wanita yang ada di hadapannya. Bibirnya putih pucat tapi wajahnya merah padam seakan menahan marah atau menahan panas yang sangat.
Setelah salam Faaz langsung bersujud syukur, karena Dia telah mengirimkan jawaban atas doanya.

“Waalaikum salam Mas.” Ia tak langsung memperlihatkan kegembiraannya, karena belum tentu orang ini akan membantunya.

“Mas sedang apa di tepi jalan seperti ini dengan cuaca yang sangat terik?”

“Saya sedang menunggu pertolongan Allah datang Mas.”

“Apa yang bisa saya bantu Mas?”

Faaz mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan usaha apa saja yang telah ia lakukan hingga seorang laki-laki tak dikenal datang.

“Oh begitu Mas, kasihan mbak ini dia harus segera mendapatkan perawatan kalau tidak dehidrasinya akan semakin parah.”

“Iya Mas, itu yang saya khawatirkan dari tadi,”

Auf menawarkan bantuan untuk mengantarkan ke tujuan mereka yang tak terlalu jauh dari tempat mereka berdiri sekarang.

“Apakah di dalam ada ceweknya Mas?”

“Waah kalau itu maaf, kami rombongan laki-laki semua yang akan menghaidiri salah satu acara di daerah sini.”

"Tapi bagaimana dengan teman-teman Mas-" Pertanyaannya menggantung. menunjuk ke arah lelaki itu.

"Hasyim Mas," laki-laki itu mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Owh iya, faham aja Mas ini kalau saya mau tanya nama," Faaz meringis membalas uluran tangan Auf

"Saya Faaz."

"Iya mas Faaz mari ke mobil kami,"

"Hmm tapi Mas ...."


Bakal naik apa gak ya dia?
happy reading deh sampai last pasrt
Don't forget vote and coment ya 😁😁

Sudahkah anda sholat saat ini


Ada revisi sedikit ni, apa yang direvisi emang?
Namanya yang revisi 😁😁
Semua namanya aku rubah, kenapa? Habis nemu nama bagus hehe
Jadi pingin ganti deh dan lebih ngena kalau menurutku

Mantan IdamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang