Ragu untuk melangkah, tapi juga tak ingin menolak. Yaa itulah yang kini telah dirasakan seorang Faaz.
"Tapi Mas sepeda saya bagimana?"
"Biar saya yang bawa Mas. Gak papa?"
"Ya gak papa aja sih mas, tapi Mas Auf ndak capek?"
"Ndak Mas, tadi saya tidur terus kok selama perjalanan," Auf hanya bisa cengingisan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Entah hal itu benar atau tidak, yang penting perkataannya dapat membuat Faaz mau menerima bantuan dari mereka."Baiklah Mas kalau begitu." Tanpa pikir lagi ia menggendong sang wanita sedangkan Auf? Ya jelas ia membawakan bawaan mereka menuju mobil.
"Bismillahirrahmanirrahim,"
Mereka bertiga berjalan menuju mobil yang dituju, beberapa langkah berjalan sepertinya pak supir faham pada tatapan mata Auf, ia melajukan mobil menuju lokasi kejadian agar mereka tidak perlu berjalan lebih jauh lagi.
Auf membukakan pintu mobil dan menyuruh temannya untuk pindah di tempat duduknya tadi.
"Badrul antum pindah depan sana cepat!"
"Iya Mas," orang yang dipanggil Badrul itu langsung turun dan menuruti perkataan Auf.
"Alhamdulillah. Terimakasih Mas-Mas ini sudah mau membantu kami,"
"Sudah kewajiban kami Mas, sesama muslim untuk saling membantu," Badrul menjawab ucapan Faaz.
"Owh iya Mas namanya siapa?" Tanya pak supir memulai pembicaraan.
"Saya Faaz Pak, dan ini Mahira," ucapnya memperkenalkan diri.
"Tujuan Mas ini mau ke mana ya?"
"Sudah dekat kok Pak, desa di depan setelah ini,"
"Desa suka asih Mas?"
"Iya Pak. Bapak kok tau?"
"Kita satu tujuan dong Mas kalau begitu,"
"Owh bagus kalau begitu Pak, nanti bisa mampir ke rumah dulu," jawab Mifta antusias karena ingin membalas bantuan mereka walau sekedar memberi minum teh.
"Wah jadinya merepotkan Mas, kami ikhlas kok menolongnya," jawab pak supir.
"Maksudnya supaya tau rumah saya gitu Pak. Mungkin suatu saat saya yang akan datang kerumahnya Bapak dan yang lain. Insyaallah."
"Kalau begitu bagaimana nanti kata ketua rombongan saja Mas," jawab pak supir tidak menolak ataupun mengiyakan ajakan Faaz.
"Eh ada ketua rombongan juga yah, hehe. Kayak ketua kelas aja. Emang siapa ketuanya?"
"Itu yang pakai sepedanya Mas Faaz,"
"Owh mas Auf to?"
"Iya Mas, beliau vocal di grup banjari sekaligus ketua grup di sini," Pak supir menjelaskan dengan detil.
"Owh gitu, okelah." Tiba-tiba kepala Hira terangkat dari sandarannya di bahu Faaz.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar dek," ia begitu antusias sehingga membuat perhatian semua penumpang tertuju kepada orang yang dipanggil dek itu. Menyadari hal itu Hira yang semula ingin bertanya apa yang terjadi padanya mengurungkan niatnya, karena tak ada satupun yang ia kenal di sana kecuali abangnya itu. Matanya menatap lelaki disampingnya kebingungan.
"Mereka yang udah berbaik hati memberikan tumpangan kepada kita,"
Mendengar jawaban itu ia mulai faham apa yang telah terjadi, setelah itu hanya keheningan yang terjadi selama perjalanan. Tak ada satupun obrolan diantara mereka, seperti ada pembicaraan yang tak ingin diketahui oleh HIra. Entahlah ... Hanya prasangka.
####
Kepalaku terasa sangat berat, pusing tiba-tiba menyerang. Atau mungkin sedari tadi telah singgah di kepalaku tapi aku tidak merasakannya karena tidur? Ah taulah, terlalu pusing memikirkannya. Walhasil sangat sulit untukku membuka mata. Kupaksakan untuk mengangkat kepala memastikan bahwa yang aku lihat ini adalah benar. Aku ada dimana ini, tak satupun wanita disini.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar dek," suara itu yang pertama kali kudengar, dan benar saja hanya diriku seorang yang berjenis kelamin perempuan disini. Kutatap orang yang ada disampingku ini, seolah dia faham apa yang aku tanyakan tanpa harus mengeluarkan suara. Aku malu untuk mengeluarkan suara walau sekedar batuk.
"Mereka yang udah berbaik hati memberikan tumpangan kepada kita." Aku tak begitu peduli, ada hal yang menarik perhatianku seragam ini seperti sangat familiar, namun tak satupun diantara mereka yang aku kenal. Ah mungkin ini hanya mirip saja, toh pabrik juga gak produksi cuma satu kan.
Aku ingin bertanya lebih banyak lagi, hal itu segera kuurangkan saat sadar siapa saja penghuni mobil ini. Lebih baik aku diam, daripada harus menarik perhatian semua orang yang ada disini.
Entah kejadian ini yang keberapa terjadi padaku, panas yang sangat akan semakin membuatku terkulai, tak ayal memang jika mengalami hal seperti ini. Siapapun pasti mengalami hal yang sama jika berada diposisiku. Tapi yang membuatku heran, mengapa jika terik tidak terlalu aku juga mengalami hal yang sama?
Dan inilah yang membuatku tak suka bepergian jauh dengan bersepeda, padahal dulu saat kecil aku sering melakukan ini.
Apa? Saat kecil? Mengapa aku tiba-tiba kepikiran tentang ini?
Aku bingung apakah ingatan ini benar atau hanya khayalanku saja yang membuat itu seperti nyata. Tapi aku berharap jika semua itu nyata dan aku bisa bertemu dengan mereka sekali lagi lantas menanyakan apa yaang telah terjadi padaku hingga aku mengalami hal seperti ini, aku ingin terbebas dari fikiran yang selalu menggangguku selama ini.Owh ya aku baru ingat, kemana sepeda motor yang kunaiki tadi? Aku menoleh mencari keberadaan benda itu, tapi ...
"Kmu mau minum yang?" spontan kucubit perutnya."Au, ditanyai minta minum apa enggak malah dicubit" biarkan jika itu memang sakit, bahkan ingin kulakukan lagi hingga ia tak dapat bicara. Sebelum semua mata tertuju padaku, kucubit lagi sambil memelototinya. Awas aja sampai dia gak faham, aku hajar kau sampai dirumah.
"Oke oke, aku gak tanya lagi," kali ini dia berbicara dengan sedikit lebih pelan. Good job boy hihihi.
Kini hanya keheningan yang terjadi dalam mobil ini, entah begitu senangnya mereka berada dalam kesunyian. Atau mungkin... Hahaha benar saja, mereka sepertinya dari jauh sehingga hanya supir dan satu orang disebelahnya yang terjaga, selain itu telah lelap dalam mimpinya dengan berbantatalkan bahu teman atau sandaran pada kursi mobil.
Disisi lain seseorang merasa janggal dengan jalanan ini
Apa benar tempat ini?
Lebih baik ikut aja dulu, begitu bisikan dikepalanyaYeaay update lagi nih but so long time 😁😁
tak apalah ya kan 😉😉
I'm so sorry, karena beberapa hal jadi baru bisa up lagi.Yuk dah baca lagi
salam manis dari author ya happy reader. eits don't forget vote and comen
Jangan lupa sholawatan sambil senyum yah😉😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Idaman
Teen FictionKata Syubbanul Muslimin cinta adalah anugerah terindah Anugerah dari sang Maha Pemberi Akankah anugerah tersebut kau jadikan sebuah kesusahan? Karena tidak semua orang bisa menerima dan menggunakan anugerah tersebut dengan sebenarnya. Ketika cinta d...