6

829 79 8
                                    

Jirayut dan Rara sudah sampai di depan rumah Rara.
Rara merapikam rambutnya yang berantakan.

"Gue masuk.."

Rara langsung masuk kedalam rumah tanpa menunggu Jirayut mengeluarkan sepatah katapun.

Jirayut hanya tersenyum kecil lalu pergi dari rumah Rara

Rara masuk ke dalam rumah, Rara melihat beberapa orang tetangganya yang berada diruang ramu. Rara melihat Selfi sedang merangkul Mama yang tengah menangis tersedu sedu. Selfi pun juga ikut menangis.
Rara yang melihat itu cukup kaget dan langsung menghampiri Selfi dan Mama.

"Ini kenapa pada nangis?" Tanya Rara. Selfi menatap Rara melas dan penuh kesedihan, Mama malah semakin menjadi.

"Sell! Lo kenapa?" Rara duduk disebelah Selfi. Selfi melepaskan pelukkannya dari Mama dan memeluk Rara.

Rara hanya bingung dengan semuanya ini.

"Raaa..." ucap Selfi sambil terisak.

"Raaa...." Selfi tidak bisa melanjutkan ucapan nya. Mulutnya hanya mampu menangis.

"Yang jelas dong!" Ucap Rara yang merasa semakin bingung. Rasanya Rara sekarang ingin menangis entah apa penyebab nya.

"Papaa raa papahhh..." Selfi menangkup wajahnya.

"Pa..pah kenapa?? Ngomong!!!" Rara ikut larut dalam suasana ini. Rara mengguncangkan badan Selfi.

" Taksi yang ditumpangi papah kecelakaan hingga terbakar..." Selfi mengatur nafasnya mencoba untuk menahan tangisnya.

"Dann... Dan.. Papa masih di dalam taksi itu raa...." ucap Selfi sambil melihat Rara.

Rara langsung berdiri dan membungkam mulut nya. Langkahnya perlahan mundur pelan.

"Gakkk! Jaga mulut lo! Papah baik baik aja! Gak mungkin!" Rara menangis. Selfi langsung memeluk Rara erat.

"Papa mana? Paaaahhhh...." seru Rara memanggil Papa nya. Selfi menggeleng kuat. Mama hanya terisak melihat Rara seperti itu.

"Raaa Papa udah gak adaaa..." ucap Selfi sambil menunduk.

Rara menatap Selfi tajam. Dan satu tamparan tepat mengenai pipi Selfi.

"Heh! Jaga mulut lo! Papa gak mungkin ninggalin guee! Papa udah janji mau lihat Rara sukses!"

Rara memberontak dalam pelukkan Selfi. Tangisnya pecah sudahh.

"Raa! Tuhan lebih sayang sama Papa! Kamu yang tabahh"

"Kenapa kalian hanya diam!! Gak jemput papa haa! Bodohh!" Ucap Rara dengan nada keras sambil menangis.

Rara menggeleng kuat. Dengan gerakan kasar Rara melepas pelukkan itu dan berlari keluar dengan air mata yang masih membanjiri pipi.

**********

Jirayut mengayuh sepeda santai. Senyuman kecil itu menghiasi wajahnya.
Matanya tertuju di kresek yang tersampir di sepeda.

"Astaga! Es krim nya Rara!"

Jirayut segera memutar balik, mengayuh dengan kecepatan tinggi. Entah kenapa Jirayut merasakan ada sesuatu.

Jirayut memarkirkan sepedanya, dan langsung masuk kedalam rumah Rara. Namun Jirayut mendengar perbincangan yang aneh.

Jirayut ingin mengetuk pintu. Namun, pintu itu telah dibuka oleh seseorang.

"Raaa..." Jirayut melihat Rara dengan wajah yang berantakan, matanya sembab.

Rara yang melihat Jirayut langsung memeluk nya.

" Pa..pahh..." ucap Rara sambil terisak. Jirayut mengelus bahu Rara lembut.

BAD LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang