3. Aligra(?)

17 11 18
                                    

#Aligra (Estella)

Aligra masuk ke mobil polisi wanita itu dengan pikiran yang masih kacau. Suara tembakan, darah, dan api masih berkeliaran di kepalanya.

Teriakan beberapa wanita meraung-raung dengan tangan mereka yang menepuk-nepuk mobil yang Aligra tumpangi. Hal itu terus terulang hingga mereka sampai di sebuah gedung yang dihias cantik. Sepertinya akan terjadi pernikahan.

Polwan itu mengantarkan Aligra ke sebuah ruangan untuk merias diri. Disana sudah ada seorang perempuan mengenakan dres putih selutut dengan rambut yang tergelung rapi.

Perempuan itu menoleh. Wajahnya sangat cantik walau hanya dipoles make up tipis. "Aurel?" ucap Aligra ragu.

Polwan itu mendorong Aligra agar mendekat dengan Aurel. Aligra langsung menggenggam jemari Aurel begitu tubuhnya dekat. "Aurel apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Aligra. "Siapa aku sebenarnya Aurel? Aligra atau Estella?"

Aurel mengelus lengan Aligra pelan, "Akan kujelaskan semuanya nanti."

Beberapa wanita yang mengenakan dres panjang membawakan sebuah dres putih panjang beserta atribut pernikahan lainnya. Aurel mengangguk menghadap Aligra yang sedang kebingungan.

"Kenaya! Rias pengantin kita dengan sangat cantik, eoh," ucap seorang wanita dengan dres ungu yang membalut tubuh seksinya.

"Sudah tugasku," jawab Aurel.

Aurel menggiring wanita-wanita itu untuk keluar dari ruangan tersebut. Itu tidak membutuhkan waktu lama bagi seorang Kenaya atau Aligra lebih kenal dengan Aurel.

Kenaya membantu Aligra memakai gaunnya dan merias wajah Aligra dengan sangat cantik. "Aurel, apa yang terjadi?" tanya Aligra dengan rasa penasarannya.

"Dengarkan aku Estella. Kamu Estella dan aku Aurel. Namun disini kau adalah Aligra dan aku adalah Kenaya. Kita bisa melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan di dunia kita, El," jelas Kenaya dengan wajah seriusnya.

Seorang wanita masuk ke ruangan itu dan berkata, " Ouch! Kau sangat cantik Aligra. Tuan pasti akan sangat menyukaimu."

Tanpa aba-aba Kenaya memutar tangan wanita itu hingga terputus kemudian menarik kepalanya hingga terlepas. Darah segar menodai dres putih Kenaya. Namun itu tidak membuatnya risih sedikitpun. "Lihat?" ucapnya. Estella hanya memandangnya sambil menelan ludah dengan susah payah.

Setiap ada wanita yang masuk ke ruangan itu, Kenaya langsung melepas kepalanya dengan mengoyaknya hingga membuat wanita itu meninggal di tempat.

Kenaya mengambil sebotol bir kemudian memecahkan bagian bawahnya hingga isinya keluar tanpa sisa. "Gunakan ini sebagai senjata!" Kenaya melempar potongan botol bir itu kepada Aligra. Untung saja Aligra cekatan. Jika tidak mungkin ia juga akan binasa.

Kenaya menggandeng tangan Aligra dan menuntunnya ke ruangan utama yang sudah banyak sekali tamu. Aligra menggenggam potongan botol iti dengan kuat.

Dengan langkah gemetar, Aligra melewati satu persatu tami diatas karpet merah. Orang-orang disekitarnya berteriak histeris dan melemparinya kelopak bunga mawar dengan berbagai warna.

Saat langkahnya hendak selesai, satu persatu orang disitu meneriakinya dengan kata-kata yang menurut Aligra tidak sopan.

"Dasar wanita jalang!"

"Hei wanita jalang apa yang kau lakukan?!"

"Hahha... Apa kau salah tempat wanita jalang?!"

"Harusnya aku yang berada ditempatmu!"

"Wanita jalang!"

Seperti itulah kata-kata yang berhasil Aligra tangkap dengam kedua telinganya. Ia sendiri bingung dengan orang-orang tersebut. Mengapa mereka mengeluarkan kata-kata itu sambil melepas gaun mereka masing-masing hingga menyosakan bra dan cd mereka saja.

Kemudian mereka mulai menarik gaun Aligra. Namun Aligra berusaha keras agar gaun itu tidak terlepas dan tetap menutupi likuk tubuhnya.

Seorang berjas hitam keluar dari tirai merah membawa sebuket bunga mawar merah.

"Suamimu sudah sampai jalang!" ucap seorang sambil menarik rambut Aligra.

"Cium! Cium! Cium!"

"Tidaaaakkk!!! Aaaaaa!!!!!" teriak Aligra histeris. Bagaimana tidak, dirinya berhadapan dengan manusia berkepala babi yang lidahnya menjulur panjang kearahnya. Lengannya dicengkeram keras oleh orang orang disekitarnya.

Aligra terus berteriak. Orang-orang disekitarnya bahkan hanya tertawa melihay wajah Aligra yang ketakutan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang mendorong kepala Aligra agar mendekat dan mencium bibir babi itu.

Dengan keberanian yang tak seberapa, Aligra menancapkan potongan botol kaca ditangannya ke jantung manusia berkepala babi di hadapannya.

Orang-orang disekitarmya berterial marah. Wajah mereka merah padam seperti ingin memakan Aligra. Tiba-tiba Aligra ingat perkataan Diandra dan Aurel.

Aligra mulai mengoyak kepala orang yang mengahalangi langkahnya. Ia berusaha agar keluar dari gedung itu. Memorinya tentang tembakan di sekolah itu muncul seketika. Saat itu juga Kenaya muncul membantunya membinasakan orang-orang yang ada di ruangan itu.

Tanpa diduga keduanya, dua orang penjaga perempuan dengan pakaian serba hitam muncul dari balik pintu. Mereka tersenyum sinis melihat Aligra dan Kenaya. Kedua wanita itu mengacungkan pisau daging yang amat tajam.

"Kalian mendekat, nyawa kalian siap melayang,"ucap salah seorang wanita serba hitam itu.

Aligra berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Tiba-tiba kenangan di danau itu terulang kembali di otaknya.

"Lakukan secara spontan, El. Hidup itu takdir. Dan takdir adalah milik kita. Janganbiarkan takdir mempermainkanmu!"

Aligra menggelengkan kepalanya pelan. Tanpa aba-aba, Aligra menendang tubuh salah seorang wanita serba hitam itu. Harapannya, pisaunya akan jatuh dan ia akan melawannya dengan tangan kosong, namun yang terjadi malah sebaliknya. Tangan kiri wanita itu menangkap kaki Aligra membutnya tak seimbang berdiri. Pisau yang berada tepat di samping lehernya terlihat begitu tajam.

Tbc..

...

Gimana part ini?
Jangan lupa krisan and votenya ya..
Eh itu si Aligra hidup apa mati di tangan so wanita serba hitam itu ya?
Next in part 4 .

DNA ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang