Chapter Twenty One

7 0 0
                                    

-Hailee's POV-

aku masih membetulkan tatanan rambutku ketika aku mendengar suara rendah deru mobil yang berhenti di depan rumahku.

Shawn.

Aku berjalan ke arah jendela untuk mengintip dan benar saja, shawn sudah siap dengan kemeja hitamnya. Skinny jeans hitam dan sepatu kulit.

Kurasa aku tidak salah kostum. Kostum ku dan shawn sama dalam artian tidak terlalu formal dan tidak terlalu santai.

Aku lalu memeriksa dandananku, aku melihat kearah cermin. Puas akan dandananku.

Tapi aku deg-degan sekali. Seperti saat mau ujian prancis tapi tidak belajar.

Aku cemas. Aduh, bagaimana nanti jika aku mengacaukannya?

Bagaimana kalau shawn tidak menyukai malam ini?

Eh, apakah shawn harus menyukai malam ini?

Aduh, pusing!

"Hailee!" panggil mom dari bawah, aduh matilah aku.

Dengan sekali lagi menatap cermin, aku tersenyum tipis pada gadis yang ada di cermin.

"kau bisa, ini hanya acara biasa" ujarku meyakinkan diri.

Agar aku tidak terlalu terbawa perasaan.

Shawn hanya ingin ditemani makan, karena mungkin teman-temannya hilang semua.

Bagaimana teman-temannya yang satu skuadron bisa hilang? Aku tak tahu.

Akhirnya aku melangkah keluar kamar dan mengunci pintunya.

***

Mom sedang mengobrol dengan shawn ketika bunyi hentakan sepatuku bergema di ruang tamu.

Aduh, aku tidak bermaksud membunyikannya sekencang itu. Bahkan aku sudah melangkah pelan. Tapi tetap saja.

"well shawn, ini dia yang kita bicarakan sejak tadi" ujar mom pada shawn, tapi melihat ke arahku.

Ke arahku yang salah tingkah dan tak tahu ingin melakukan apa.

"oh tentu saja nyonya camrynn, sebuah kehormatan melihatnya langsung turun dari kamar saat kita membicarakannya" ujar shawn melihat ke arahku dari ujung kepala sampai kaki.

Eh, kok tatapan itu yang dia berikan.

Tidak mungkin kan seorang shawn mendes terpesona padaku?

Aku hanya hailee.

Lalu shawn dan mom tertawa, aku heran kok bisa mereka akrab secepat itu.

Lalu aku pamit pada mom dan shawn juga begitu.

Lalu saat sudah di depan rumahku, shawn berkata, "mari nona camrynn" ujarnya.

Shawn memposisikan tangannya untuk aku gandeng.

Aduh seperti mau ke acara dansa saja.

Calm down hailee, it's just a dinner.

Ya, aku harus biasa saja. Anggap saja ini ajakan shawn untuk ke kantin.

Walau aku belum pernah diajaknya ke kantin.

Eh, tidak berharap juga sih.

Lalu aku tersenyum. Menggandeng lengan shawn, "baiklah, tuan mendes" ujarku.

Lalu aku dan shawn masuk ke mobil. Bahkan dia sempat membukakan pintu untukku. Yang hanya kusambut dengan memutar bola mataku.

Sulit sekali untuk tidak terbawa perasaan atas segala perlakuan manis shawn padaku. Dari sejak pertama aku bertemu dengannya.

Dan aku hanya bisa merasakan perasaanku menghangat tiap dia tersenyum padaku.

***

-Harry's POV-

malam itu selesai makan malam, aku iseng menoleh ke arah kamar hailee. Ingin mengucapkan selamat malam.

Karena daritadi aku sibuk membantu mom masak, mom bersikeras memasak kalkun walaupun tidak thanksgiving. Katanya agar semua orang dirumah jadi semangat lagi, dad semangat bekerja, aku dan gemma semangat sekolah.

Mom, aneh-aneh saja.

Aku melihat ke seberang yaitu kamar hailee, sudah gelap.

Aku menatap jam digitalku, baru jam 8 malam.

Tidak mungkin kan hailee sudah tidur?

Atau mungkin saja?

Aku mengintip lebih dekat dengan jendela, tapi melihat sesuatu yang aneh.

Sepertinya aku melihat mobil shawn mendes baru saja pergi dari rumah hailee.

Mobil shawn bukan ya? Soalnya bukan apa. Laki-laki satu itu suka berganti mobil.

Aku curiga ayahnya punya usaha sewa mobil, hehe.

Tapi mobil hitam yang tadi melaju mirip seperti punya shawn.

Tapi untuk apa dia malam-malam ke tempat hailee?

Tapi rasanya bukan, kan bukan hanya shawn yang punya mobil hitam.

Lalu aku menjauh dari jendela, merebahkan diri di kasur.

Tanpa sadar aku tertidur.

***

-Hailee's POV-

aku sibuk mengobrol dengan shawn di mobil, banyak hal yang aku baru tahu tentangnya.

Tentu saja, bertemu juga baru berapa hari yang lalu kok, hehe.

Dia sedang menceritakan betapa bencinya dia kepada tomat.

"aneh sekali ada hal seperti tomat. Itu bukan sayur itu buah! Menjijikkan sekali" ujar shawn.

Aku hanya tertawa melihatnya cerita.

"dan orang-orang menyediakannya dengan makanan, daging, pasta. Astaga" ujar shawn lagi. Tangannya bergerak-gerak.

Ternyata cowok ini tidak se kalem kelihatannya, hahaha.

"jadi kau benci pasta dan pizza?" tanyaku padanya, kan keduanya memakai tomat.

Shawn menggeleng, "suka, aku hanya tidak suka tomat yang masih berbentuk tomat" ujar shawn polos.

Astaga, aku benar-benar tak habis pikir kali ini.

Tomat yang berbentuk tomat.

Lalu tanpa terasa kami sudah sampai.

Ya, ke restoran italia yang mana aku pernah diajak shawn kesini sebelumnya.

"kan sudah kubilang akan mengajakmu lagi. Kau harus coba spaghetti meatballs nya. Jadi aku menepati janjiku" ujar shawn, dia tersenyum.

Dan aku ikut tersenyum.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang