BAB II

23 0 0
                                    

Brian langsung pergi ketika Alex sudah berkata tegas. walaupun berbadan lebih besar dari Alex, Brian takut kepada Alex. Brian adalah tangan kanan Alex sekaligus sahabatnya. Dulunya Brian adalah musuh Alex, namun Alex tidak pernah mengusiknya bahkan sekalipun menyentuhnya, hingga suatu hari Alex sempat berurusan dengan anak buah Brian. Hanya berawal dari permasalahan yang sepele. Anak buahnya tidak sengaja melempar puntung rokok kepada Alex yang sedang berpacaran dengan Bila di taman dekat kampusnya. Alex sebenarnya tidak ingin mempermasalahkannya namun karena puntung rokok tersebut terkena kulit Bila, Alex tidak terima dan langsung menghajar habis-habisan anak buah Brian. Tiga anak buah Brian langsung terkapar di atas tanah, tak berdaya.

Anak buah Brian langsung menelpon Bosnya. Tidak terima diseperti itukan, Brian langsung menuju tempat pemukulan anak buahnya. Alex saat itu sedang di parkiran taman ingin mengantar Bila pulang. Dari kejauhan terdengarlah suara yang bisa membuat nyali siapa pun ciut seketika. Dengan teriakan "woi bajingan" pengunjung satu taman itu langsung merinding ketakutan, memasang wajah cemas dan was-was karena yang mereka lihat itu adalah Brian. Brian sangat terkenal di kampusnya. Brian adalah salah satu orang yang berhasil memegang wilayah kampus.

Alex menoleh dengan tersenyum lebar seakan menyambut teriakan dari Brian. Bila sudah menggenggam tangan Alex erat-erat, dengan raut wajah yang berkata "jangan hampiri ia, aku tidak ingin kamu kenapa-napa". Alex melepas genggaman tangan bila dan menyentuh pipi bila lalu tersenyum baik "aku tidak akan kenapa-napa, trust me baby". Alex langsung menghampiri Brian. Alex merasa senang. Karena kali ini ia di tantang oleh orang nomor satu di kampusnya. Sudah lama Alex tidak bertempur lagi setelah sekian lama.

Alex duduk di bangku taman, menyandarkan tangan di meja dan membakar lintingan kertas putih lalu mengehembuskannya ke arah Brian akan datang. Brian yang sudah geram melihat tingkah Alex, menggulung kemejanya ke bahu, memperlihatkan otot-ototnya kepada seluruh pengunjung taman. Alex melihatnya sambil tersenyum lalu melihat ke sekeliling sudut-sudut tamannya. Alex kaget, karena geng-geng di kampusnya melihat kejadian Alex dan Brian. Bahkan geng nomor satu dari kampus lain datang untuk melihat aksi dari Brian. Brian duduk di depan Alex hanya meja yang memisahkan mereka.

"Jadi kau yang menghabisi anak buahku?"

"Oh itu anak buahmu? Kukira itu kawanmu. Orang seperti kau menyebut dia sebagai anak buah? Haha sombong sekali" kata Alex dengan menghisap rokoknya.

Brian yang geram akan hal seperti itu langsung memukul meja hingga terbelah dua. Alex tidak bergeming pada tempat duduknya. Malah melihat Brian dengan wajah yang mengejek.

"mati saja kau bangsat" kata brian sambil mengepalkan tangan dan meluncurkannya ke muka Alex. Alex hanya menggerakan tubuhnya kesamping untuk menghalau serangan dari Brian dan masih duduk terdiam. Sambil menjejalkan puntung rokok yang menyala ke muka Brian "ini untuk masalah puntung rokok anak buahmu yang terkena kulit Bila" Brian teriak kepanasan karena terkena bara api dari Alex. Alex langsung memukul perut dan meng K-O Brian setelah dagu Brian di uppercut oleh Alex. Brian langsung pingsan di tempat.

Alex yang sudah selesai dengan urusannya langsung menuju ke Bila. Bila hanya menyilangkan tangannya di dada, dengan wajah yang sedikit kesal. Alex hanya terdiam dan langsung menyalakan kontak motornya. Melaju pergi meninggalkan taman yang di penuhi oleh orang-orang yang penasaran.

"Kenapa kamu melakukan itu lagi?" Tanya Bila dengan sangat kesal, nadanya ketus sekali. Membuat Alex pun ketakutan. "Maaf sayang, abis aku tidak suka jika ada yang mengusik kamu" jawab Alex dengan datar dan hati-hati, karena Alex tau. Jika salah berbicara, tamatlah ia. "seharusnya ini bisa diselesaikan baik-baik. Aku selalu benci kamu yang kasar seperti ini". Bila memang selalu membenci ketika Alex melakukan hal yang kasar, terlebih lagi jika itu di depan Bila. "jangan berkata seperti itu, aku jadi ingin menangis". Jika berurusan dengan Bila, Alex selalu takut, karena Alex sudah sangat sayang kepadanya, bahkan ia lebih menuruti perintah Bila dibandingkan dengan perintah dosen yang mengajarnya atau orang tuanya. "lain kali jangan seperti itu" sambil menyubit lengan Alex dengan keras. "Aww, sakit" nada Alex seperti anak kecil yang manja membuat Bila tersenyum lagi, lalu mereka bercanda-canda di sepanjang jalan.

Hujan PeluruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang