BAB III

7 0 0
                                    


Saat sedang asik-asik mengobrol terdengar suara konvoi motor sport yang meraung-raung di jalanan. Brian langsung berdiri tegak dan melihat ke arah jalan. Di kejauhan terlihat motor sport yang sedang menuju ke tempat organisasinya mengumpul. Dari atribut yang Brian lihat itu seperti organisasi dari Leon. wajah seram Brian mulai nampak "sepertinya tamu datang lebih cepat"

Brum-brum suara khas motor sport langsung berhenti tepat di depan café mereka. Semua anggota inti terkaget kecuali Brian, sebab ialah yang memancing amarah mereka.

"apa yang harus kita lakukan Alex?" tanya Fista dengan wajah memanas. "langsungkah kita menyerangnya?"

"tunggu sebentar, aku ingin melihat ada urusan apa mereka datang kemari" jawab Alex dengan nada dingin. Alex sepertinya tidak ingin terjadi keributan di café Carolica. Semua anggota inti di atas sana sudah siap untuk bertempur. Bahkan Deni sudah memegang knuckle yang selalu dia bawa.

"aku saja yang turun, kalian semua tunggu disini. Biar aku yang mengatasi mereka" kata Brian sambil berjalan menuruni tangga.

"omongkan baik-baik, jika sudah merusak properti. Hancurkan mereka"

"sudah kuduga kau akan berkata seperti itu lex"

"hati-hati Brian"

Batang hidung Brian sudah terlihat dibawah, mereka hanya tersenyum-senyum. Anggota dari Leon sudah siap menghabisi Brian, terlihat dari raut wajahnya yang menyeramkan. "kau yang bernama Brian?"

"iya ini aku, salam kenal. Bagaimana dengan kawan kalian? Apakah masih hidup?"

"kurang ngajar kau, berani-beraninya memukul anggota kami" teriak mereka "kami hanya menginginkan kau, jika kau berserah diri. Kami tidak akan mengacak-ngacak tempat busuk ini"

"kau salah jika menantang ku seperti itu, kau ingin aku berserah diri? Itu Cuma mimpi" Brian langsung memukul mereka dengan balok. Nyatanya satu pukulan tidak membuat cukup untuk memukul mundur atau bikin ketakutan mereka. Mereka membalas pukulan Brian.

Suara kericuhan terdengar sampai ke atas, Alex hanya terdiam sambil menghisap rokoknya. kawanan Alex langsung menuju ke bawah. Mereka paham, jika sudah seperti ini tandanya harus segera beraksi. "sudah saatnya kita kebawah" teriak mereka.

"hei bodoh, aku punya hadiah untukmu" Deni memukul salah satu kawanan mereka, satu telah KO di knuckle Deni. Melihat nya keluar darah, perasaan Deni ingin menghancurkan lawannya menjadi mengebu-ngebu. Tidak penting musuhnya sudah kalah ia memukul terus.

"apa kau tidak tahu aku? Salam dari ku, Eguel" buk-buk suara pukulan yang kencang. Rasanya pasti sakit sekali. Belum lagi tangan Eguel yang besar. Pasti rasanya dua kali lipat.

"itu Eguel, sebaiknya kita lari saja. Tidak akan menang jika dia di pihaknya" teriak salah satu kawanan mereka

"bangsat, kenapa Eguel ada disini?"

"aku tidak tahu, yang pasti kita sudah tidak kuat, lebih baik kabur saja"

Nama Eguel sangat terkenal, sampai-sampai anak buah dari Leon pergi terbirit-birit setelah melihat sosoknya. Nampaknya mereka tahu betul, kekuatan dari Eguel. Bisa jadi mereka pernah berhadapan atau mendengara cerita yang tidak-tidak tentang Eguel. Yang pasti saat berhadapan dengan Eguel, setidaknya mereka harus membawa satu barak untuk bisa mengalahkan Eguel, pikirnya.

Kawanan Leon pergi tergesa-gesa. Mengejarnya sudah tidak mungkin di lakukan, misi mereka hanya membantu Brian dan membuat kawanan Leon pergi. Dari pihaknya jelas tidak ada yang babak belur. Brian yang sudah dikeroyok pun hanya memar di pipi kirinya. Yang ada hanya rasa geli yang dirasakan Brian. Serpihan kaca, kayu yang terbelah-belah cukup untuk Carolica menggelengkan kepalanya. Rasanya membuat café untuk basecamp Alex tidak aman celetuknya.

Hujan PeluruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang