Door!!!Suara senjata dilayangkan ke depan. Seseorang mati akibat peluru bersarang ditubuhnya. Suasana mulai mencekam, tatkala sang penguasa mulai duduk, semua manusia disana mulai berani menampakan matanya. Kilauan merah berapi terlihat di belahan mata sang penguasa. Seolah-olah ingin menerkam, penguasa mengambil pistol di tangan kanannya. Sambil menggenggam pistol dia mulai bersuara
"bodoh, bagaimana bisa kalian dikalahkan? Kau tidak takut kepada ku?" ucapnya seraya memergoki wajah-wajah disana, apakah ada yang melawan atau tidak? Nyatanya mereka semua hanya membisu. Diam seribu bahasa. Tidak ada yang berani bersuara. Berdehempun mereka tak mau. Saking heningnya, suara nafas-nafas tergesa-gesa terdengar disetiap penjuru langit-langit ruangan itu. "aku tidak mau tau, kalian balik kesana atau aku membunuh kalian semua" perintah sang penguasa disitu.
Creek
Bunyi dari sebuah pintu terdengar di ujung sana. Terlihat sosok samar-samar mendekat. Melepaskan topi, seraya kepala menunduk berkata "selamat siang tuan Ramon" ucap orang tersebut. penguasa tersebut bernama Ramon. Dia adalah sosok yang memegang kendali penuh atas kota linch. Sebelah selatan kota Rench. Dia juga adalah seorang mafia di kota sana bersamaan dengan organisasinya, dia memegang kendali dengan puas di kotanya.
"Alex, bagaimana bisa kau kemari? Kau tidak mengabari ku. Cukup terkejut aku dengan kedatangan mu" ucap penguasa disana. Ramon adalah teman Alex. perkenalannya terjadi saat akan transaksi jualan mereka, yang dimana Ramon sebagai distributor kota Linch ingin mendistributor kan ke kota Rench melalui Alex, hanya Alex yang Ramon percaya, sebab jika melalui Leon, harga untuk menyalurkannya sangat tinggi dan tidak masuk akal. Ramon sendiri juga pernah bertikai dengan Leon karena masalah harga. Maka dari itu dia tidak ingin terjadi permasalahan seperti itu, hanya membuat kerugian menjadi besar.
"maaf señor aku tidak mengabari, aku hanya ingin berkunjung main ke tempat mu. Ku kira dengan begitu aku tidak perlu mengabari mu" Alex masih sambil menundukan kepalanya. Alex tau, ia harus bersikap sopan di depan kawannya ini. Jika bertindak dengan tidak sopan bisa-bisa kawan menjadi lawan.
"hahah jika kau mengabari sebelumnya aku pasti sudah menyiapkan kedatangan mu kawan, bagaimana jika kita berbincang di belakang? Aku sedang muak melihat mereka" Ramon menunjuk kawanan di depannya yang sedang menunduk ketakutan. Dibalik ketakutannya, tersembunyi sebuah kesenangan, sebab Alex adalah penyelamatnya. Jika beliau tidak datang. Habislah ia. Begitu menurut pikiran mereka.
Ruangan belakang rumah Ramon cukup besar. Kolam renang 4X5 meter dengan kedalaman 5 meter, pohon-pohon kelapa yang disusun rapih sedemikian rupa, belum lagi hammock-hammock yang dipasang di antara dua pohon kelapa. Dan tempat bersantai ala-ala di pantai membuat kita betah dan ingin saja berenang disana. Namun bukan kesenangan yang Alex cari, Alex ingin menceritakan tentang organisasinya, jika ia bercerita semoga tuan Ramon ingin membantunya
"Kemari Alex, kita meminum kopi buatan petani sini. Kau akan ketagihan dan ingin menjualnya kesana" panggil Ramon dengan tawa khasnya.
"terimakasih Tuan, sungguh sebuah kehormatan bisa di jamu oleh Tuan Ramon" kata Alex tersenyum kepada Ramon
"haha minumlah, aku saat ini sedang menyukai kopi, dan sedang belajar juga membuat kopi ala-ala seperti di café-café. Ku dengar kawanan mu sudah membuat café di Rench (nama sebuah kota)?" tanya Ramon kepada Alex
"betul tuan, Carolica kawan ku, yang membuat café disana" jawab Alex sambil menyeruput kopi buatan Ramon
"begitu, baiklah ceritakan kepadaku tentang kegiatan organisasimu saat ini"
Alex menceritakan tentang kejadian semalam. Tentang dia diserang oleh kawanan Leon, tentang orang yang mengetahui tujuan dari organisasinya dan juga tentang kawanan-kawanan Leon disana. Alex begitu detail menceritakannya, menjiwai sekali dalam menceritakannya kejadian tersebut kepada Ramon, sampai-sampai Ramon pun terkejut dan menatap Alex dengan serius. Dia tidak percaya jika Leon sampai membabi buta menyerangnya. Ramon tau, jika Leon adalah orang yang keras kepala dan menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih lagi sampai menghalalkan segala cara. Namun Ramon juga tau, ini pekerjaan seorang mafia yang tidak memikirkan tentang halal atau haramnya cara, yang penting jika sudah tau disitu ada peluang, maka kita serang. Ramon hanya mengangguk dan tersenyum kepada Alex. "jika usaha ku sampai di potong jalur oleh Leon, kau kabari aku. Aku tidak akan segan-segan kali ini" perintah Ramon kepada Alex. Usaha Alex datang ke Ramon tidak sia-sia. Ia sangat terbantu dengan perintahan Ramon. Disisi lain, dia sudah memiliki armada perang baru, jika perang akan terjadi, Ramon bisa dipintai bantuan. Ramon juga merasa sudah terbantu dengan informasi dari Alex. Sebab saat ini sudah ada beberapa petani yang bekerja sama dengan Leon. Sudah seharusnya perang terjadi, namun entah kapan itu terjadi, Ramon hanya mengira-ngira dalam waktu cepat ini perang akan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Peluru
ActionSekelompok mahasiswa yang di pimpin oleh seseorang bernama Alexandra Farco Bogini mencoba untuk menguasai pasar-pasar di kota Rench dengan memotong jalur distribusi dari pedagang-pedagang gelap belum lagi pedagang tersebut bekerja dibawah tekanan ma...