10

238 51 25
                                    

Bagian Sepuluh

Jubah Pembenci Tuannya

|
H
R
|

"Hah, melelahkan sekali hari ini. Kenapa harus ada tes berburu? Kelinci itu sungguh membuat repot." Minhyun mendumel sepanjang jalan melintasi koridor.

"Untung saja hanya tanganku yang kena cakar dan gigitan, bukan wajahku."

"Seandainya aku tau kalau harus menangkap kelinci, aku tidak perlu menunggangi kuda yang disediakan oleh Kerajaan."

"Untung saja Minki membawa banyak setelan pakaian untukku."

Minhyun berdecih, "aku lebih menyukai tes ketangkasan daripada tes berburu, apalagi kalau buruannya tidak boleh disakiti huh, peraturan macam apa itu?"

"Beruntung sekali putra Keluarga Kang dan Yoon itu, memenangkan tes hari ini, perjuangannya tidak sia-sia sepertiku."

"Hahh, kenapa aku menjadi terlalu sering mengeluh hari ini? Sepertinya aku harus segera beristirahat dan meminta Minki untuk menyiapkan air hangat untukku berendam."

Minhyun berjalan dengan cepat agar lekas sampai ke kamarnya, namun di tengah perjalanan ia malah bertemu Woojin. Tidak sengaja mendengar gumaman pria itu.

"Kemana perginya Jihoon? Kenapa dia selalu menghilang?" gumam Woojin yang berada di sampingnya.

"Pelayanmu yang imut tapi mencoba terlihat perkasa itu?"

"Iya, apa kau melihatnya?" Woojin langsung menengok ke arah Minhyun. "Oh iya, kusarankan kau jangan memanggil Jihoon seperti itu di depannya, dia sangat galak meski mukanya imut."

"Hemm sepertinya kubisa membayangkan, mungkin dia kalau marah sama menyeramkanmya dengan Minki." Minhyun mengeryitkan dahinya.

"Ya mungkin saja, jadi apa kau melihat asistenku itu?"

"Aku melihatnya saat tes berburu selesai, dia berjalan ke arah yang berbeda. Kulihat dia sedang bersama Marco, si koki utama kerajaan itu."

"Kenapa anak itu bersama koki utama kerajaan?" gumam Woojin lagi. "Terima kasih Lord Minhyun, ternyata kau orang yang baik dibalik sifat dingin dan tatapan tajammu itu." Woojin menampilkan gingsulnya, "aku mau mencari Jihoon dulu, sepertinya aku tau dimana dia berada."

"Ya terima kasih kembali, kau juga ternyata tidak sesombong yang sering kau perlihatkan saat kita sedang bersaing."

"Hehehe." Woojin menampilkan senyumnya lagi dan sedikit menggaruk kepalanya karena malu.

Sepeninggal Woojin, Minhyun berjalan mengamati setiap keindahan ukiran yang menghiasi pilar-pilar kerajaan, maupun pahatan di dinding serta langit-langit kerajaan itu.

"Sungguh berselera seni tinggi, begitu artistik," kagumnya saat melihat ukiran burung phoenix yang terpahat indah, perkasa menjunjung pada pilar-pilar tinggi menjulang itu .

"ADUH! AW! Ugh~"

Suara seseorang menghentikan kekaguman Minhyun. Saat ia melangkah, mencari asal suara, ternyata Sang Pangeran adalah si pembuat suara tersebut

Pangeran itu tersungkur tertindih beberapa benda.

"Aaaa! Jubahnya kepanjangan nih, kan aku jadi jatuh lagi. Kak Jaeil sudah kubilangin juga, jangan panjang-panjang ish! Ini juga," tendang Jaehwan pada baju besi kosong, "ngapain ngehalangin jalan aku sih? Ketabrak kan."

"Pangeran tidak apa-apa?" sela Minhyun, ia mengulurkan tangan hendak membantu Sang Pangeran bangun.

"Uh, ya, tidak apa-apa, aku sudah terbiasa kok, tenang saja emm..." Jaehwan memiringkan kepalanya, mencoba mengingat nama consort yang ada di depannya itu. Kerutan di dahi Jaehwan nampak jelas, tapi wajahnya masih menunjukkan ketidaktahuan.

Become A Consort Of Prince JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang