Tahun pertama kuliah...
Lila menunggu sang pacar menjemputnya di depan gedung universitas. Ia telah memberi pesan singkat kepada Sakha, dan seperti biasa pesan itu tak akan pernah dibalas sama sekali. Ini sudah 30 menit dan Sakha juga belum manampakkan batang hidungnya.
"Si batu kemana coba!" Lila lelah menunggu lama, apalagi sehabis mengikuti serangkaian kegiatan penyambutan mahasiswa baru tadi membuatnya pusing, ditambah Sakha yang tak kunjung datang membuat ia makin pusing dan tingkat kekesalannya semakin bertambah.
Secercah senyum terpatri di wajah Lila. Sakha datang menjemputnya, lalu segera turun dari mobil dan membuka kan pintu penumpang untuk Lila. Suasana dalam mobil akan seperti kuburan tak berpenghuni jika tidak dimulai oleh celotehan panjang Lila. Sakha ngomongnya irit asal kalian tau.
"Kamu dari mana? Aku nunggu lama tau!" Lila mempoutkan bibirnya merajuk.
Sakha tidak menjawab, ia menepikan mobilnya dahulu, menghentikan kendaraan itu sejenak. Lila bingung dibuatnya.
Sakha mengambil sesuatu di kursi belakang mobil. "Ini" Ia menyerahkan burger king dan cola kepada Lila. Lila suka makan, apalagi burger king. "Dimakan!" Sakha kembali melajukan mobilnya. Lila tak kunjung mulai memakan makanan yang diberi Sakha, ia menatap kekasihnya itu tak percaya. "Tadi antrinya panjang, makanya lama" jelas Sakha.
"Aku tau aku ganteng, jadi jangan lihat terus" Lila salah tingkah, ia memakan burgernya untuk mengalihkan rasa gugupnya. And well, Sakha Febryan si es batu itu memiliki tingkat kenarsisan yang sangat tinggi.
***
Lila tidak tahu mengapa ia bisa jadian dengan Sakha. Padahal awal-awal pendekatan dulu Sakha terkesan cuek dan ngga punya niat ngajak jadian Lila. Lila dan Sakha satu SMA, mereka menjalin kasih tepat ketika Lila sudah berada di tingkat akhir SMA dan Sakha sudah berada di tingkat 2 dunia perkuliahan. Yaa, Sakha senior Lila dari SMA hingga saat ini di universitas yang sama.
Mereka telah sampai di flat Lila. Lila tidak peduli apa yang akan Sakha lakukan disini karna ujung-ujungnya cowok itu akan terkapar di sofa ruang tamu. Lila langsung kembali ke kamarnya, menyegarkan diri dengan berendam dan bermain busa sepertinya akan sangat menyenangkan.
Selama 30 menit membersihkan diri dari ujung kepala hingga kaki, Lila sudah rapi dengan pakaian rumahannya yaitu kaos kebesaran dan celana pendek. Ia kembali ke ruang tamu, ia tak melihat presensi Sakha disana, namun indera penciumannya bekerja sangat gencar mencari arah sumber bau enak ini. Ia ke dapur, melihat Sakha tengah memasak sesuatu.
Sakha melihat ke arah Lila. Dari ujung matanya, ia mengangkat dagu ke arah meja makan. Oke! Berarti Lila harus duduk tenang. Lila sudah sangat paham banyak kode dari Sakha Febryan si irit bicara itu.
Makanan telah siap. Lalu Sakha duduk di sebelah Lila, ia memotong daging steak buatannya kecil-kecil pas untuk sekali kunyah. Lila memandang kekasihnya terkagum-kagum. Sakha memang dingin, jarang senyum, misterius, penuh rahasia, ngomongnya irit, ngomongnya juga suka pedes dan jleb langsung ke hati, nggak romantis, nggak pernah bilang sayang atau aku cinta kamu kepada Lila, tapi sikapnya seperti diatas bikin anak gadis orang meleleh. Sakha menunjukkan perhatian melalui sikapnya, bukan melalui kata-kata.
"Makasih sayangku.." Lila mencium pipi kanan Sakha dan membalas mengelus rambut basah Lila gemas, ia tersenyum. "Melting hati aku Kha kalo kamu senyum begini" Lila nggak tahan sama senyum Sakha, apalagi gummy smile-nya Lila suka.
"Suapin..." Permintaan Lila tidak diindahkan oleh Sakha Febryan. "Jangan manja" Yes, kata itu lagi. Lila suka bingung sama Sakha, dengan menjemputnya, membeli makanan dan memasakkan makanan untuknya bukankah ia sedang memanjakan Lila?
Aah terserah deh! Lila laper mau makan. Sakha bodo amat, Lila nggak ngerti sama dia.
***
Lila sendirian di flat. Sakha baru saja kembali ke flatnya yang tidak jauh dari sini. Lila jadi uring-uringan kalau sendiri. "Nonton horor kayak nya oke deh nih" Lila mengambil remot televisi di samping nakas tempat tidurnya. Lalu menyetel film horor terbaru.
30 menit pertama Lila belum merasa takut. Dan tiba pada adegan ketika sang pemeran hantu itu tiba-tiba muncul memenuhi layar televisi, Lila berteriak kencang dan segera menekan tombol off di remot tv yang dipegangnya. "Aku kan lagi sendiri" Lila berdiam diri di dalam selimut tebalnya. "Jadi parno" gumamnya takut-takut. Ini sudah malam. Dan ia menonton horor, maka tingkat ketakutannya makin meningkat. Sakha! Iya Sakha! Lila sepertinya hendak menangis karna takut. Ia segera menelpon kekasihnya.
Panggilan pertama tidak diangkat. Kedua kali, tidak juga. For the 3rd time, Sakha mengangkat panggilannya. "Kha...." Lila menangis.
"Kamu kenapa?"
"Aku takut, aku mau ..."
Pip
Like usually, Sakha mematikan sambungannya sepihak, membuat Lila tambah menangis. Apalagi diluar sudah terdengar petir, sebentar lagi turun hujan, tingkat kehororan dan ketakutannya bertambah lagi. "Sakha ngeselin hiks hiks hiks" Lila menangis tersedu-sedu. "Aku mau ngomong hiks hiks hiks malah di matiin huaaaaa" tangis Lila semakin kencang, petir diluar pun ikut menyambar.
"Lilaa...." teriakan Sakha memenuhi ruangan, ia langsung menuju kamar Lila. Fyi, Lila sudah memberi tau password flatnya pada Sakha.
Tepat disaat Sakha membuka pintu kamar, ia mendapati Lila tengah menangis sesegukkan. "Lila" panggil lembut Sakha.
Lila yang mendengar namanya di panggil memunculkan kepalanya dari dalam selimut. Ia terlihat kacau, mata bengkak, rambut awut-awutan. "Kamu kenapa hm?" Sakha mendekat dan memeluk Lila. "Aku takut" Lila agaknya mulai tenang.
Lila melepaskan pelukannya dan memandang Sakha. "Tadi hiks hiks" ucapannya terputus-putus karna sesenggukan. "Aku nonton horor, hantunya bikin kaget, aku takut" Lila menangis lagi dan memeluk Sakha erat, menyembunyikan wajahnya di dada Sakha.
Jauh dalam lubuk hatinya, Sakha suka momen ini. Lila takut, tapi imut. Sakha gemas. "Ya ampun, jangan nangis lagi hm" Sakha menghapus air mata Lila. Merapikan rambut Lila serta poni yang mengganggu menutupi wajah Lila yang imut.
"Jangan pergi"
"Iya"
"Bobo disini"
Sakha menatap Lila. "Boleh?"
"Boleh, kamu disini aja, aku takut, jangan pergi"
"Iya, sekarang ayo bobo"
Sakha membaringkan tubuhnya sebelah Lila. Memeluk gadisnya, menepuk punggungnya agar sesenggukannya hilang.
Lila nggak tau mau ngomong apa lagi. Lila nyaman di pelukan Sakha.
"I love you Lila" Dalam pelukan Sakha, Lila tersenyum. Lila belum tidur, ia hanya memejamkan matanya. Lila juga dapat merasakan bibir Sakha di keningnya. Dan Lila juga sadar akan ucapan manis dan terdengar seperti bisikan melalui bibir Sakha tadi.
"I love you too Sakha" Lila menjawab dalam hati, mengeratkan pelukan dan mencari kehangatan lebih.
Selamat malam Sakha Febryan!