Bab #2

22 1 0
                                    

"Ril.. Ada kak Ramon tuh nyariin kamu!" teriak bagas yang baru masuk kelas

"berisik gas!" jawabku sambil jalan keluar

Setibanya di depan kelas kulihat kak Ramon yang berdiri sambil bersandar ke tiang paling ujung kelasku, kuhampiri kakak kelasku yang keren itu dengan tenang.

"ada apa kak?" tanyaku saat sudah berdiri di depannya

"kakak butuh suntikan semangat buat ketemu fisika nanti ril, dan semangat kakak ada sama kamu" jawabnya dengan senyum yang sangat amat manis sampai membuatku hampir diabetes.

"hem.. Kak bisa jangan datangin Carril lagi gak? Jujur, Carril seneng bisa deket sama kakak, tapi mungkin masih ada hati yang harus kakak jaga, Carril nggak mau dianggap orang ketiga kak" jelasku ketika ingat kedatangan kak Nurul pagi tadi

"hati yang harus kakak jaga itu hati Carril, kakak tau kakak salah, kakak pernah selingkuh, tapi itu penyesalan buat kakak, kakak gak bakalan ngelakuin hal yang sama ke Carril, Carril itu istimewa, Carril menaklukan dengan berbeda hingga kakak merasa tidak bisa apa-apa tanpa kamu" kak Ramon dan segala kegombalannya yang membuatku tersipu, pantaskah playboy ini mendapatkan hatiku yang seputih salju? Mungkinkah seseorang bisa berubah secepat itu? Aku terus bertanya-tanya dalam hati sampai suara bel tanda pelajaran kedua dimulai

"kak lain kali aja ya dibahasnya, udah masuk tuh"

"yaudah, kakak balik ke kelas dulu, kamu harus tau Carril, kakak gak pernah main-main sama kamu, perasaan ini juga datang dengan sendirinya " kak Ramon langsung pergi setelah mengucapkan kata-kata yang membuatku seketika lupa caranya bernafas.

***
"dek, itu tadi kak Ramon ya? " tanya kak Dina, kakak kelasku yang sekaligus menjabat sebagai mantan calon kakak ipar, kak Dina mantan pacar mas Rano.

" iya kak"

"saran aja ne ya dek, buat apa mengagumi bintang, jika di dekatmu ada permata yang berkilauan, jangan jauh-jauh dek, sampai gak sadar yang terbaik ada di dekat kamu "

"maksud kakak gimana? Ada yang suka sama adek gtu? Siapa sih yang kakak maksud? "

"adek butuh buka mata dan perasaan biar sadar, kakak balik ke kelas dulu deh, batal ketoilet" kak Dina pun pergi dengan meninggalkan teka teki yang buat aku penasaran setengah mati.

Apa maksud perkataan kak Dina? Siapa permata itu?

"rill,, masuk elah, ngapain disitu, ayuk kita gangguin bagas, tu anak udah pacaran aja sama buku" suara cetar zia menyadarkanku dari teka teki yang belum ku pecahkan

"ayuk deh" kami pun mendekati meja Bagas dengan membawa kursi masing-masing.

"apa rasanya pacaran sama buku gas? " tanyaku dengan menopang muka menggunakan dua tangan

"seru.. "

"serunya apa sih gas? " tanya zia yang mulai kesal mendengar jawaban satu kata dari Bagas

"buku gak bakal ngehianati kamu, dia gak bakalan jadikan alasan kamu terlalu baik buat ninggalin, lagian tu orang gila deh, kalo baik ngapain ditinggalin kan? "

"kamu pernah ditinggalin seseorang gas? Kok menyedihkan banget jawabannya, kan aku jadi mau nangis, untung lupa isi ulang air mata" aku yang kepo pun mulai melancarkan aksi tanya

"ya nggak lah, pacaran aja nggk pernah, gimana mau ninggalin? " jawabnya dengan santai

"gas, pulang sekolah ngapain?" Tanya zia

"makan.. "

"trus? " tanyaku

"tidur.. "

"lalu? "

"mandi"

"udah gitu aja? " zia mulai kesel dengan keseharian Bagas yang menurutnya membosankan

"denger ya mbk-mbak, pulang sekolah kita harus makan biar bertenaga, istirahat sebentar biar sehat, mandi biar fresh, kalo saya setelah itu nyusulin ortu yang lagi kerja, bantu-bantu sebisanya, lagian penasaran banget sih sama aktivitas saya, kenapa? Mau ikut? "

"nggk! " jawabku dan zia bersamaan

"sengaja, biar kamu nggak pacaran trus sama buku"

"bener banget, lagian jangan pinter-pinter banget gas, ntar kami kebanting" kata zia sambil cekikikan

"pinter itu butuh usaha" jawab bagas dengan santai

"serah deh" kamipun kembali ke bangku masing-masing.

-------

Salam cinta dari NSA😍

Menepis RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang