Kring..
Semua murid SMA Cerdas Bersama berhamburan keluar dari kelas masing-masing dan memasuki area kantin.
Begitu juga dengan tiga wanita yang berjalan santai sambil bersenda gurau.
"Gila pelajaran Bu Eli, berasa mau mati tau gak sih". Celetuk salah satu wanita yang memiliki kulit putih pucat dengan rambut lurus sebahu yang juga diketahui bernama Eriana Anendra atau sering disapa Ana.
"Kamu kena serangan jantung Na ?". Tanya satu orang wanita yang berpenampilan feminim dengan rambut panjang digerai, serta tubuh yang tinggi bak model Internasional. Ia bernama Lian Audry yang biasa disapa Lian.
"Bego!". Timpal wanita lainnya. Wanita satu ini memiliki rambut panjang yang selalu diikat dengan penampilan sederhana, perawakan tinggi dan tubuh yang berisi, serta jangan lupa wajah manis dan cantik alaminya tanpa sentuhan makeup. Dia bernama Camella Diandra Arvy atau biasa dipanggil Dian.
"Tadi kata Ana, dia mau mati?". Oh ayolah Ana dan Dian tak tahan dengan kepolosan satu sahabatnya ini.
"Maksud gue tuh..".
"Udah Na gak bakal ada ujungnya". Baru saja Ana ingin menjelaskan tetapi Dian sudah memotongnya.
"Iiih gak asik banget sih". Balas Lian kesal sambil memanyunkan bibirnya.
Hingga tak terasa mereka bertiga sudah sampai di kantin yang telah penuh.
"Gak ada tempat kosong yaah". Gumam Ana pelan.
"Itu ada satu". Lian menunjuk satu set meja dengan empat kursi.
Merek pun menuju tempat tersebut dan menduduki kursi masing-masing.
"Siapa nih yang mau antri?". Tanya Ana.
"Gue aja". Ujar Dian.
"Pesenannya pada kayak biasa kan ?". Tanya Dian memastikan. Setelah menerima anggukan dari kedua sahabatnya itu, Dian berjalan ke lapak milik mbak Ida."Mbak bakso tiga, es teh manis dua sama jus jambu satu yak". Pesan Dian pada mbak Ida.
"Iya neng".
Setelah menerima nampan yang berisi makanan pesanannya, Dian berbalik dan
Brak..
Nampan yang ia bawa menabrak seseorang dibelakangnya.
"Ck. Ati-ati dong. Akhh". Geram orang yang terkena tumpahan makanan pesanan Dian.
"Sorry Yo, gue ga sengaja. Sini gue bersiin". Saat hendak mengelap baju Dio menggunakan tisu yang diambil dari meja kantin, Dio langsung berbalik dan pergi meninggalkan Dian dengan perasaan bersalahnya.
Gibran Ardiovano, orang yang baru saja terkena tumpahan makanan pesanan Dian. Dia manusia dengan segudang prestasi dan paras bak malaikat, yang mampu mengunci siapa saja saat menatapnya, terutama para wanita.
Dian merutuki keteledorannya karena telah menabrak orang yang disukainya.
Iya, Dian menyukai Dio sejak duduk dibangku kelas XI. Dengan modal CCP atau Curi-Curi Pandang, dia bisa melihat ketampanan paras pria itu.
Tidak. Dian bukan menyukai Dio karena ketampanannya tapi entahlah rasa itu tiba-tiba muncul saat dulu sempat satu ekstrakurikuler dengan Dio, yaitu PMR.Namun sekarang ia dan Dio sudah re'or di ekstra itu karena telah naik ke kelas XII, otomatis jarang sekali Dian bisa bertatap wajah dengan Dio.
"Huh". Dian menghembuskan nafasnya kasar dan kembali ke tempat dimana para sahabatnya telah menunggu tanpa membereskan bekas tumpahan makanannya tadi.
"Lama banget sih lo, makanannya mana ?". Ujar Ana setelah melihat Dian yang terduduk dihadapannya.
"Jatoh". Jawab Dian jujur.
"Iih Dian mah, gue kan laper, kenapa di jatoh-jatohin sih makanannya? Kan sayang". Timpat Lian dengan presepsi lain.
"Kenapa jatoh ?". Tanya Ana tanpa menghiraukan Lian yang termanyun karena tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
"Gak sengaja nabrak Dio, terus tumpah". Tanggap Dian pada Ana.
"Ya udah jangan sedih gitu dong, nanti a'a Dionya jijik liat muka jelek elo kalo cemberut gini". Goda Ana
Ana dan Lian tentu tau tentang perasaan Dian pada Dio. Mereka selalu menumpahkan keluh kesahnya satu sama lain.
"Gak lucu". Timpal Dian kesal.
"Emangnya muka Dian ada apanya sampe Dio bakal jijik ?". Tanya Lian polos.
"Ada topeng wajah elo". Geram Dian yang memang sedang Badmood, lalu berdiri dan menarik Ana untuk berjalan meuju kelas.
"Muka gue kan cantik, kenapa harus jijik". Gumam Lian yang ikut berdiri dan mengikuti kedua sahabatnya.
~
Jam sekolah telah berakhir sejak 10 menit yang lalu, namun Dian belum beranjak dari bangkunya. Sedangkan siswa lain telah pulang kerumah masing-masing. Begitu juga kedua sahabatnya, mereka terpaksa meninggalkan Dian karena sudah dijemput oleh keluarganya.
Dian yang tengah tertunduk dimeja karena sakit perutpun mendongakkan wajahnya setelah menerima tepukan dipundaknya.
"Kenapa?". Tanya Dian datar, yang kenyataannya tengah merasa detakan keras pada jantungnya.
"Nih". Dio melemparkan pakaian yang terlihat kotor pada Dian.
"Apaan sih?". Tanya Dian tak suka. Kali ini dia benar-benar tidak suka dengan perlakuan Dio yang seenaknya.
"Bersiin. Tanggung jawab".
"Iya, tapi besok balikinnya".
"Harus hari ini". Mantap Dio
"Gak bakal kering Yo". Geram Dian
"Jaman udah canggih kali". Sanggah Dio dingin kemudian melenggang pergi meninggalkan Dian dan menghampiri Efan, Leo serta Erik teman se'gengnya yang tengah menunggu Dio di lur kelas XII IPA 2.
"Dasar es idup, untung sayang". Ucap Dian lirih.
Gimana part awalnya ? Sorry kalo kurang greget.
Warning Typo dimana-mana 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day
Short StorySecuil kisah cinta Camella Diandra Arvy dengan Gibran Adriovano Si gadis ceria dengan si pria dingin Dengan lika liku jalan kisah keduanya yang 'mungkin' membawa anda hanyut dalam suasana cerita