Tepatnya pukul 17.44, Dian keluar dari rumah dengan membawa sebuah paper bag yang berisi seragam milik Dio dan segera menuju kediaman Dio.
Untuk pertama kalinya Dian akan menginjakkan kaki di rumah itu. Memang dia sudah mengetahui rumah Dio sejak lama, namun dia siapa sampai harus berkunjung dan menemui keluarga Dio, itulah yang ada dipikiran Dian.
"Kemana neng ?". Tanya seorang supir taksi yang ia stop di depan rumahnya.
"Ke jalan Kemangi nomer 101 pak". Jawab Dian.
Dan sang supir taksi pun menginjak pedal gasnya, hingga sekitar 35 menit taksi yang Dian tumpangi sudah tertengger rapi di sisi jalan di depan rumah mewah milik Dio.
"Ambil aja kembaliannya pak". Seru Dian pada sang supir taksi.
"Orang uangnya pas, kumaha ari si eneng teh". Timpal sang supir dengan menggelengkan kepalanya, sedangkan Dian hanya terkekeh pelan lalu berjalan memasuki pagar tinggi nan kokoh di depannya.
Tok tok tok..
Suara ketukan yang keluar dari tangan Dian yang beradu dengan pitu pun berhasil memancing seseorang untuk membukakan pintu rumah besar dihadapannya.
"Nyari siapa dek?". Tanya wanita paruh baya yang dari wajahnya terlihat seumuran dengan ibunda Dian.
"Em maaf tante, Dionya ada ?". Tanya Dian pada wanita yang diyakini adalah ibunda dari Dio.
"Dionya belum pulang, kalo mau nunggu masuk aja, yuk". Ajak bunda Dio sedangkan dian hanya mengangguk seraya tersenyum canggung.
Dian benar-benar mengetahui itu bunda Dio setelah melihat bingkai besar yang menyambut pengelihatannya ketika memasuki ruang tamu rumah Dio, bingkai yang berisi potret tiga orang. Dua laki-laki serta satu perempuan yang Dian yakini itu adalah orang tua Dio dan juga Dio sendiri.
"Silakan duduk". Bunda Dio mempersilahkan setelah sampai di ruang tamu.
"Trimakasih". Jawab Dian sopan sambil mendaratkan bokongnya di sofa empuk rumah Dio.
"Mau minum apa?" Bunda Dio
"Air putih aja tante".
Lena pun berjalan menuju dapur untuk mengambil air putih, lalu ia kembali ke ruang tamu dan menyodorkan segelas air putih itu ke hadapan Dian.
"Tante tinggal ga papa kan dek ?". Tanya Lena yang merupakan bunda Dio.
"Gak papa ko tan". Ucap Dian diiringi senyum manisnya.
"Yaudah tante ke belakang dulu yah, paling sebentar lagi Dionya juga pulang".
"Iya tante".
Lena pun melenggang meninggalkan ruang tamu. Saat setelah kepergian Lena, terdengar suara pintu yang terbuka.
Dian mendongak dan mendapati Dio yang berjalan ke arahnya dengan wajah datar khasnya.
"Mana ?". Tanya Dio datar sambil mengulurkan tangannya untuk menerima barang dari Dian.
Dian memberikan Paper bag yang ia bawa pada Dio tanpa mengucapkan apapun.
"Dio, kok lama sih pulangnya, kan kasian temen kamu harus nunggu". Ucap Lena yang tiba-tiba muncul karena mendengar suara Dio.
Dio menghampiri bundanya lalu menyalimi tanggannya.
"Abis nganterin si Efan dulu bun". Jawab Dio. Tatapan Dio kepada bundanya berbeda saat dia bertatapan dengan orang lain,terkesan teduh dan lembut.
"Yaudah temenin tuh temen kamu, siapa namanya ?". Lena bertanya karena belum mengetahui nama dari tamu yang diterimanya tadi.
"Dian, tante ". Dian memberikan senyum terbaiknya pada bunda Dio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Day
Historia CortaSecuil kisah cinta Camella Diandra Arvy dengan Gibran Adriovano Si gadis ceria dengan si pria dingin Dengan lika liku jalan kisah keduanya yang 'mungkin' membawa anda hanyut dalam suasana cerita