second

7 2 0
                                    

Senin, hari paling ditunggu oleh Rena.

Gadis itu memakai baju kaos kebesaran berwarna pink dan celana jeans dongker, memakai sepatu kets hitam dengan lis putih, rambutnya dia kuncir kuda dan make up yang sederhana, ia sungguh terlihat cantik.

Gadis itu akan memulai hari-hari sibuknya,  mulai hari ini dia akan bekerja lembur, kesana kemari mencari pembeli. Ah elah udah kayak ayu ting-ting nyari alamat*

Rena adalah seorang sales motor disalah satu sorum motor dibengkulu.

Dia baru bekerja selama empat bulan disana. Kantornya tidak jauh dari kosannya.

Jeni, dia bertugas mengantarkan adiknya itu dulu ke tempat kerja, baru setelah itu dia melenggang menuju kantornya. Jeni bekerja sebagai staf TU di kantor polda bengkulu.

Jeni memakai baju kemeja putih dan rok celana dasar hitam, serta memakai sepatu pantofel hitam, slingbag berwarna maroon. Rambut yang dikuncir kuda dan make up yang sederhana, Dia terlihat dewasa dan cantik.

Kakak beradik itu menggunakan motor matic putih sebagai kendaraan tunggal keduanya. Oleh karena satu, jadi mereka akan bergantian memakainya, dengan syarat harus ada yang mengantar terlebih dahulu salah satu dari mereka yang tidak membawa motor tersebut.

"Dek, entar pulang jam berapa?" Tanya Jeni pada Rena.

Rena yang baru selesai mengunci kossannya dan akan menggunakan helm, menoleh ke arah Jeni.

Drtt,
Pesan masuk di handphone Rena.

Rena mengabaikan sejenak Jeni.

Gadis itu tersenyum saat membuka ponselnya.

From: Surya♡

* assalamuallaikum, cantik ♡{}. Selamat memulai hari. Tenang saja, sang surya tidak akan membuatmu kepanasan. Sebaliknya, dia akan mengahangatkanmu di hari yang mendung ini. Jangan lupa doa ya sebelum berangkat. Love you!!!*

Jari Rena menari diatas ponselnya. Gadis itu membalas pesan kekasihnya.

*waalaikumussalam, iya suryaku♡. Kamu juga jangan lupa doa*

Memasukan ponsel ke tasnya, Rena kemudian kembali menoleh ke arah Jeni yang sudah siap diatas motor.

"Agak malem mungkin kak. Kalo kakak takut sendirian dikossan, mending kak jen ke rumah kak Ica aja." Tutur Rena.

Ica adalah kakak kandung mereka yang tiggal dipulau bai bengkulu, beliau lah yang membuat keduanya bisa merantau kesana.
Karena, sejatinya mereka adalah orang asli palembang, tepatnya orang Ogan Ilir.

Kalau bukan karena kak Ica, mereka tidak akan disini hari ini.

Jeni hanya mengangguk dan kemudian menghidupkan mesin motornya.

Mereka berangkat menuju kantor Rena.

Selang 20 menit, mereka sampai dikantor Rena.
Rena turun dari motor lalu membuka helmnya, dia menatap jeni.

Jeni tidak mematikan mesin motornya.

"Hati-hati ya dek, kamu hari ini rencananya mau kemana sama tim?"

"Emm iya kak, rencananya mau ke daerah curup kak."

"Oh, ya udah. Kalau mau berangkat kabarin kakak ya. Jangan lupa makan siang, hati-hati. Jangan melamun ! Terus jangan lupa doa sebelum berangkat."

Rena hanya tersenyum dan menganggukan kepala. Dia sudah terbiasa dengan sikap Jeni yang akan menceramahinya dulu sebelum berangkat ke kantor.

" ya udah, kakak ke kantor dulu ya. Assalamuallaikum"

Rena meraih tangan Jeni untuk salim.

"Waalaikumussalam."

Jeni melajukan motor menuju kantornya.

"Hati-hati kak" Rena melambaikan tangannya.

Membalik badan, Rena melangkah masuk kekantornya.

"Assalamuallaikum" salamnya pada atasan dan rekan kerjanya.

"Waalaikumussalam, widih seger banget Ren" Beni memasang senyum hangat.

For your info, Beni sudah suka dengan Rena sejak Rena masuk ke kantor. Kenapa Rena bisa tahu? Rahasia Beni  dibocorkan oleh Mika, teman kantornya.

Siapa coba, yang rela hujanan nganterin Rena pulang tengah malam?

Siapa coba, yang rela nahan laper gak makan siang, cuma biar bisa menuhin target penjualan Rena?

Siapa coba, yang bela-belain dorongin motor Rena pas bannya pecah, padahal bengkel jauh banget, siang bolong pula?

Siapa coba, yang rela nyiapin kotak makanan dipagi hari buat Rena, padahal, sendirinya dia gak sarapan?

Hahaha, ya, dia Beni.

Tapi, saat Surya mengantar Rena seminggu lalu, saat itu juga sikap Beni berubah 360°.
Dia seperti benci setiap kali bertemu Rena.

Tapi, kemarin Rena memberanikan diri meminta maaf pada Beni, dia mengatakan bahwa dia tidak mau memiliki musuh.

Apalagi musuhnya adalah rekan kerja yang spesial, jujur saja, Beni pernah sedikit mengusik hati Rena, tapi Beni kalah cepat dengan Surya.

"Hehehe, abang. Bisa aja ih" tutur Rena.

"Awas bang udah punya orang!" Sambar Mika kemudian dia terkekeh.

Beni langsung menatap tajam Mika, dia seperti ingin melenyapkan Mika disaat itu juga.

"Ish!! Apaan sih Mika!" Tegur Rena.

"Ehem.." Beni berdehem untuk menghilangkan kecanggungan.

" jadi hari ini, kita ke curup kan bang?" Tanya mika.

"Iya, kita ke curup."

Senyum Rena mengembang. Kalau jadi ke curup, itu artinya dia bisa menjenguk kakaknya disana dan bertemu dengan keponakannya.

Ya, kakak Rena juga ada yang dicurup dan berkat itu juga mereka bisa berada disini sekarang. Jadi, peran kakaknya banyak sekali membawa mereka ke titik mandiri sekarang.

"Bang. Entar Rena dicurup boleh mampir ke tempat kemarin kan?" Tanya Rena.

Beni mengerutkan keningnnya,
"Ke tempat kak Beti?"

"Hmm... boleh ya bang. Bentaaaarrrr aja." Rena merayu Beni, dia mencongkan badannya ke arah Beni.

Beni menahan napas melihat Rena seperti itu.

Ah, gadis ini! Dia berpotensi merusak jantung Beni.

Mana bisa Beni menolak?
Beni mendorong kening Rena pelan dengan satu jarinya. Lalu dia bersidekap.

"Hm.. bentar aja tapi."

" yeayy!! Makasih abang bengbeng sayang!!!"

Rena memasang senyum mautnya sambil membentuk finger heart dan menunjukannya pada Beni.

Beni yang melihat itu hanya menggelengkan kepala sambil menahan senyum.

Daripada  jantungnya terus berasa akan lepas dari tempatnya,  lebih baik dia pergi.

Beni melangkahkan kakinya meninggakan gadis imut itu, dia menuju dapur untuk  minum, menyegarkan kembali akalnya.

The Wrecked JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang