FVCKING GILSHA

#2 Bicara Jujur

Hisap, hembuskan ... tak tahu berapa kali aku lakukan. Sederhana tapi menyenangkan, tak tentu jumlah puntung rokok akan kuhabiskan. Tidak sendiri aku berada, ditemani seorang teman yang bisa dibilang seperti saudara, Raymond namanya. Simon-Raymond, bahkan dari nama saja kami sudah seperti saudara kembar. Tidak, itu hanya intermeso belaka.

Sesungguhnya, hari ini aku begitu penat dan biasanya solusi terbaik adalah merokok di atap gedung apartemen, sambil merencanakan hiburan macam apa yang akan dilakukan nanti malam. Ya, aku dan Raymond bekerja hanya untuk berhura-hura.

"Sedang stres?"

Raymond bertanya santai, setelah membuang asap ke arah kanan. Biasanya, alisnya akan naik sebelah kalau sedang mengajukan pertanyaan retoris.

"Hm," singkat ku jawab.

"Mau minum lagi nanti malam di pinggir danau? Kebetulan aku punya janji dengan Anna disana."

Aku tersedak tiba-tiba, setelah mendengar nama "Anna" dari mulut Raymond. Dia adalah pelacur kurang ajar yang menghabiskan isi dompetku sampai tak bersisa.

"Oh, Anna ... jangan bawa uang banyak-banyak," ujarku memberi nasehat. Kelihatan dari wajahnya, Raymond tidak percaya. "Oh, ya! Aku absen dulu, nanti malam aku ada judi bola," sambungku lugas.

Kami diam sejenak. Sebelumya, Raymond hanya terkekeh dalam tempo sesingkat-singkatnya. Mungkin berpikiran buruk tentang apa yang terjadi antara aku dan Anna.

"Lihat Nora tadi selepas pengarahan pulang?" tanyaku asal, tapi memang aku penasaran kemana Nora tiba-tiba menghilang. Nora adalah gadis incaranku.

"Entah. Tadi terlalu ramai saat teman-teman kita menggoda Gilsha," jawab Raymond seraya mematikan rokoknya dengan kaki.

Aish, Gilsha ... Memang dia luar biasa. Baru dua hari bekerja sudah membuat banyak klining servis pria menggodanya. Namun, kebenarannya adalah mereka hanya menjadikan Gilsha bahan olok-olokan.

"Bicara tentang Gilsha, apa kau tertarik mengencaninya?" timpal Raymond memeranjatkanku. Bisa-bisanya pertanyaan itu muncul.

"MENJIJIKAN!"