DI rumahnya, Amel tak henti-hentinya menangis. Fifi sudah berulang kali menenangkannya, namun sama sekali tak berhasil. Berbeda dengan Amel, pria yang nyaris menjadi korbanya, Fakih hanya tenang. Pun begitu diintrogasi oleh Ayahnya, Gantara.
Keluarga Zaki sudah 5 menit berada di kediaman Gantara ini. Baik Syakilah maupun Abidzar sama-sama dibuat bingung oleh keadaan anaknya yang tidak terkena tembakan. Padahal kaca jendelanya sudah berlubang dua . Meski begitu, keduanya berucap syukur dalam hati.
Fakih menceritakan kronologinya. Semunya menyimak apa yang di ceritakan Fakih. Terkecuali Syakilah yang merasa aneh. Cerita yang Fakih bawakan sama sekali tidak persis dengan yang dilihatnya.
"Oh, mungkin kamu salah liat kali ya Kil." Ucap Fifi lega.
Fakih mengubah cerita menjadi dia yang awalnya tidur. Di kagetkan dengan dua kali tembakan di jendelanya.
Syakilah menggeleng "Gak, Bu. Tadi Kila bener-bener liat, orang pakai jake--"
"Kamu salah liat" Potong Fakih membuat Syakilah langsung membungkam mulutnya.
Zaki bernapas lega "Syukur deh kalau gitu nak Fakih, om pikir tadi kamu kena tembak. Habis cerita Syakilah bener-bener buat om panik."
"Tapi Yah--"
Fakih mengangguk. "Makasih om"
Beberapa saat kemudian keluarga Zaki memohon pamit. Gantara mengucapkan terima kasih dengan kunjungan Zaki beserta keluarganya. Amel pun sudah berhenti menangis beberapa menit yang lalu.
"Maaf Om, boleh saya ngomong sebentar sama anaknya?" Tiba-tiba Fakih bersuara.
Zaki menoleh. "Siapa? Ini dua-duanya anak Om"
"Yang cewek." Jawab Fakih.
"Oh, Syakilah? silahkan, tapi gak boleh di tempat tertutup. Bidzar temenin"
"Sip, Yah."
•••
Di pantry ketiganya berada. Fakih, Syakilah dan Abidzar. Tau ini pembahasan yang mungkin sedikit rahasia, Abidzar memilih untuk memantau saja sambil mendengarkan lagu lewat earphone.
Sementara Syakilah terus menunduk. Pria di depannya belum juga menghentikan tatapanya dari tadi.
Fakih menoleh sebentar ke arah Abidzar. Lalu kembali ke wanita di depannya. "Jangan cerita apapun."
Syakilah mendongak. "Hah?"
"Jangan coba-coba buka mulut. Saya gak akan tanggung jawab, kalau kamu kenapa-napa. Jadi, simpan apa yang kamu liat tadi. Jangan coba-coba menghubungi polisi." Jelas Fakih sesekali menoleh pada Abidzar. Takut anak itu ternyata menguping.
Syakilah mengernyit. "Astagfirullah Mas, jadi mas nyuruh saya untuk bohong? Gak, saya gak mau!"
Fakih langsung melempari tatapan membunuh pada Syakilah. Syakilah langsung membuang pandagannya. "Ini demi keselamatan kita semua. Kalau kamu pengen keluargamu baik-baik saja, jangan ceritakan masalah ini ke siapapun."
"Tapi kenapa saya harus bohong?"
"Berbohong untuk kebaikan itu tidak masalah"
Syakilah menghembuskan napas berat. "Baik. Saya akan tutup mulut."
"Dan satu lagi" Syakilah mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Depan Rumah
SpiritualTriple Gendre : Spritual, Romance, Action Dan Chicklit. Fakih menoleh sebentar ke arah Abidzar. Lalu kembali ke wanita di depannya. "Jangan cerita apapun." Syakilah mendongak. "Hah?" "Jangan coba-coba buka mulut. Saya gak akan tanggung jawab, kalau...