3) Ngambek

246 18 1
                                    

Vote&comment guys jangan lupa...

×××××

"Van. Kamu kenapa sih dari tadi diem mulu. Trus kalo aku deketin kamu kayak ngehindar" tanya Rian bingung.

Mereka sekarang sudah ada di taman kota dan sedang duduk di kursi.

"Nggak papa" jawab Vani singkat.

"Aku tau kamu itu kenapa-napa. Plis deh, kalo aku ngelakuin kesalahan bilang. Jangan kalah kayak gini aku di diemin".

"Nggak" jawab Vani masih singkat dan sekarang dia memalingkan wajahnya agar tak melihat wajah Rian.

Dia kayak gini juga ada alasannya. Tadi pas waktu di jalan, mereka -Rian, Vani dan Cheryl- tak sengaja melihat mantan kekasih Rian. Dan yang membuat Vani kesal kepada Rian adalah si mantan kayak caper gitu ke Rian. Dia pura-pura jatuh dan itu langsung ditolongin sama Rian.

Tadinya Vani melarang dengan terus menggenggam tangan Rian. Tapi apa boleh buat, tenaga Rian lebih besar dibanding Vani. Dan itu membuat Rian bisa lepas dari genggamannya dan menolong si mantan.

Dan alhasil sekarang Vani ngambek kepada Rian.

'Ish! Kenapa sih kak Rian nggak peka. Kalo sekarang aku lagi ngambek sama dia. Gara-gara si mantan yang cari perhatian'. Batin Vani sambil menghentak-hentakkan kakinya.

Rian yang melihat itu tersenyum. Dia sebenarnya tau bahwa Vani sedang cemburu sekarang gara-gara tadi dia nolongin Lovi di jalan.

Sebenarnya dia enggan menolongnya tapi, dia ingin mengetes seberapa cintanya Vani kepandanya.

Karena selama satu tahun pacaran, Rian tidak pernah melihat gelagat Vani cemburu jika dia berdekatan dengan teman perempuannya di kelas.

Dan sekarang dia sudah tau, dan sudah lihat bagaimana Vani benar-benar cemburu kepadanya. Dan itu tandanya dia sudah sangat mencintai Rian.

"Cheryl mau main nggak sama kak Rian?!" Rian berseru tiba-tiba ke Cheryl.

Dia sekarang sedang ingin mengusili Vani. Sampai kapan dia akan tahan dengan acara ngambeknya kepadanya sekarang.

"Eem! Gimana kalo kita main kejar-kejaran aja kak" jawabnya sambil berdiri.

Rian melirik sekilas Vani yang sedang memalingkan pandangannya ke arah lain. "Oh.. Yaudah yuk!".

"Kak Vani nggak mau ikutan?" tanya Cheryl melihat ke arah Vani.

Vani menjawab dengan gelengan sambil tersenyum ke arah Cheryl.

"Yaudah yuk kak! Tapi kak Rian yang ngejar duluan. Ya!" ucap Cheryl kepada Rian.

"Iya..." jawabnya.

Setelah itu mereka -Cheryl dan Rian- kejar-kejaran di sekitar taman. Dan sesekali dia melihat atau melirik sekilas ke arah Vani.

Vani yang duduk sendirian pun hanya melihat ke arah Cheryl saja, dia sudah sangat-sangat muak kepada Rian yang tidak pekaan jadi pacar.

"Aduhh! Kak Vani sakitt!!" pekik Cheryl sambil memegangi lututnya.

Vani otomatis langsung berdiri mendengar pekikan dari sang adik. Dia langsung berlari ke arah Cheryl dan Rian.

"Hiks.. Hiks.. Kakak sakit lututnya... Hiks.." adu Cheryl sambil mengangkat sedikit lutut kakinya yang mengeluarkan sedikit darah.

"Iya.. Iya... Sekarang kita pulang ya. Nanti dirumah di obatin" ucap Vani lembut dan berniat menggendong Cheryl.

Tapi, tiba-tiba tangan kekar milik Rian yang pertama mengendong Cheryl.

Dan di gendongnya Cheryl ala bridal style.

"Udah sama aku aja. Ini juga salah aku yang nggak ngeperhatiin Cheryl" ucap Rian sambil tersenyum.

Vani hanya mengangguk saja.

Mereka pun berjalan kembali kerumah.

Di perjalanan Cheryl tidak henti-hentinya menangis dan mengaduh kesakitan.

"Udah ya.. Sayang! Kan Cheryl udah besar. Jadi jangan nangis terus. Emangnya Cheryl nggak malu diliatin oleh orang-orang?" seru Rian sambil tersenyum kepada Cheryl yang tidak mau berhenti menangis.

"Tapikan... Hiks... Sakit... Kak.." jawab Cheryl sambil masih menangis.

"Yaudah sekarang kamu mau beli es krim dulu atau langsung pulang?" tanya Vani. Dia sudah sangat kesal karena sedari tadi Cheryl tidak mau berhenti menangis. Dan jalan satu-satunya pasti membujuknya dengan es krim.

"Mau.." jawab Cheryl sepontan mendengar kata es krim.

"Tapi janji jangan nangis lagi" tawar Vani.

"Janji" jawabnya sambil menganggukan kepala.

Setelah itu mereka berjalan ke kedai es krim yang tidak jauh dari mereka berada.

"Kamu mau kemana?" tanya Rian sambil memegang tangan Vani yang akan menghampiri tukang kedai es krimnya.

Cheryl yang tadi sudah di dudukan oleh Rian hanya melihat mereka -Rian dan Vani- yang sedang berdiri di hadapannya.

"Mau ketemu mantan" jawabnya sambil menekan kata mantan dan langsung mendapat plototan dari Rian.

"Kalo ditanya jawabnya yang bener" ucap Rian dingin.

"Udah tau mau beli es krim. Kalah nanya!" jawab Vani jutek dan berjalan menghampiri tukang es krim.

"Kamu masih marah. Gara-gara yang tadi?".

Vani hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya.

"Vani! Kalo ditanya tu dijawab. Trus kalo ada orang yang bicara dengerin jangan malah terus jalan" ucap Rian dengan tatapan tajamnya.

Vani tidak takut. Dengan tatapan tajam milik Rian. Dia sudah biasa menerima tatapan seperti itu setiap hari.

"Ish.. Lo bisa diem nggak sih kak! Gue mau mesen es krim buat Cheryl" ucap Vani refleks dengan mengucapkan kata 'elo' kepada Rian. Dia sudah sangat kesal dengan Rian sehingga merubah gaya bicaranya menjadi gue-elo kepada Rian.

Rian yang mendengar itu langsung mencekal pergelangan tangan Vani dan mencengkramnya kuat-kuat.

"Ohh... Jadi sekarang udah mulai berani. Trus gaya bicaranya jadi gue-elo".

"Aaa... Duh... Kak! Sakit! Lepasin" ucap Vani lirih sambil mengaduh kesakitan.

"Nggak akan sebelum kamu bilang minta maaf dan nggak ngambek lagi sama aku".

"Iyaa... Aku minta maaf dan nggak ngambek lagi sama kakak. Sekarang aku mohon lepasin tanganya. Sakit kak!" ucap Vani.

Matanya saat ini sudah berkaca-kaca, jika dia mengedipkan matanya pasti cairan bening itu akan turun membasahi pipi mulusnya itu.

Rian yang melihat itu langsung melepaskan cengkramannya dan langsung memeluk Vani.

"Maaf" lirihnya sambil mengelus kepala Vani dan menciumi pucuk kepalanya.

Vani hanya mengangguk sebagai jawaban dan membalas pelukan dari Rian.

"Nanti pulang dari sini aku jelasin semua. Sekarang jangan nangis lagi" ucapnya sambil melerai pelukan diantara mereka.

Cheryl yang melihat itu hanya menatap kakaknya yang seperti habis menagis. Dia ingin bertanya tapi tidak jadi karena Vani sudah berjalan menghampiri tukang es krimnya.

×××××

TBC...

My Cruel BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang