"Aisyah mana?"

23 3 1
                                    

"Aisyah mana? " samar-samar kudengar suara yang sangat kukenali menyebut nama ku.
Aku berjalan keluar mushola untuk menemui seseorang itu, seseorang yang ada dalam hatiku dan saat ini menyandang gelar sebagai sahabat laki-laki terbaikku dan satu-satunya laki-laki yang dekat denganku selain papa. Seseorang yang tidak hanya menyandang gelar sebagai sahabatku tapi juga sebagai seseorang yang telah diam-diam aku cintai selama 3 tahun terakhir ini.

"Ali, nyariin Ayi ya? " aku menyapa Ali, seseorang yang menyandang 2 gelar sekaligus dalam hidupku. Ya seseorang itu namanya Ali.

"Iya, dari tadi Ali nyari Ayi" jawab Ali.

Kedengarannya cara bicara kami seperti anak-anak ya??Iya, inilah kami Aisyah dan Ali. Kami sahabat dari semenjak duduk di bangku SMP hingga sekarang kami sudah duduk di bangku SMA. Baik aku ataupun Ali tak pernah menggunakan kata aku kamu apabila sedang berbicara, kami selalu menyebut nama kami masing-masing, kebiasaan yang hanya aku lakukan bersama Ali, begitupun Ali kebiasaan itu hanya ia lakukan ketika sedang bersamaku.

"Ada apa ya li, nyari Ayi? " tanya ku penasaran pada Ali yang masih Setia berdiri di depan mushola.

"Sini!!! "Ali melambaikan tangannya, isyarat agar aku mengikutinya.

Mungkin Ali merasa kurang nyaman berbicara di depan mushola ini, karena kebetulan teman-temanku sesama anggota rohis sedang kumpul di mushola.

"Apa? " aku bertanya lagi setelah Ali menghentikan langkahnya di depan ruangan kantor majelis guru yang sedikit sepi, tapi masih ada beberapa murid yang masih berkeliaran karena waktu pulang belum terlalu lama berlalu, jadi mereka masih betah berada di sekolah.

"Ayi, Ali butuh uang 100.000,00" Sambil cengengesan dan memasang wajah melas Ali menjawab pertanyaanku.

"Kebiasaan deh, udah Ayi duga juga. Emang buat apaan li? "

Sebenarnya aku bisa saja langsung memberikan uang yang dibutuhkan Ali, tapi tetap saja aku harus tau uang itu mau digunakan Ali untuk apa. Karena sejauh ini aku tau kelakuan Ali, tidak bisa dibilang baik, tapi juga  tak bisa ku pungkiri Ali berbeda ketika berada di dekat ku. Selain itu aku juga heran Ali adalah anak seorang pengusaha yang cukup sukses, tapi kalo urusan nya sudah seperti ini maka siap-siap lah kantongku yang akan menjadi korbannya Ali.

"Ali kalah main game Ayi. HP Ali jadi jaminan nya. Kalo Ali mau HP Ali balik harus bayar 100.000,00" Ali menjelaskan dengan tetap memasang wajah pura-pura melasnya.

"Iya deh li, Ayi kasih"

Akhirnya aku  menyerah pada Ali dan mengeluarkan uang 100.000,00 dan menyerahkan nya pada Ali. Tapi tenang aja status uang itu di pinjam kok sama Ali, jadi aku gak kelaparan disekolah karena gak ada jajan.

"Maksih ya Ayi, janji deh bakal Ali balikin secepatnya" Sambil menerima uang yang aku berikan dan mengangkat 2 jari tangannya membentuk huruf V meyakinku bahwa uang itu akan segera ia kembalikan.

"Lama juga gak papa kok li" Ledekku pada Ali, karena emang kebiasaan Ali selalu mengingkari janjinya kalo soal mengembalikan uang.

"Iya, iya Ayi. Yaudah Ali pergi dulu ya" Ali pamit dan berjalan menjauhiku.

"Assalamu'alaikum nya lupa yaa li" Lagi, aku sekali lagi meledek Ali

"Hehehe iya, Assalamu'alaikum Ayi" setelahnya Ali benar-benar menghilang dari pelupuk mataku.

"Wa'alaikumussalam Ali nya Ayi" jawabku pelan sambil tersenyum .

Sahabat,CintakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang