Choosing You

296 15 3
                                    

"Love starts as a feeling, but to continue is a choice. And I find myself choosing you, more and more everyday" - Justin Wetch

"Dasar... Maniak misteri bodoh!"

Kata-kata itulah yang terlempar dari mulutku ketika aku mulai berlari menjauh darinya. Bersamaan dengan melemparkan kekesalanku, akupun ikut melemparkan sebungkus kotak kecil berisi cokelat berbentuk hati ke arah dia berdiri terpaku.

Aku tahu, ini bukanlah salahnya, ini bukanlah inginnya. Tapi aku tidak tahu mengapa sangat sulit bagiku untuk menerima kenyataan yang terucap dari bibirnya.

Shinichi, mengapa kau harus mengorbankan dirimu -dan juga aku- untuk hal seperti ini? Kau tidak berkewajiban untuk menanggung semuanya sendiri, dan lagi-lagi kau memilih untuk tidak melibatkan aku...

Kau curang! Sangat curang!

Kau tahu bahwa aku tidak akan bisa mencegahmu. Kau pun tahu bahwa aku tidak mungkin bisa membencimu untuk ini.

Aku mengerti, sangat mengerti alasanmu melakukannya. Tetapi perasaan yang berkecamuk di dadaku pun tidak bisa terus-menerus kupendam. Harus kukemanakan rasa kesal ini? Harus kuapakan rasa sedih dan sakit hatiku? Harus bagaimana lagi aku mencurahkan sesak yang terasa menghempas dada?

Andai saja aku bisa membencimu.

Andai saja aku bisa memilih yang lain selain dirimu.

Tentu semuanya akan menjadi lebih mudah bagiku.

________________________________________

Aku menghempaskan diriku di atas ranjang yang tadi pagi tidak sempat kurapikan. Seprai nya masih berantakan, bantal tersandar ke ujung dinding sedangkan gulingku terjatuh di lantai, terlupakan begitu saja oleh sibuknya aktivitas diriku pagi hari ini. Namun aku tidak ada niat untuk merapikannya sama sekali.

Aku terlalu malas untuk itu. Tenagaku seakan sudah terkuras habis karena tengah menahan emosi yang berkecamuk ini. Air mataku bergulir, menitik melalui ujung mataku sebelum akhirnya merembes ke atas seprai berwarna salem kesukaanku.

"Aku tampak seperti orang bodoh saja" aku menutup kedua mataku dengan ujung jemari yang masih sedikit bergetar.

Aku merasa hampa karena sepertinya hanya aku seorang yang bersemangat menantikan kencan pertama kami. Seharusnya hari ini menjadi hari yang spesial karena akhirnya kami akan pergi kencan setelah resmi berpacaran. Aku berpikir, penantianku yang panjang akhirnya dapat terbayar.

Perlahan, seluruh ingatan akan hari ini pun bergulir bagai butir pasir yang terjatuh di dalam jam pasir.

*Kilas balik*

Sehari sebelumnya, aku sudah melakukan riset tentang beberapa tempat yang cocok untuk kencan pertama. Tidak terlalu ramai namun juga tidak terlalu pribadi. Aku mencari tempat yang sekiranya akan disukai juga oleh Shinichi. Aku bahkan sempat menanyakan pendapatnya mengenai beberapa tempat pilihanku, tapi Shinichi hanya berkata "Terserah kau saja, Ran. Aku ikut saja"

Aku sudah menyiapkan cokelat buatan ku di meja, menuliskan sedikit kata hatiku di atasnya dengan hati-hati, lalu membungkus rapi kotaknya dengan pita merah, yang merupakan warna kesukaan Shinichi.

Aku sampai sulit untuk memejamkan mata saking senangnya, dan tidak sabar agar malam cepat berlalu menjadi pagi. Karenanya saat pagi menjelang, aku terbangun dengan mata terbelalak karena waktuku sebelum bertemu dengan Shinichi hanya tersisa satu jam saja!

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang