"Always listen to your heart, because even though it's on your left side, it's always right" - Nicholas Sparks
'Ah, tidak kusangka akhirnya aku kembali lagi kesini'
pikir Kudou Shinichi, yang sudah bukan merupakan detektif SMA lagi karena ia sudah resmi menjadi satu-satunya criminal profiler termuda berbakat di sebuah institusi kepolisian internasional yang berpusat di Amerika, jauh dari kampung halaman nya di Jepang.Anak muda berumur 22 tahun yang tergolong ganteng nan berkharisma itu melangkahkan kakinya sambil menengadah, sesekali ia mencoba menangkap helaian kelopak bunga sakura yang berguguran. Di sekitarnya penuh dengan pohon bernuansa jingga, membuat kuil tua bernama Kiyomizudera itu seakan diselimuti oleh lautan mimpi nan romantis.
Dia menghela napas panjang seraya berpikir 'Apa sih yang sebenarnya kulakukan disini? Seorang pria patah hati sendirian di tempat paling romantis yang penuh dengan pasangan? Aku sudah gila'
Sempat ia menghentikan langkahnya dan berpikir untuk pergi ke bandara saja, menunggu keberangkatan pesawatnya yang dijadwalkan terbang sekitar 5 jam lagi sambil membaca ulang buku A Study In Scarlett favoritnya. Tetapi entah mengapa hatinya memaksa untuk terus melangkah maju, setidaknya sampai ia tiba di pelataran kuil yang merupakan tempat bersejarah baginya.
'Memangnya apa yang bisa kudapat dengan mengunjungi lagi tempat itu?' Pikirnya dengan senyum penuh kesedihan 'toh dia tidak akan ada disana'
Pekerjaannya kali ini mengharuskannya untuk pulang ke Jepang, walau bukan ke kota dimana tempat asalnya, setidaknya suasana disana sudah dapat mengobati sedikit kerinduannya akan kampung halaman. Walau, hal yang sebenarnya sangat ia rindukan bukanlah kampung halaman nya, melainkan seseorang yang tinggal di sana. Seseorang yang sudah lama ia coba lupakan, tetapi malah semakin berakar kuat di lubuk hatinya. Tak peduli berapa lama pun waktu berlalu, Kudou Shinichi tak bisa memungkiri bahwa hatinya telah pergi seiring dengan perpisahan mereka 5 tahun yang lalu. Senyuman getir kembali menghiasi wajahnya setiap kali ia teringat akan teman masa kecilnya itu.
Ia melayangkan pandangannya ke lautan bunga sakura yang tengah mekar dari pelataran kuil, tempat dimana ia mendapat jawaban atas perasaannya kepada Ran, dengan cara yang membuatnya tersipu. Itu merupakan saat paling indah dalam hidupnya. Hanya dengan mengingat kembali saat itu, ia merasa ia masih bisa terus melangkah dan berjuang untuk hidup, sekalipun kini ia tak lagi memiliki gadis itu.
Mereka berpisah secara baik-baik.
Walau begitu, perpisahan tetaplah menyakitkan.
Tak peduli seberapa inginnya ia mempertahankan hubungan mereka, dia tahu dia tidak bisa egois. Dia telah sekali menghancurkan hati gadis itu saat Ran mengetahui kebenarannya dengan cara yang paling fatal namun tak terbantahkan. Dia pula yang telah membuat gadis itu hampir kehilangan nyawa karena melindunginya. Seakan hal itu belum cukup, dia harus meninggalkan gadis itu demi kebaikan masing-masing, karena hanya itulah satu-satunya cara untuk menjamin keselamatan nya.
Ya, dia telah melangkah pergi dari kehidupan Ran. Tetapi dia sendiri tidak pernah pergi dari masa lalunya dengan Ran. Tidak, dia tidak ingin pergi. Sekalipun hanya perasaan rapuhnya saja yang tertinggal, setidaknya hal itulah yang masih nyata tersisa. Ran lah yang telah membuatnya bertahan dan berjanji untuk terus hidup, walau tanpanya menyakitkan.
Kesepian kini sudah menjadi temannya sehari-hari. Yah, bukan berarti dia tidak memiliki teman maupun keluarga tempatnya bersandar. Namun dia tetap merasa sepi dan hampa tak peduli sebanyak apapun orang yang mengelilinginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted
Fanfiction[in Bahasa Indonesia. The English translation will follow suit] Love is addicting Once you taste it, the lingering taste will lasted longer in your heart, within all the flavours : sweet, bitter, unforgettable and addicting. Will you love your love...