2

1.5K 154 0
                                    

"Dimana Taehyung?!"

"Hey, bisa pelankan suaramu? Kami juga tidak tahu kemana Taehyung pergi." Salah satu yeoja yang mengenakan blazer pattern abu-abu menghembuskan nafasnya secara teratur dan menoleh ke arahnya

"Unnie, sudah kukatakan kepada kalian, jangan lakukan apapun kepadanya. " Yeoja itu mendudukkan dirinya dengan pasrah disebelah yeoja yang sedang menyeruput secangkir kopi hangat

"Jangan takut dia tidak akan kembali. Dia pasti tidak punya alasan untuk meninggalkan yeojanya disini."

"Nyonya Kim?"

Wanita paruh baya itu memasuki ruangan yang dimana tiga yeoja berparas angkuh dan anggun itu berada disana, duduk manis menikmati minuman yang sudah di sediakan untuk mereka, "Tidak perlu khawatir, dia hanya sedang ingin bermain-main. Dia akan baik-baik saja."

"Apa benar dia baik-baik saja?"

•••

Keadaan canggung menyelimuti seisi ruangan ini

Tidak ada satupun dari mereka yang ingin melontarkan isi pikiran mereka disana. Terdiam dengan posisi masing-masing, mereka larut dalam suasan yang sebenarnya tidak menyamankan untuk mereka sendiri

"Ahh, aku akan membuatkanmu teh hangat, kau istirahatlah." Beranjak dari posisinya, ia melebarkan langkahnya menuju tempat yang ia inginkan dan tampak tidak terlihat lagi dibalik pintu yang sudah ia tutup

Taehyung menghela nafas panjang, setidaknya ia harus besyukur karena dirinya ditemukan oleh orang baik sepertinya, walaupun mereka tidak mengenal satu sama lain, namun Taehyung percaya akan niat tulus untuk membantunya. Menyenderkan tubuhnya, kepalanya masih sedikit pening. Ia mengingat beberapa cuplikan kemarin yang sangat menyedihkan

"Bodoh sekali. Tidak kusangka kau melakukan hal keji seperti, Pria brengsek."

Ia merasakan betapa buruknya dia saat ini dan di masa lalu. Dirinya terlalu menjijikan untuk disebut sebagai manusia. Tanpa sadar ia menetaskan air mata yang tidak direncanakan untuk keluar dari tempatnya. Ia merutuki segalanya dengan mata terpejam

Langkah kaki yang mendekat dan suara decitan pintu yang terbuka, ia menyaka air matanya dengan cepat, berusaha berpura-pura terlihat pada umumnya, "Aku membawakanmu teh hangat, ini." Mengulurkan tangannya yang membawa secangkir teh hangat, Taehyung mengambilnya dari Tzuyu

"Terima kasih."

Tidak tahu kenapa, perasaan Tzuyu lebih tenang melihat namja ini sudah terlihat biasa saja dibandingkan tadi yang sempat menumpahkan air matanya, ia hanya tersenyum kecil menatapnya

Tzuyu yang hanya memperhatikan Taehyung, tentu, membuat namja itu merasa sedikit terawasi. Yeoja itu sedikit mengulas senyumnya dan sepertinya dia melamun disana. Posisi duduknya tidak jauh dari Taehyung. Namja itu tidak berani menatap balik ke arahnya

"Aku harus pergi, jika butuh sesuatu kau bisa memanggilku." Hendak beranjak dari sana, ia merasakan tangan hangat yang menahan dirinya untuk melangkah, "Siapa namamu?" Tzuyu sedikit terlonjak mendengar perkataannya, ia bahkan lupa memperkenalkan diri, "Maaf aku lupa mengenalkan diri, namaku Chou Tzuyu. Kau bisa panggil aku, Tzuyu." Mereka saling menatap satu sama lain dan tersenyum

Tangan yang sudah tidak ditahan olehnya, Tzuyu langsung mempersilahkan dirinya untuk meninggalkan kamarnya

"Chou Tzuyu. Aku suka namanya."

•••

Chaeyoung hanya menatap Tzuyu malas. Lihatlah, apa yang sedang Tzuyu lakukan sekarang itu benar-benar membuat Chaeyoung kesal dengannya. Sejak tadi ia hanya berjalan tidak tenang ke semua arah, itu membuat Chaeyoung kesal dan ingin sekali menendangnya dari belakang secara sengaja


"Kau ini kenapa?"

Ia mendudukkan tubuhnya dengan pasrah disebelah Chaeyoung. Cukup senang Tzuyu dapat menghentikan kegiatan kurang kerjaannya, "Beberapa pekan lagi hari kelulusan, aku hanya takut." Menatap heran manik Tzuyu, Chaeyoung kembali mengeluarkan suaranya, "Aku tahu, lalu?"

"Masalah beasiswa. Aku takut tidak diterima."


"Astaga, tidak mungkin kau tidak diterima. Santai saja."


Meghela nafasnya kasar, dia geram dengan Chaeyoung. Ia tidak akan mengerti apa yang Tzuyu khawatirkan karena setelah ini dengan mudah ia masuk kedalam kampus tanpa harus berjuang mati-matian

Bibi Areum yang membiayakan semua kebutuhan mereka termasuk biaya kuliahnya Chaeyoung. Ia memang hanya seorang pelayan dikediaman rumah seorang pengusaha terbesar di Seoul. Keluarga Jeon. Namun karena kerja kerasnya yang memuaskan dan baik, Tuan Jeon dan Nyonya Jeon memberikan ia hadiah, salah satunya membiayakan kuliahnya


Awalnya memang Tzuyu yang menerima hadiah tersebut, namun Tzuyu menyerahkan hadiahnya untuk Chaeyoung. Mereka memang sama-sama membutuhkan dan harus melanjutkan pendidikan mereka, tapi ia rasa Chaeyoung harus lebih dulu mendapatkannya. Tzuyu bisa mendapatkan beasiswa untuk urusan kuliahnya dari kemampuannya dibidang yang ia mampu

Kalau memang dibandingkan, Tzuyu lebih jelas unggul dibandingkan Chaeyoung. Ia memang pintar tapi kepintarannya hanya terpatok pada satu bidang, sedangkan Tzuyu, dia definisi murid teladan di sekolahnya. Bukan dirinya ingin meninggikan diri dan percaya dengan keahliannya dia akan mendapat kampus yang ia mau, bukan, dia tahu karena Chaeyoung pasti lebih membutuhkannya

Nyonya Jeon sebenarnya menawarkan biaya lagi untuk Tzuyu setelah tahu Bibi Areum tinggal bersama kedua keponakannya. Namun, dengan berat hati Tzuyu menolak tawaran tersebut, entah kenapa ia ingin sekali masuk ke universitas dengan hasilnya sendiri. Terdengar menyenangkan


"Sudahlah, ayo antar aku belanja, dibandingkan kau melamun terus-terusan. Pekan depan kita akan lulus, aku harus mencari dress yang tepat." Chaeyoung menarik tangan Tzuyu dengan cepat membuat tubuh ramping Tzuyu sempoyongan tidak terkendali

Bukan seorang Chou Tzuyu sekali pergi ketempat belanjaan

Ingin melayangkan protesnya, memaki Chaeyoung sejadi-jadinya, dengan cepat Chaeyoung kembali berucap, "Sekali-kali buat aku senang bersama dirimu. Tidak ada penolakan." Menghembuskan nafasnya pasrah ia merelakan dirinya untuk ikut bersamanya

[TBC]

Yuk dibacang ulang, work-ku yang ini sedang dalam masa perbaikan. Semoga semakin suka dan menikmati bacaannya❣

You're the ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang