Saat lampu kuningku menyala, teman-temanku mulai resah. Aku nggak lagi mendengar mereka mendukungku sejak Edward mulai sering terlihat bersama Adhellia. Aku sempat berpikir untuk mundur apalagi Amanda dan Pevi akhirnya mengatakan bahwa mereka sempat mendengar bahwa Edward sudah bertunangan.
Mereka memintaku untuk memupus perasaanku sebelum semuanya terlambat. Mereka benar-benar percaya karena Edward tampaknya juga menggoda Novi. Tapi untuk apa dia melakukan itu? Edward hanya melakukan penelitian untuk menyelesaikan sesuatu yang disebut penting untuk gelar S2-nya. Aku percaya dia bukan laki-laki yang seperti itu.
"Kalau kamu nggak percaya, coba perhatiin jari manisnya. Edward pakai cincinnya, Ren..," kata Pevi. "Aku tahu dari teman-teman yang kebetulan pernah dengar Bu Dinar ngobrol santai sama Edward...."
Aku diam. Aku nggak tahu mana yang harus aku percayai. Namun, kemudian aku berusaha membuktikan kalau teman-temanku salah. Aku menunggu Edward, mengajaknya kabur dari sekolah yang melelahkan itu. Untuk beberapa saat, aku lega. Aku nggak melihat cincin di jari tangannya seperti yang teman-temanku bilang. Aku sama sekali nggak berpikiran bahwa kalau memang iya, Edward bisa saja melepasnya saat diperlukan. Tapi, aku sudah buta.
Setelah melompat pagar di mana pelajaran sekolah belum usai, Edward benar-benar mendapatkanku. Dia memberiku ciuman pertama yang sampai kapan pun nggak akan terlupakan. Aku nggak bisa mundur lagi darinya. Setelah semua hal buruk yang terjadi padaku, Edward menjadi alasan pertamaku untuk bahagia dan melupakan keluh kesahku. Bersamanya aku mulai menemukan kebahagiaan yang belum pernah kumiliki.
Dari awal Edward memang nggak percaya dengan tuduhan Novi padaku dan aku senang sekali saat mengetahui bahwa dia selalu memperhatikanku. Dia mencari tahu apa yang kulakukan karena ia percaya aku nggak seperti yang orang-orang tuduhkan. Namun, rahasia tetap rahasia. Aku nggak mau membeberkan apa yang dilakukan teman-temanku dalam perkumpulan. Kami menjaga sebuah komitmen untuk nggak bilang pada siapa-siapa sekalipun semua orang beranggapan bahwa Seiren telah mencuci otak mereka. Aku bersedia menanggung semua keburukan itu karena nggak ingin teman-temanku harus bubar. Saling menyimpan rahasia membuat persaudaraan itu semakin kuat. Novi dan fitnah-fitnahnya nggak akan bisa meruntuhkan mereka.
Semuanya memang terjadi dalam waktu yang singkat sampai-sampai aku nggak sempat memikirkan seperti apa jadinya kami nanti. Namun, melarikan diri nggak pernah semenyenangkan saat aku selalu bolos pelajaran di jam-jam terakhir dan menunggu Edward di pinggir jalan yang nggak jauh dari sekolah. Aku naik ke mobilnya dan kami pergi berkendara tanpa tujuan. Dia menceritakan banyak hal tentang keluarganya; di antaranya ibu yang super over-protektif, adik-adik yang manja dan ayah yang ingin ia menjalankan bisnis keluarga. Aku memang baru mengenalnya tapi jiwanya sangat akrab denganku karena kami sama.
Edward selalu bertentangan dengan ayahnya seperti aku yang selalu melawan Mama. Ayahnya Edward dan Mamaku kurang lebih mirip. Mereka seorang bos yang suka mengatur bahkan hal-hal terkecil sekalipun mereka nggak ingin melewatkannya.
"Mama bener-bener nyebelin soal baju," kataku. "Dia bilang bajuku kurang bahan lah, sempit lah, dan ujung-ujungnya dia ceramahin aku. Pelecehan itu kadang terjadi karena kesalahan perempuan sendiri contohnya baju yang mereka pakai itu bisa mengundang perhatian orang. Pagi-pagi kalau dia sempat masuk kamarku sebelum berangkat sekolah dia pasti nyuruh aku ganti baju. Padahal menurutku sih kalau laki-lakinya emang bejat nggak peduli terbuka atau ketutup tetap aja nafsu!"
"Kalau soal itu Mama kamu nggak salah," komentar dia hingga membuatku melotot. Dia memandangiku dari atas hingga ke bawah dengan tatapan yang dipenuhi nafsu. "Mungkin karena laki-laki yang kamu maksud itu belum pernah semobil sama kamu."
"Ih, apa sih?!" cetusku sambil mendorong dan memukul-mukul tubuhnya.
Edward tertawa.
"Jangan ikutan nyebelin!" teriakku masih nggak terima karena dia masih menertawaiku bahkan sampai terpingkal-pingkal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seiren's Squad
RomanceSaat seorang anak perempuan tumbuh besar, cinta pertamanya adalah sang ayah, tapi aku? Aku bahkan nggak pernah tahu seperti apa ayahku. Dia meninggalkan Mama saat aku masih kecil dan belum mengerti apa yang disebut pengkhianatan. Mama-ku menyelamatk...