Ino

1.2K 104 1
                                    

"Dimana Sakura?!"

Suara cetar membahana itu, membuat seisi kelas hening seketika dan menatap kaget pada makhluk yang kini berdiri murka di depan pintu. Sang pelaku memelototi salah satu siswa yang langsung menunjuk ke arah seorang gadis berambut cepak pemilik nama Sakura yang sedang asyik dengan komiknya di pojok ruangan.

Darah sang gadis mendidih saat melihat orang yang diteriakinya, dengan santai menaruh kaki ke atas meja tanpa mempedulikan teriakannya.

"Heh, Jidat baka tidak waras! Apa yang kau katakan pada Sai-kun?!"

Ia menggebrak meja di depan Sakura yang membuat gadis itu terlonjak dan menatap bingung gadis di depannya. Ia membuka headseat di telinganya.

"Kau bilang apa, Ino?"

Wajah Ino merah seketika. Antara malu dan kesal. Pantas Sakura santai-santai saja saat diteriaki. Ternyata ia sedang memakai headseat.

Oke lupakan.

Ino kembali memasang wajah murka pada gadis jadi-jadian di depannya ini.

"Aku tanya, apa yang kau katakan pada Sai-kun?!"

Sebelah alis Sakura naik. Seringai super tipis tercetak di bibirnya. Ia kembali memposisikan dirinya bersandar dengan nyaman.

"Memang apa yang kukatakan?" jawabnya santai.

"Tidak usah pura-pura bodoh! Sai-kun menolakku! Dan dia bilang itu semua karena yang kau katakan padanya! Dasar baka! Apa yang kau katakan padanya?!"

Kini seringai Sakura melebar.

"Oh, itu?"

Ia menatap Ino santai.

"Aku tidak bilang apa-apa."

Mata Ino makin lebar.

"Aku cuma bilang kalau kau itu sangat sempurna dan banyak pemuda yang menyukaimu. Pasti akan susah menjadi pacarmu untuk pemuda yang biasa-biasa saja. Hanya pemuda yang selevel denganmu, yang pantas menjadi kekasihmu. Memang ada yang salah dengan ucapanku?"

Telinga Ino panas mendengarnya. Emosinya sampai di ubun-ubun. Ingin rasanya ia membunuh gadis gila ini.

"Dasar Sakura bakaBaka! Aku mencintai Sai-kun! Aku tidak mungkin akan berpikir dia biasa-biasa saja!"

Sakura menyeringai.

"Aku tidak pernah bilang kalau dia biasa-biasa, Nona. Kau sendiri yang mengatakannya, loh?"

Ino tercekat dan sontak bungkam. Ia menggeram.

"Tapi semua orang akan berpikir seperti itu, kalau mendengar ucapanmu!"

Sakura mengangkat bahunya tidak peduli kemudian memasang headseat dan kembali menekuni komiknya.

"Salahnya sendiri kalau begitu. Untuk apa menelan ucapanku mentah-mentah. Kalau memang cinta dia akan bertahan sampai akhir, bukan malah kabur seperti pecundang."

Say No For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang