Sakura

779 78 2
                                    

"Dia sudah keterlaluan! Aku masih normal!"

"Dia membuatku ditolak Sai-kun. hiks..."

"Aku hampir dibunuh Neji, dattebayou! Dia sekarang pasti mengancam Hinata untuk menjauhiku! Hilang sudah harapanku mendekatinya!"

"Karin tidak mau kusentuh! Aku kehilangan jatah ranjang panasku! Kalau bukan sifatnya yang urakan itu, mungkin aku akan mencium bibir kissablenya itu dan memaksanya menggantikan Karin sebagai hukumannya!"

Hening.

Semua atensi berpusat pada pemuda yang baru saja mengucapkan kata-kata yang membuat panas kuping. Naruto melotot menatap sang pelaku. Suigetsu. Marah-marah begini, ia tidak akan membiarkan sahabatnya menjadi korban buaya rawa-rawa seperti Suigetsu.

"Apa?!"

Suigetsu mendelik tidak terima mendapat hujan tatapan 'ajaib' di depannya -kecuali Naruto yang menatapnya sangar tentu saja.

"Aku hanya mengungkapkan kekesalanku! Seperti kalian!"

Naruto mendengus, tapi kemudian tetap melanjutkan musyawarah mendadak mereka.

"Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan, untuk menghentikan ulah Sakura tentunya?"

"Kita harus membalasnya!"

"Kita carikan dia pacar saja! Daripada dia mengganggu kita terus! Dia akan fokus pada pacarnya!"

"Tapi siapa yang mau dengannya? Aku saja ogah!"

"Cuih! Kau saja diam-diam memperhatikan bibir kissable dan berpikir mesum tentangnya! Jangan membuat pantatku tertawa, Sui!"

"Bayar saja laki-laki! Lalu suruh dia memacari gadis gila itu! Lalu setelah dia bertekuk lutut, suruh dia memutuskannya! Biar gadis jadi-jadian itu tahu apa yang aku rasakan saat ditolak Sai-kun, hiks,"

Telinga Naruto berdengung mendengar pekikan-pekikan penuh amarah di sekelilingnya. Susah bicara dengan orang yang sedang naik darah. Untung Sakura itu sahabatnya. Kalau tidak, mungkin ia juga akan ikut memprovokasi untuk membunuh gadis itu saat ini juga. Ia menoleh menatap sosok yang sedari tadi duduk diam menatap mereka datar tanpa minta.

"Bagaimana menurutmu, Sasuke?"

"Bukan urusanku. Jangan melibatkanku dengan diskusi tidak pentingmu ini, baka!"

Naruto merengut mendengar jawaban tak peduli dari sahabatnya itu.

"Awas saja kau, Sasuke. Nanti kalau kau punya pacar dan dikerjai Sakura, jangan menangis padaku."

"Hn."

Daripada Naruto mencekik pemuda menyebalkan irit kata-kata di depannya, lebih baik ia fokus ke musyawarahnya.

"Sebenarnya, apa sih yang membuat gadis iblis itu menjadi semenyebalkan itu?!"

"Kau benar. Aku dengar dulu Sakura tidak setomboy itu."

"Apa dia punya pacar sebelumnya?"

"Aku rasa dia punya. Tidak ada asap kalau tidak ada api. Aku yakin keadaannya saat ini pasti ada kaitannya dengan masa lalunya. Mungkin saja dia pernah patah hati dan akhirnya membenci laki-laki. Bukankah itu alasan yang klasik?"

Say No For LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang