1

59 9 4
                                    



Selamatmembaca:)

***

"Mau kemana lo?"

Cowok berambut rapi itu menoleh ke samping tepatnya samping kursinya dimana terdapat teman satu mejanya sejak kelas sepuluh itu baru saja melontarkan pertanyaan. Padahal temannya itu pasti sudah sangat tahu kemana ia pergi kalau ia beranjak saat jam istirahat kedua. Ya, walaupun tidak setiap hari ia ke tempat itu.

Karena biasanya kalau istirahat kedua ia lebih suka didalam kelas dengan bermain game diponsel nya. Tetapi, saat ini buku yang ia pinjam masa nya sudah habis jadi daripada membayar denda lebih baik cepat-cepat ia kembalikan. Jadi tujuan nya hanya satu ke perpustakaan.

Dia tidak menjawab pertanyaan temannya itu, ia langsung saja keluar dari kelas menuju ke perpustakaan. Sampainya didepan pintu perpustakaan ia melihat punggung siswi berambut sebahu yang baru saja melewati pintu itu. Mata laki-laki itu pun terus mengawasinya sampai siswi itu duduk dikursi paling pojok. Pemandangan itu tidak hanya sekali bahkan setiap ia meminjam buku ataupun mengembalikan buku pada saat jam istirahat kedua.

Bahkan minggu lalu ia tidak sengaja ditabrak oleh siswi itu. Tanpa sadar ia pun lama kelamaan menjadi penasaran tentang siswi itu dan juga alasan kenapa selalu ke perpusatakaan? Padahal siswi itu tidak membaca sama sekali.

Cowok itu menggeleng, kemudian melangkah melewati ambang pintu dan berhenti didepan meja lalu menatap Bu Laras dengan senyum ramahnya. Bu Laras pun membalas senyumnya.

"Mau di perpanjang atau mau di kembalikan nih Lang?" tanya Bu Laras sambil jemari nya memutar-mutar pulpen.

"Nggak Bu, biasa langsung di kembalikan aja Bu." Galang tersenyum setelah itu seperti biasa menaruh kembali buku itu di rak nya, sesudah di catat oleh Bu Laras bahwa buku tersebut sudah di kembalikan.

Tepat didepan rak buku itu ia bisa melihat siswi itu duduk dengan tenang dan telinganya terdapat sebuah earphone. Ia pun dapat melihat nametag siswi itu dan Galang membacanya tanpa suara.

"Laura Hilmy."

Hingga sampai beberapa detik ia memandangi siswi itu, dan pada akhirnya siswi itu menoleh kearahnya dengan ekspresi tidak terbaca. Mendapati seperti itu, Galang tersenyum kikuk.

***

Begitu masuk kedalam rumah, cewek mungil berambut sebahu itu langsung naik ke lantai dua menuju kamarnya. Setelah masuk ke dalam kamar ia dikejutkan oleh perempuan yang duduk di kasurnya. Perempuan itu lebih tua darinya mempunyai rambut panjang yang ikal di ujung rambutnya.

Begitu sadar siapa yang berada di kasurnya ia pun menghela napas. Kemudian dengan tenang ia melangkah menaruh tas sekolah di kursi belajarnya. Bahkan ia seperti tak menganggap perempuan itu ada di kamarnya.

Perempuan itu pun hanya bisa tersenyum maklum karena memang sudah biasa adik kandungnya itu bersikap seperti itu kepadanya. Ia pun menghampiri adik kandungnya itu yang masih berdiri didekat kursi belajar.

"Gimana tadi sekolahnya?"

Cewek berambut sebahu itu menoleh kearah kakaknya dengan wajah datar. "Kakak ke kamar gue cuman mau nanya itu?" tanyanya sarkastis.

Luna menghela napas panjang kemudian ia lebih mendekat lagi ke adiknya. "Kakak mau ngajak kamu makan siang sama-sama," jawab Luna dengan senyum hangatnya.

"Gue gak laper, mending kakak keluar deh," ucapnya datar kemudian ia melangkah ke kamar mandi meninggalkan Luna begitu saja.

"Laura, please."

"Nggak." Kemudian ia pun menutup pintu kamar mandi tersebut dengan cara membantingnya.

Luna pun hanya bisa tersenyum getir melihat itu semua. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi terhadap adiknya.

***

Di balik pintu kamar mandi tersebut Laura berdiri mematung dengan mata yang sudah berkaca-kaca ia menahan tangis yang ingin keluar begitu saja.

Ia tidak pernah bisa melupakan semua kenangan masa lampau yang begitu membekas dihatinya, sampai membuatnya selalu memperlakukan kakak kandungnya seperti tadi.

Padahal di hatinya yang paling dalam ia tidak mau memperlakukan kakaknya seperti itu, tetapi ego selalu bisa mengalahkan hatinya yang sebenarnya begitu lembut dan tulus.

Begitu terdengar pintu kamarnya tertutup yang bahwasannya Luna sudah keluar dari kamarnya, Laura langsung mengeluarkan tangisnya dengan kencang. Tangis yang sangat sering ia keluarkan begitu selesai memperlakukan Luna seperti itu.

Dan pastinya di dalam hatinya selalu mengucapkan kata maaf yang begitu dalam.

***

Hallo semuanya, makasih udah mau baca^_^

Kalau kalian suka dengan cerita ini jangan lupa vote dan komentarnya yaa:*

Bila perlu share ke teman2 yang lain siapa tau mereka juga suka :D

Salam,

^_^(senyum)

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang