11. Suatu Kesalahan?

3K 289 16
                                    

Davi mendongkakkan kepalanya dan menatap terik sinar matahari yang terdiam tepat di atasnya. Cuaca hari ini benar2 panas yang mampu membuat kepalanya terasa sangat pening. Ia menggelengkan kepalanya pelan dan berharap hal itu dapat membantu menetralkan penglihatannya yang mulai memburam

"Udahlah dav, kalo gak kuat gak usah maksain. Lebih baik lo diem di kelas aja biar bisa istirahat" Ujar ravi sambil melingkarkan tanganya pada pundak davi

"Gue okey rav. Lagian kan hari ini pengambilan nilai. Gue gak mungkin gak ikut"

"Gue bisa minta tugas lain ke pak dino buat nilai lo, asalkan gak ikutan olahraga kaya gini"

Davi tidak mengatakan apapun lagi. Saat ini rasa pusing telah menguasai sepenuhnya. Ia gunakan tangan kanannya untuk munutupi kedua matanya yang terasa berat untuk di buka

"Pusing rav" Ucapnya begitu pelan yang terdengar seperti lirihan. Namun ravi masih bisa menangkap nya dengan jelas

Sandra yang menyadari jika kondisi davi sedang tidak baik pun segera memnggil pak dino untuk menghampiri mereka. Dan tepat saat pak dino datang, tubuh davi mulai melerai namun masih bisa di tahan oleh ravi yang sudah terlihat sangat panik.

Para siswapun saling berlarian menghampiri mereka karna penasaran, sedangkan tubuh davi sudah di angkat oleh pak dino dan segera di bawa ke ruang kesehatan yang di ikuti ravi dan juga sandra di belakangnya.

🍒🍒🍒

Sebenarnya ravi dan sandra ingin sekali menemani davi di uks. Tapi pak dino menyuruh mereka untuk kembali ke lapangan dan membiarkan anggota pmr saja yang mengurusinya. Bukannya melarang, namun saat ini mereka harus melakukan tes penilaian olahraga, maka dari itu mereka harus ikut.

Difa terus menatap wajah tenang davi yang sedang terbaring di hadapannya, kedua tangannya ia gunakan untuk menangkup wajahnya. Saat ia baru saja keluar dari kamar mandi tadi, ia melihat pak dino yang berjalan cepat sebari mengangkat seseorang dalam pangkuannya. Karna ia merasa penasaran, akhirnya ia mengikuti mereka ke uks. Difa sempat terkejut saat ia tau bahwa davilah yang baru saja pingsan.

Dan akhirnya pak dino pun menyuruhnya untuk menjaga davi karna memang itu sudah menjadi tugasnya. Tentu saja difa menerimanya dengan senang hati, apapun tentang davi ia suka.

Perlahan davi mulai membuka matanya, ia mengerjap beberapa kali untuk menetralkan penglihatannya

"Hey lo udah sadar?"

Davi menoleh ke sampingnya dan mendapati difa yang tersenyum hangat ke arahnya. Ia berdecak pelan, kenapa harus slalu dia yang ada di dekatnya saat kondisi dia seperti ini?

"bosen gue"

"Bosen kenapa? Bosen sakit? Makanya lo harus jaga kesehatan biar.."

"Biar gak ketemu sama lo lagi"

Difa mengeryit bingung karna tidak mengerti dengan ucapan lelaki yang ada di hadapannya ini

"Ngapain sih lo di sini? Udah sana balik ke kelas. Bosen gue liat lo mulu"

"Baru juga empat kali ketemu sama sekarang. Lagian seharusnya lo tuh bersyukur karna bisa ketemu sama bidadari cantik kaya gue, karna biasanya yang kaya gue tuh adanya di surga bukan di dunia nyata kaya gini"

"Oh"

Difa mencoba menahan kekesalannya dengan menghembuskan nafas nya secara perlahan. Menghadapi orang seperti davi memang harus mempunyai kesabaran yang tinggi dan juga besar.

"Nihh minum dulu obat lo" Ucap difa sebari memberika sebuah botol kecil yang berisi beberapa butir pil. Davi tidak langsung menerimanya, ia menatap botol obat itu beberapa saat hingga suara difa kembali terdengar

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang