16. Dekat

2.2K 232 9
                                    

Niko berjalan dengan tergesa2 menuju kamar davi setelah ravi mengabarinya jika davi kembali sakit. Faktor utamanya pasti karna ia banyak fikiran, dan ia tau bahwa dirinyalah salah satu penyebabnya.

Niko menghela nafasnya pelan saat melihat davi yang sedang menyandarkan punggungnya pada tempat tidur sebari membaca sebuah komik favoritnya

Davi menyudahi aktivitasnya setelah papahnya itu mulai duduk di hadapannya. Setelah kejadian di cafe waktu itu, ia memang memutuskan untuk tidak saling berbicara antara satu sama lain.

"Kamu sakit?" Tanya niko sambil mengusap kepala davi dengan lembut

Davi menggelengkan kepalanya pelan sebagai tanda jawabannya

Niko tersenyum getir. Apakah ia sudah melewatkan banyak hal tentang pertumbuhan anaknya? Saat ini ia baru sadar bahwa davi sudah dewasa, terbukti pada sikapnya yang sudah berani berbohong. Niko dapat merasakan suhu anaknya itu panas dan rona pucat yang tercetak jelas pada wajahnya, namun anak itu mengatakan seolah tidak apa2

Niko mulai menggenggam tangan davi yang jari2 nya tertutup oleh jaket yang ia kenakan, pasti ravilah yang memakaikannya, dia memang tidak pernah membiarkan davi kedinginan

"Maaf karna papah slalu sibuk sama pekerjaan sampe gak ada waktu buat kamu. Papah juga minta maaf karna terlalu mentingin perasaan papah sendiri sampe buat kamu kecewa"

"Papah gak salah, akunya aja yang terlalu egois. Gak seharusnya aku larang papah buat ngelakuin berbagai hal yang papah suka. Kalo emang dengan wanita itu bisa bikin papah bahagia, aku akan coba buat nerima semuanya secara perlahan"

Niko tau jika saat ini davi kembali berbohong. Ia ingat dengan ucapan ravi tentang betapa terpukulnya davi tentang hal ini.

Ia menggelengkan kepala pelan "Cuma kamu sumber kebahagiaan papah dav gak ada yang lain. Dan tentang masalah itu, kamu lupain ya, papah udah gak ada hubungan apapun lagi sama dia"

"Beneran?"

"Iya"

"Serius?"

"Iyaaa"

"Sumpah?"

Niko menatap davi dengan sedikit geram karna anaknya itu terus saja menggodanya

"Nanya sekali lagi, papah bakal cium kamu bertubi2"

Davi mengedikkan bahunya ngeri "Iya deh percaya"

Niko tertawa melihat raut wajah davi yang berubah geli.

"Dav? Ada difa tuh" Ucap ravi yang tiba2 muncul di depan pintu kamarnya

"Difa siapa?" Tanya niko pada davi

"Temen sekolah"

"Temen apa pacar?" Kini giliran niko yang menggoda davi

"Temen pah"

"Sumpah??"

"Dihh apaan sih pah, udah sana keluar"

Niko kembali tertawa setelah berhasil membuat anaknya itu kesal "Yaudah rav, suruh dia masuk ke sini aja, kasian davi kalo harus keluar" Suruh niko yang mendapat balasan "Okeh" Dari ravi

"Papah keluar dulu ya" Pamit niko yang di angguki davi

"Selamat malam sabtuan" Goda niko sebelum ia benar2 keluar

"Ishh dasar pahmud jaman now"

Niko masih bisa mendengar balasan davi walaupun ia sudah berada di luar. Ahh akhir2 ini ia jarang sekali mengobrol ataupun mendengarkan cerita anaknya itu, terlalu kejam memang. Ia baru sadar jika dirinya sudah mulai gila dengan pekerjaannya yang membuatnya lupa bahwa menjadi seorang ayah yang baik adalah tugas utamanya

I'm Not PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang