News

229 14 0
                                    

Mentari pagi merembas masuk melewati sela gorden yang tertutup rapat. Elle semakin merapatkan selimutnya, tubuhnya begitu enggan untuk bangkit dari kasur.

i can't believe in you, i'd see you another day another way

alunan lagu re:make dari One ok rock berdering keras dari handphone-nya Elle yang tergeletak di atas meja di samping tempat tidurnya. Dengan mata yang masih tertutup rapat, ia meraba-raba meja tersebut mencari handphonenya.

"Ya...." Lirihnya begitu handphone tersebut ia letakkan di telinga.

"Kau masih tidur Elle?!" Tanya wanita di ujung sana.

"Yaaaa...." Lirihnya lagi.

Wanita di ujung sana menarik napas. "Ada berita penting untukmu Elle."

"Aaapaaa??" Jawabnya lagi dengan lirihan malas.

"Giorgio. Tunangan adikmu tewas di rumahnya. Ia dan seorang wanita terbunuh di kamarnya."

Kedua matanya Elle langsung terbuka lebar. Ia pun langsung terduduk dari posisi tidurnya saat itu. "APA?! Coba ulangi lagi!" Perintah Elle, ia masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

"Giorgio, tunangan adikmu tewas bersama seorang wanita di kamar rumahnya!" Ujar wanita itu dengan menegaskan tiap kata yang terucap.

Klek..

Elle menutup telponnya tanpa berkata apa-apa pada teman wanitanya itu. Ia langsung bergegas keluar dari kamar mencari Aria. Ia membuka pintu kamarnya Aria, tapi ia tidak ada di sana. Elle mendesah kesal. Ia-pun mengambil mantel yang tergantung di samping pintu masuk dan bergegas keluar rumah.

●○●○●○

Rumahnya Gio

Elle melewati begitu saja petugas kepolisian yang sedang mengidentifikasi kematian Gio dan teman wanitanya. Ia melangkahkan kakinya ke seorang wanita italia berkulit coklat hasil dari berjemur matahari dengan rambut pirangnya yang bondol dan mata warna hitam. Raut wajahnya menunjukkan sosok yang tegas dan perfeksionis. Wanita itu sedang berbicara dengan seorang pria berumur yang terlihat serius mendengarkan tiap kata yang terucap dari mulut wanita itu.

"Michelle." Panggil Elle. Wanita itu menoleh seraya menghentikan ucapannya. Ia menghampiri Elle yang berdiri tak jauh darinya.

"Sudah ku kira kau akan datang." Michelle bertolak pinggang. "Sebelum membahas soal kematiannya Gio, aku ingin mendengar penjelasan darimu terlebih dahulu. Gio adalah tunangannya Aria, lalu siapa wanita itu?"

Elle melirik ke arah tempat tidur yang sudah penuh dengan darah kering, ia mendesah pelan. "Aku tak tahu dia siapa, tapi mungkin dia wanita yang sudah menghancurkan hubungannya Aria dengan Gio."

"Apa? Maksudmu mereka sudah?" Michelle mengangkat alisnya menatap Elle penuh tanda tanya.

Elle mengangguk. "Ya begitulah.. Kau pasti mengerti. Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu."

"Oke oke aku mengerti. Now.. what are you looking for here?"

"Bolehkah aku melihat TKP? Hanya sekedar melihat saja, aku penasaran."

"Hmm... baiklah. Kau langsung kesana saja dan bawa file ini." Michelle memberikan file yang ia sedang pegang. "Agar orang lain tidak curiga bahwa kau ingin melihat TKP bukan untuk penyelidikan. Bila ada yang bertanya kau tentu tau harus bagaimana."

"Grazie Micha. Kau memang sahabatku." Elle tersenyum dan langsung dibalas dengan senyuman pula dari Michelle.

"Aku harus menemui ahli forensik terlebih dahulu. Aku pergi Elle." Michelle menepuk bahunya Elle lalu pergi. Elle-pun langsung melangkahkan kaki ke tempat wanita selingkuhannya Gio yang sudah tergeletak kaku.

Elle mengambil sarung tangan dari dalam tasnya seraya menyibak rambut yang menutupi wajah wanita itu. Dilihatnya sayatan pisau yg cukup panjang di bagian leher. Tak hanya itu, pola seprai yang sudah tak rapi lagi tak luput dari pandangannya Elle juga.

Elle lanjut memeriksa bekas tusukan di bagian dada wanita itu. Namun tiba-tiba pandangannya terlempar ke sekitar mulut wanita itu yabg terlihat memerah. Bahkan ada beberapa titik terlihat bekas goresan akibat terkena kuku.

"Elleanore.." Panggil seorang pria dari arah belakang. Elle pun menoleh.

"Mr. Eduardo?!" Matanya Elle terbelalak lebar.

"Sedang apa kau disini?!" Tanyanya sambil menyilangkan tangan.

"Elle kebetulan datang ke kamar ini untuk menemui temannya. Tapi ternyata inilah yang terjadi." Jawab Michelle dari arah belakangnya Mr. Eduardo, ia berjala  menghampirinya. Mr. Eduardo memalingkan wajah kearah datangnya Michelle. "Lagipula dia hanya melihatnya saja. Wajar kan bila aku memberikan izin pada seorang teman dari si korban?!"

"Apa itu benar Elleanore?" Tanya Mr. Eduardo lagi, kali ini untuk mempertegas jawaban yang diberikan oleh Michelle. Ia menatap Elle dengan tatapan menyelidik.

"Itu benar signore. Kebetulan tadi aku memang ingin menemui temanku Giorgio. Namun yang terjadi sekarang malah seperti ini." Dengan gerakan yang cepat Elle menyembunyikan sarung tangan yang tadi sempat ia lepas saat Michelle menjawab pertanyaannya Mr.Eduardo. Beruntung baginya saat itu Mr.Eduardo tidak begitu memperhatikan Elle, karena Mr.Eduardo sangat tidak suka bila divisi lain ikut campur  menangani kasus yang bukan bagiannya.

Mr.Eduardo mengangguk pelan. "Ngomong-ngomong bagaimana dengan kasusmu? Sudah ada kemajuan?!"

"Mmm maaf signore, saya masih mencari-cari datanya lagi. Saya masih belum bisa memastikan perkembangan kasus itu seperti apa karena harus saya akui, saya menemui jalan buntu."

Mr. Eduardo menghela napas dengan keras. "Sudah ku kira tak seharusnya aku memindahkanmu ke divisi yang menangani orang hilang. Kau memang bukan ahlinya."

Terdengan nada kekecewaan dari ucapannya Mr. Eduardo. Pria setengah baya dengan rambut yang hampir putih itu terdiam sejenak.

"Kasus ini sebaiknya kau ambil alih." Mr.Eduardo menunjuk Elle, Michelle hanya tersenyum kecil mendengar ucapannya Mr.Eduardo.

"Kasus yang mana??" Elle bingung dengan ucapannya Mr. Eduardo. Biasanya Mr.Eduardo akan marah bila kasus yang ditangani salah satu anak buahnya tidak bisa dipecahkan terkecuali dengan alasan tertentu.

"Kasus temanmu ini. Aku sangat mengenalmu Elleanore, kau ahli dalam divisi ini. Soal perpindahanmu yang kemarin, aku rasa itu kesalahanku. Aku hanya ingin melihat sejauh mana kemampuanmu itu."

"Michelle!" Panggil Mr.Eduardo melanjutkan ucapannya yang tadi. "Serahkan file mengenai kasus pembunuhan ini pada Elleanore, aku tunjuk ia secara langsung sebagai partnermu."

Michelle menundukkan sejenak kepalanya. Ia tersenyum penuh arti. "Baik Mr.Eduardo." Ia mengangkat kepalanya kembali.

"Baiklah, aku tinggal kalian berdua. Ada hal yang harus kutangani."

Mr. Eduardo pergi meninggalkan Elle dan Michelle. Tak lama setelah ia pergi, Michelle merangkul Elle dan tertawa kecil. "Akhirnya kau kembali Elle!"

Elle hanya menggeleng pelan sambil tersenyum bingung.

"Hei signorina! Kau seharusnya senang. Akhirnya kau kembali.ke divisi ini. Fiuh... kau tau semenjak kau pindah divisi aku pusing dengan berbagai kasus yang datang bertubi-tubi. Ngomong-ngomong... kau menemukan apa di sana?!" Tunjuk Micha menggunakan dagunya ke arah wanita yang tewas tersebut.

Elle tersenyum penuh arti. Ia melirik Micha dengan tatapan penuh kemenangan. "Kau pasti belum memecahkan seperti apa urutan terbunuhnya mereka kan?"

Michelle dengan cepat menoleh ke Elle. "Kau?!"

Elle semakin mengembangkan senyumnya.

Two Face [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang