The death of an ex

315 17 0
                                    

Pria bertopengkan guy fawkes itu memandang pantulan dirinya di cermin kamar. Ia memakai tudung hoddienya dan kemudian tangan kirinya mengambil tongkat baseball yang tersandar di dinding.

●○●○●○

Pukul 2 malam

Kamar itu ada di lantai dua dari salah satu rumah di kawasan residence de la gare yang terkenal akan rumah-rumah mewahnya. Kamar luas dengan design modern yang dibalut warna putih dan hitam itu menambah kesan maskulin pada sang pemilik yang memang seorang pria. Ya.. itu adalah kediamannya Giorgio.

Bulir keringat mulai mengalir di dahinya Gio yang saat itu masih tertidur. Kepalanya tidak berhenti bergerak sejak 5 menit yang lalu. Kerutan di dahi dengan raut muka cemas meliputi wajahnya. Napasnya juga tak beraturan dan dengan tiba-tiba ia terbangun dan terduduk. Wanita cantik berambut pirang yang ada disampingnya hanya bergeming sedikit namun ia tidak sampai bangun walau Gio saat itu cukup terganggu dengan mimpinya. Gio beranjak dari tempat tidur lalu mengambil kaos yang tergeletak di lantai. Dengan wajah yang masih basah dengan keringat, ia pergi ke luar kamar.

Disaat bersamaan, pria bertopeng guy fawkes masuk dengan perlahan dari balkon sambil menyeret tongkat baseball. Ia melewati kursi baca di sudut kamar dekat jendela dan menaruh tongkatnya di atas sana, lalu mengeluarkan pisau dari dalam saku jaketnya. Ia duduk sambil bersandar tangan setengah tertidur di samping wanita berambut pirang itu. Ia memandang wanita itu dengan tatapan jijik dan dengan gerakan cepat dia menelentangkan wanita itu seraya mendudukinya tepat di atas perut. Kedua kakinya menjepit tangan wanita itu agar tidak bisa melawan.

Sontak, wanita itu terbangun dengan mata terbelalak lebar. Belum sempat ia teriak, pria bertopeng guy fawkes itu menutup mulutnya dengan kuat. Ia mendekatkan mata pisau ke wajah wanita itu. Wanita itu terus mencoba memberontak dan memalingkan wajah. Dari sudut matanya ia memandang pisau itu dengan ketakutan.

Tak ada ampun bagi pria itu. Dengan gerakan yang sangat pelan ia menyayat pipi mulus si wanita. Darah pun mulai keluar perlahan. Kepala wanita itupun tak berhenti bergerak, tubuhnya juga terus menerus memberontak bahkan bed cover yang ia pakai sampai terjatuh karena kakinya yang terus menendang-nendang.

Pria itupun kembali menyayat pipi yang sebelah satunya lagi. Setelah itu gerakan tangannya mulai kebawah, ke arah leher. Dengan gerakan cepat ia menyayat leher wanita itu dari ujung kiri ke ujung kanan. Darah yang sangat banyak mengucur keluar. Napas wanita itu sudah mulai tak menentu seperti seseorang yang sedang sekarat. Ia lalu menusukkan pisau ke sisi kanan dari leher wanita itu. Lalu saat wanita itu sudah tidak bisa berkata-kata karena mulai kehabisan napas, pria itupun menusuk jantung wanita itu dengan kedua tangannya yang menggenggam kuat gagang pisau.

Satu tusukan di jantung. Ia terdiam, sengaja menahan ujung pisau tetap menancap disana. Seketika sesuatu yang menggebu-gebu memenuhi hatinya. Ada rasa yang sangat kuat juga menyelimuti dirinya, hal yang membuat dirinya merasa dahaga akan sesuatu. Iapun mengambil pisau itu dan menusuk dengan brutal perut sang wanita. Darah segar dari wanita itupun memerahkan seprai putih dibawahnya.

Krek

Gio masuk dan langsung terbelalak dengan apa yang ada dihadapannya. Pria bertopeng guy fawkes itupun langsung bangkit dan berlari mengambil tongkat baseballnya. Lalu dengan sigap ia memukul kepalanya Gio sampai Gio terjatuh tak sadarkan diri.

●○●○●○

Cahaya lampu mulai merembas masuk ke pelupuk matanya Gio. Ia mengerjapkan mata mencoba mengingat-ingat apa yang tengah terjadi. Ia mencoba menggerakkan tangannya tapi saat itu tangannya sudah terikat tali. Tak hanya tangan, tapi kakinya juga. Mulutnya-pun disumpal kain.

Pria itu berdiri membelakangi Gio dengan tangan kiri memegang tongkat dan tangan kanannya memegang pisau yang terjulur ke bawah meneteskan darah. Pria itu membalikkan badan seraya melempar pisau yang ia pegang hingga menancap ke perutnya Gio.

"Arrrrggghhhhhh...." Gio hanya mengerang kesakitan dengan tubuh yang tak bisa bergerak bebas. Ia menatap pria itu dengan tatapan marah.

Kini pria itu memegang tongkat baseball dengan kedua tanggannya dan bersiap mengayunkan tongkat itu sama seperti saat permainan. Dengan cepat pula ia memukul pisau yang telah menancap hingga mata pisau yang tajam itu habis masuk ke dalam perutnya Gio hingga menyisakan gagang pisaunya saja yang terlihat. Kedua tangannya mulai bersiap lagi dan layangan yang sangat kuatpun terjatuh ke lutut dan dadanya Gio.

Wajah dan matanya Gio memerah menahan sakit, urat-urat di sekitar dahinya-pun kini terlihat sangat jelas. Ia menggigit kain yang disumpalkan di mulutnya dengan sangat kuat.

Pria itu terdiam sejenak. Matanya memandang Gio yang tengah menahan rasa sakit yang sangat dari tusukan dan pukulan yang sudah ia terima.

"An ex... Kau ingin memberikan konsekuensi pada Aria? Maka kau yang akan aku berikan konsekuensinya." Tukas pria itu diiringi dengan pukulan di kepalanya Gio.

Pandangan matanya Gio mulai gelap. Kesadarannya mulai melemah.

Pria itu berlutut di sisinya Gio yang setengah sadar. Tangan kanannya menarik pisau dari perutnya Gio. Gerakan tangannya kini mengarah ke leher, dengan perlahan seperti menikmati apa yang ia akan lakukan, pria itu menyayat lehernya Gio hingga tak hanya darah yang mengucur keluar, tapi sampai nadinya pun terlihat. Dan saat itu pula, Gio menghembuskan napas terakhirnya.

Two Face [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang