14. Misunderstanding

255 35 7
                                    

Pagi hari yang dingin, menyentuh kulit Tee hingga dia terbangun dari tidurnya. Dia menguap panjang. Tee beranjak lalu berjalan membuka gordennya, kemudian dia pergi mandi. Setelah itu, Tee berpakaian seragam, keluar dari kamarnya, lalu sarapan terlebih dahulu.

Tee tiba di sekolahnya, dia pun masuk ke dalam kelasnya. Kit dan Wayo sudah berada di sana, mereka menatap Tee dari awal dia masuk hingga dia duduk di belakangnya. Tetapi, Tee tidak merespon keduanya, seperti biasa. Tiga puluh menit lagi, jam pelajaran akan dimulai, mereka masih punya waktu untuk melakukan hal apapun yang mereka inginkan.

"Tee ..." sapa Wayo. "aku punya berita!"

Tee menoleh dengan menaikkan sedikit dagunya.

"Tae pindah ke luar negeri," sambungnya.

Tee mengalihkan pandangannya.

"Dia pindah sekolah ke Amerika. Dia harus..."

"Ai'Yo?!" Tee memotong ucapan Wayo yang belum dia selesaikan. "aku tidak peduli dengannya, kenapa kau memberitahukan aku tentang itu?"

"Uhm... entahlah, kupikir itu penting untukmu, Tee?"

Tee berdecak. Tiga puluh menit berlalu, guru pun masuk. Karena ujian akhir sekolah baru saja dilaksanakan, jadi guru hanya memberikan pengumuman bahwa hasil nilai ujian akan ditempelkan di mading hari esok. Semua murid dibebaskan dari belajar, mereka hanya bermalas-malasan di kelas.

Tee menempelkan sisi kepalanya ke atas meja dengan kedua tangan yang di silangkannya sebagai tumpuan kepalanya. Dia merasa masih mengantuk dan juga frustasi dengan kepergian teman sebangkunya. Seperti yang Wayo pernah katakan, sekarang Tee sangat berbeda dan berantakan.

"Tee kha." Seorang gadis di kelasnya, tiba-tiba datang dari luar, menyapa Tee yang baru saja akan terlelap.

"Khrap," jawabnya.

"Ada seseorang yang mencarimu, menunggu di luar."

"Siapa?"

"Kakak kelas dari geng berandal, sebaiknya kau berhati-hati," bisik gadis itu sangat pelan.

Tee memiringkan kepalanya karena bingung. Dia tidak memiliki janji bertemu dengan siapapun apalagi berurusan dengan geng berandal. Dia pun berjalan ke luar, tapi sebelum dia pergi dari sana dia mengucapkan terimakasih kepada Yim, teman gadisnya itu. Wayo dan Kit pun penasaran, mereka mengikuti Tee sampai di depan pintu untuk mengetahui siapa sebenarnya yang mencari sahabatnya.

"Benar-benar geng berandal, ada urusan apa dia dengannya?" bisik Wayo. Kit menggeleng penuh khawatir.

"Kau mencariku, P'?" tanya Tee ketika sudah berada di depan orang yang mencarinya itu.

"Jika kau bernama Tee, kau memang orang yang kucari," jawab pria itu sedikit bengis.

"Ada apa, kenapa P' mencariku?

"Ada yang ingin kuberitahu, tapi sebaiknya jangan di sini!"

Chan menarik pergelangan tangan Tee untuk ikut dengannya. Dia membawa Tee pergi ke ruangan musik di sekolahnya. Tempatnya sekarang sedang sepi, jadi Chan berpikir dia bisa bicara leluasa di sana. Kit dan Wayo melihat itu, meski mereka sangat khawatir, tapi mereka tidak berniat mengikutinya. Mereka hanya bisa berdoa supaya Tee baik-baik saja bersama kakak kelasnya.

"Ada apa, kenapa harus di sini?" tanya Tee sedikit ketakutan.

"Aku ingin bicara berdua saja denganmu." Chan mendekati wajah Tee. "aku tidak ingin orang lain tahu."

"Apa yang kau lakukan?" Tee sedikit mendorong dada Chan.

"Aku menyukaimu, dan hanya aku yang boleh memilikimu." Chan mendekatkan kembali wajahnya pada wajah Tee, dia sampai memejamkan matanya.

Gurat TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang