12

13 4 0
                                    

Vero menghela napas, ia agak risih melihat Oca yang sedari tadi bermain aplikasi tik t*k di hpnya. Entah setan dari mana hingga aplikasi itu sekarang tengah booming. Gak hanya sahabatnya saja yang terkena sindrom, tapi banyak juga teman-teman sekolahnya yang juga terkena sindrom tik t*k ini. Bergoyang-goyang tidak ada gunanya seperti itu malah, bikin Vero jadi pusing.

"Ca tolong jangan sebarin virus goyang-goyang ini ke gue yaa!" Oca melotot tak terima

"Eh amuba, lo kira gue apaan sampe nularin virus segala? lo kalo gak suka ngomong dong! gue tabok juga lo lama-lama"

Nah kalau lagi mode senggol bacok begini biasanya si Oca lagi pms, dan kalo udah kayak gitu udah sangat pasti dan jelas Vero bakalan kebagian dampratan gak jelas si neng Oca ini. Vero tuh suka heran, kenapa sih cewek demen banget marah-marah? salah dikit marahnya bisa macem disembur api. Lebay sih, tapi hal itu yang dirasakan olehnya kalau Oca dan Icha lagi pms. Memang benar kata pepatah, kalau cewek selalu benar.

"Ver, lo udah tau belum?"

"Tau apaan Icha? Gue lagi gak mood gosip nih" Icha menarik sedikit alisnya, lalu mengangguk saja.

Kadang tuh jadi Vero serba salah, mau diem tapi dia suka banget ghibahin orang. Mau masa bodoh, tapi dia gampang banget penasaran. Jadi tak lama ia langsung merapat ke Icha dan langsung menodong sahabatnya itu untuk berbicara.

"Cha...."

"Apaan?! Mau gue giles lo?!" Vero melirik sinis karena malah Oca yang menjawabnya.

"Gue kagak ngomong sama lu, mending lo diem-diem bae dah"

Bantal di kursi langsung melayang cantik di kepala Vero, tapi karena ia sedang penasaran jadi tak ada niat untuk membalas. "Icha yang cantik yang manis hehe, kasih tau babang ganteng dong ada berita apa?

Icha tersenyum cantik, tapi jangan mau diboongin sama senyumannya karena bisa jadi bikin ketar-ketir. "Tadi katanya gak mood, ya udah sekarang giliran Icha ya yang gak mood"

"Jangan dong, ntar gaada yang bisa babang tampan ajakin ghibah. Soalnya yang sono udah kayak betina kehilangan jantannya. Jadi satu-satunya bestfriend paling best itu cuma kamu seorang"

Sekali lagi lemaparan bantal kembali mengenai kepala Vero. "Mulut lo emang cabe rawit yak. Lemes bener omongannya" Oca mendelik kesal pada Vero.

"Suka-suka gue dong, jadi gausah sok sewot deh lo"

"Ya udah, ya udahh Icha kasih tau deh. Tapi... jangan kaget ya Ver? Soalnya aku juga cuma denger doang"

"Iya iya gak kaget, mangkanya cus kasih tau beb hehe"

"Jadi...gimana ya ngomongnya? Icha takut salah, tapi ya udah deh. Jadi....."

"Bisa gak jangan jadi...jadi mulu? ini tuh aku nungguin banget loh ya ampun"

"Katanya kak Yaya bakalan kuliah di luar negeri"

Vero melongo, rasanya ada bom yang meletus dalam otaknya mulutnya tak bisa ia kondisikan. Shock, kaget, terkejut, gak percaya, dan bikinVero mendadak ling lung gak tau mau ngapain. "Tuh kan apa gue bilang Nis, si Vero nih bakalan begini" ucap Oca

Mendadak Vero berdiri, lalu berlari keluar rumah tanpa memperdulikan teriakan Oca yang misuh-misuh karena tindakan Vero. Tujuan utama Vero adalah rumah Yaya, beruntung rumah Yaya dekat dengan rumahnya, jadi gak sampe lima menit Vero sudah berdiri di depan rumah Yaya dengan napas tak beraturan.

"YAAAAYAAAA, YAAAYAAA, MAAIN YUUUK!!" teriakan itu membuat tuan rumah keluar dan cukup kaget melihat Vero dengan napas tak beraturannya.

"Vero ngapain? Habis lomba lari?" Vero menggeleng, ia malah menarik Yaya untuk mengikutinya berlari.

Sampai di taman kompleks Vero mendudukkan Yaya di bangku panjang taman, napas mereka terengah-engah tapi rasanya begitu mendebarkan. "Hahaha, kita berasa dikejar anjing ya Ver? Seru, tapi capek banget. Yaya gak kuat haha"

"Duh jangan ngomongin anjing, gue gak mau lari-lari lagi" ujar Vero 

Vero duduk disamping Yaya yang masih ngos-ngosan, ia menggenggam tangan Yaya membuat Yaya cukup terkejut. "Ngomong sama gue... lo... mau kemana?" Yaya mengernyit

"Kan Vero yang ngajak ke taman, ya sekarang kita ditaman"

"Bukan,  bukan, bukan sekarang maksud gue. Lo mau keluar negeri kan?"

Yaya mengangguk "Kok Vero bisa tau?"

"Lo mau ninggalin gue? Kenapa gak ngomong? Lo  mau ninggalin gue gitu aja? Lo gak mau hubungan kita berubah?"

"Tunggu...tunggu..."

"Gue gak bisa nunggu, lo harus ngomong. Lo mau kemana? Kenapa gak ngasih tau gue?" Yaya menutup mulut Vero agar berhenti berbicara

"Ver, gue tuh emang mau keluar negeri bareng sama keluarga"

"Kemana? Lo mau kuliah disana? Kenapa? Kenapa gak di Indo aja? Disini masih banyak kampus yang bagus kok"

Yaya menghela napas, gimana ia akan berbicara kalau setiap dia ngomong langsung di sela oleh Vero. "Oke, dengerin dulu! Yaya itu ke luar negeri karena mau nganter papa sekalian mau liburan"

"Liburan? Ngater papa?" Yaya mengangguk

"Terus kuliah?"

"Kuliah ya pasti di Indo lah, ngapain juga jauh-jauh k luar negeri coba?"

Vero menghela napas lega, sepertinya ia telah ditipu oleh sahabatnya itu dan ia juga termakan omongan Icha. Astaga bener-bener punya sahabat seperti mereka bikin spot jantung melulu, tapi Vero sayang gak mau pisah sama mereka.

"Jadi Vero lari-larian tadi cuma mau tanya Yaya mau ke luar negeri atau enggak?" Vero mengangguk

"Oke karena lo gak kuliah di luar negeri jadi gue aman, mulai sekarang kita udah resmi. Jadi semangat" Vero langsung berlari meninggalkan Yaya melongo tak percaya, beberapa saat kemudia Yaya tertawa karena ia tau kalau hubungannya dan Vero mulai menanjak ke yang lebih serius.

Sedangkan Vero berhenti sembari melihat Yaya yang tertawa dari pohon kelapa di depan rumah tetangganya yang tak ia kenal, yang penting ia tau Yaya bahagia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zona Nyaman (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang