10. | Luka

76 16 3
                                    

Sila mengulas senyum lembut pada Ana sambil melambaikan tangannya lalu perlahan memasuki mobil. Ana pun juga melakukan hal yang sama, dengan terus melambaikan tangannya bahkan saat mobil yang dinaiki Sila sudah melaju jauh meninggalkan sekolah.
Ana mengusap air mata yang sejak tadi mengalir pada kedua pipinya. Entah dengan siapa lagi Ana harus berteman. Dari sekian banyak murid disini tidak ada satupun spesies seperti Sila. Mungkin sudah pupus di sekolah ini. Dan hal itu membuat hati Ana terasa begitu hampa.

Ana membalikkan tubuhnya hendak menuju ke parkiran untuk mengambil sepedanya. Namun secara tidak sengaja dia menabrak seseorang dan itu tidak lain adalah Renan.

"Ma-maaf..." Ana tertunduk malu saat mengucapkan kata itu dan tidak berani menatap Renan.

Sedangkan Renan, dia langsung pergi meninggalkan Ana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ana yang mendapat perlakuan itu hanya memutar bola matanya perlahan lalu segera berlari untuk mengambil sepeda miliknya.

"Hah? Ko bannya gembes?" Ucap Ana saat melihat ban sepedanya yang terlihat begitu mengempes tidak berisi angin.

Dengan terpaksa Ana harus pulang jalan kaki sembari menuntun sepeda miliknya.

Saat berada di tengah jalan ada sebuah mobil tepat di belakang Ana yang terus menerus membunyikan klakson.

Tin!

Tin!

Tiiinnnn!

Ana hanya memutar bola matanya malas tanpa memandang ke arah belakang. Dia hanya merasa jika itu adalah orang jahil yang teramat sangat kurang kerjaan.

"Hahahah! aduh duh kasian banget si tuan putrii... cape ya?" Mobil tersebut berhenti tepat di samping Ana, dengan kacanya yang terbuka memberikan ruang celah untuk Ana agar bisa melihat siapa yang telah berkata seperti itu padanya. Dan orang itu tidak lain adalah Tania dan temannya, Lia.

"Ya iya lah sist, ngga sia-sia kita bocorin bannya." Tambah Lia.

"Jadi kalian yang gembesin ban sepeda aku?" Tanya Ana kepada Tania dan Lia yang sedang terlihat begitu puas mengejeknya.

"Iya, terus kenapa? Masalah buat lo!" Tania berkata dengan nada yang terdengar begitu menyebalkan.

"Hahahahaaa" mereka berdua tidak ada hentinya untuk terus menertawakan Ana.

"Kalian tega banget sih." Ujar Ana.

"Yabodo aamat, bodo amat lah, ya bodo amat, bodo amat lahh. Hahahah" Tania dan Lia mengucapkannya dengan diberi sedikit nada.

"iyaudah sist ayo jalan aja eneg lama-lama liatin dia ih!" Ajak Lia.

Tania pun segera menyalakan mesin mobilnya lalu melaju dengan cepat dan dengan sengaja dia menabrak Ana hingga Ana dan sepedanya terjatuh ke tana, "aw sakitt." Ana memegangi kakinya yang terjatuh tertindih sepedanya.

"Rasain looooo! Haha!" Seru Tania keras saat sudah melajukan mobilnya cepat.

Ana berusaha untuk bengun dan mengangkat sepedanya namun tidak berhasil. Dia hanya bisa berteriak meminta tolong sekeras mungkin berharap ada yang mendengarnya karena jalanan ini nampak begitu sepi. Ana hanya menundukkan kepalanya sambil merintih menahan sakit.

Sampai ada sebuah mobil berwarna silver berhenti di depan Ana. Dan pemilik mobil tersebut seraya langsung keluar lalu menghampirinya.

"Lo gapapa?"

Ana yang merasa tidak asing dengan suara itu langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa pemilik suara tersebut. Dan yaaa dia tidak lain adalah, Renan.

Please Don't Leave Me, Baby! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang