Hari ini hari senin. Seperti biasa, Hazel akan berangkat lebih awal karena akan ada upacara. Ibu kota masih lenggang dengan suara burung yang berkicau saling bersahutan.Sambil menikmati udara pagi, Hazel memasang earphon-nya lalu menyetel lagu 'Sementara Sendiri' dari Geisha.
Dia berjalan dengan bersenandung ria.
Hingga mulai memyanyikan potongan lirik lagu tersebut.Kembali lagi terulang
Tergores hatiku ini
Setelah lama menyimpan
Rasa ini terlalu dalam
Terlalu dalam..Ajarkan aku tuk bisa ungkapkan rasa
Agar kamu kan percaya
Begitu ku butuh cintaTak terasa Hazel sudah ada di depan sekolah, tinggal melangkahkan kakinya dan sampai.
Namun, sebelum memasuki gerbang, sebuah mobil lamborgini hitam berjalan dengan kencang masuk ke arah SMA Jaya Bangsa. Alhasil, rok yang dikenakan Hazel terkena cipratan air dari kubungan yang terletak tak jauh dari tempat Hazel berdiri.
"Shit!" umpatnya sambil membersihkan roknya yang terkena noda.
"MENTANG-MENTANG NAIK MOBIL BAGUS GAYANYA SOK KUASA! PERCUMA BERDUIT TAPI NGGAK BEROTAK!!" Teriak Hazel.
"Eh, udik! Lo kira sekolah ini hutan, hah?! Teriak-teriak sembarangan!" Sarkas seseorang di samping Hazel.
"Maaf" Balas Hazel.
Yah, inilah sikap Hazel yang utama. Cuek bebek, alias acuh bangetttttt.
Prinsipnya cuma satu:
'Tutup telinga, dandan jadi tuli'Saat di area taman depan sekolah yang tak jauh dari tempat parkir petinggi sekolah. Hazel melihat mobil yang dia kenali.
"Weh, ini kek mobil orang tadi. Tapi tunggu-tunggu! Bukannya mobil ini juga yang semalam abis nabrak aku?" Batin Hazel berkata.
***
Hazel sedang mendengarkan dengan seksama penjelasan materi tentang sistem bioteknologi yang diajar oleh Pak Reno, guru ter muda di sekolahnya.
Tapi konsentrasinya dibuyarkan dengan suara toa sekolah yang berbunyi.
"Ehmm.. Tes.. 1.. Yak baik. Mohon maaf untuk minta waktunya sebentar saja. Untuk semua murid kelas 12 IPA 1, 2, 3, 4 dan 5. Di mohon untuk ke aula sekarang karena ada beberapa pengumuman. Sekian terima kasih""Baiklah anak-anak, karena kalian disuruh kumpul sekarang jadi materi hari ini cukup sampai disini. Selamat siang" Kata Pak Reno melangkah keluar.
"Siang pak" jawab semua murid kelas 12 IPA 1.
Semua murid sedang menerka-nerka tentang apa diadakannya pertemuan semua kelas 12 IPA. Biasanya jika akan ada lomba atau ifen tertentu pasti semua murid IPA atau semua murid kelas 12 akan dikumpulkan. Tapi sekarang? Hanya kelas 12 IPA saja yang dikumpulkan di aula. Entahlah, apa yang terjadi setelah ini.
Semua murid kelas 12 IPA sudah berkumpul di aula. Hingga suara dari Pak Rahman selaku kepala sekolah mulai mengintrupsi.
"Ehmm.. Baik anak-anak dimohon untuk segera masuk ke aula, karena akan ada pengumuman untuk kalian" seru pak Rahman.
Setelah mendengar pembuka dari pak Rahman semua siswa menjadi riuh dan sibuk menduga.
Apaan nih?
Mau ada libur panjang?
Atau ada siswa yang terjerat kasus jamaah?
Begitulah kira-kira pembicaraan dari terkaan beberap siswa.
"Terima kasih untuk waktunya. Dan sebelum ke pengumuman utama saya akan memperkenalkan terlebih dahulu kepada kalian pemegang yayasan yang baru yang akan menggantikan Ibu Ralin" Kata Pak Rahman.
Semua mutid dibuat penasaran dengan sosok pemegang yayasan yang baru. Setelah hampir sepuluh tahun yayasan ini dipegang oleh Ralin Rymora sekarang akan diteruskan lagi entah kepada siapa. Anak dari keluarga Coslovt? Siapa itu mereka masih belum tau.
Hingga beberapa bodyguard sekitar sepuluh orang masuk dengan berbusana serba hitam yang melangkahkan kaki dengan seseorang berjas cream yang terlihat mencolok diatara warna hitam dari para bodyguard yang berada ditengah mereka.
Para bodyguard tadi melenggang seperti membuka barisan. Selanjutnya, terpancarlah aura dari sosok yang amat sangat terkenal di pelosok dunia, kecuali Hazel yang tak mengenalnya. Tapi, Hazel merasa sangat familiar dengan orang tersebut.
Pria berjas cream tersebut berjalan dengan angkuhnya ke barisan yang di duduki petinggi sekolah. Hingga dia berdiri saling berhadapan dengan sang kepala sekolah.
"Baik, ini dia yang akan saya perkenalkan kepada kalian. Tapi, walau belum saya perkenalkan mungkin kalian sudah tau siapa dia bukan?" Ujar Pak Rahman.
"Benar, Pak." semua murid menjawab sedemikian rupa.
Namun, beda halnya dengan gadis yang duduk di barisan paling depan dengan rambut kuncir kudanya yang malah mengatakan sebaliknya.
"Tidak, Pak." kata Hazel.
Merasa dirinya sendiri yang mengatakan kalimat terbodoh barusan, Hazel langsung menutup mulutnya.
"Sorry." cicit Hazel.
Alan yang mendengarnya pun mengernyitkan dahi. Siapa yang tidak mengenal Alando Pradinata Coslovt? Pemilik perusahaan yang menandingi perudahaan internasional lainnya. Sekaligus CEO termuda yang menjabat sebagai pemilik Pradinata Corp.
"Siapa dia?" tanya Alan pada pak Rahman.
"Maaf pak. Dia adalah murid paling berprestasi disini. Dia bersekolah disini karena beasiswa yang diberikan bu Ralin" Jelas pak Rahman.
"Oh, suruh dia menemui saya nanti setelah pengumuman ini." kata Alan.
"Baik pak." balas pak Rahman.
Lalu Alan berjalan ke arah podium yang telah disiapkan untuk memulai pengumuman.
"Selamat siang semuanya. Perkenalkan nama saya Alando Pradinata Coslovt. Saya akan menggantikan ibu saya sebagai pemegang yayasan Jaya Bangsa ini. Karena itu saya ingin mengadakan program baru untuk para siswa-siswinya. Yaitu, bagi kelas 12 IPA akan di adakan study tour ke beberapa kawasan yang menangani ilmu alam dan biologi lainnya." Jelas pengumuman dari Alan barusan di sambut tepuk tangan riuh para siswa-siswi.
"Maka dari itu saya ingin meminta kesepakatannya untuk minggu depan akan dimulai study tour yang pertama. Bagaimana, setuju?" Tanya Alan.
"Setuju pak~" jawab para murid serempak.
"Baiklah, kalau begitu sekian dari saya. Terima kasih" pamit Alan tanpa senyum. Bahkan sedari tadi ia menjelaskan yang terpampang hanyalah wajah dingin tanpa ekspresinya yang membuat para kaum hawa meringis.
***
TBC..
Sorry typo😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Romance"Hidup tak melulu akan hitam dan putih. Terkadang, hidup memerlukan warna lain untuk membuatnya lebih bermakna" ~~~~~~~~~~~~~~~~•••••~~~~~~~~~~~~~~~ Aku nyaman berada di tengah orang-orang berdasi yang menganggapku serangga kecil. Aku tak pernah men...