Prolog

1.3K 121 0
                                    

Ada yang mengatakan jangan menilai buku dari covernya.

Namun, sebagian lagi mengatakan, apa yang terlihat di luar mencerminkan isi di dalamnya. Bagaimana mungkin kau bisa menilai sebuah buku jika tidak melihat covernya terlebih dahulu?

Awalnya bagiku kedua pepatah itu tidaklah begitu penting. Aku melakukan semua hal dalam hidupku sesuai kata hatiku. Aku tidak peduli dengan semua pendapat orang tentangku. Bagiku baik buruknya seseorang adalah relatif. Hidup orang lain belum tentu lebih baik dari hidupku. Dan hidupku juga belum tentu lebih baik dari orang lain. Jadi untuk apa saling menghakimi?

Tapi, beberapa orang disekelilingku mengatakan, kecenderungan dari karakteristikku adalah mengikuti pepatah yang kedua.

Hm, yeah tidak heran mereka mengatakan itu.

Aku, Haruno Sakura. Mahasiswa kedokteran freak korea yang mencintai anak-anak. Sangat alay dan kekanakan untuk ukuran gadis tomboy dan beranjak dewasa sepertiku. Aku sangat menyukai seni, semua hal yang berbau irama dan keindahan.

Dan menurutku pria tampan adalah salah satu keindahan dunia.

Yeps. Aku adalah fansgirl fanatik pemuda rupawan. Aku tidak membantah fakta itu.

'Tidak peduli seberapa buruk kelakuannya, asal dia mempunyai wajah elok layaknya seorang artis korea, Sakura akan berlutut menyembahnya.'

Dan itu adalah cap yang semua orang ditempelkan orang di jidat lebarku.

Benarkah begitu?

Kadang aku jadi bingung sendiri kenapa mereka bisa berpikir begitu? Aku hanya menyukai pemuda tampan.

Ingat. Hanya menyukai.

Apakah menyukai pemuda tampan bisa dimasukkan sebagai kriteria pria idaman pendamping pasangan hidup?

Mungkin iya.

Dan itulah yang mereka pikirkan tentang aku.

Namun kembali lagi tidak ada yang tahu isi hati seseorang. Bahkan aku sendiri masih tidak mengerti apa yang aku inginkan.

Jauh dalam lubuk hatiku, aku selalu mendambakan hubungan dewasa seperti yang dijalin salah satu teman sekamarku. Hubungan yang lebih seperti seorang teman daripada kekasih. Hubungan tanpa ada drama di dalamnya.

Siapa yang tahan jika pasangan kita tidak memanggil kita dengan sebutan 'sayang'? Atau bahkan tidak cemburu jika satu sama lain sedang bersama dengan lawan jenis? Tidakkah menurutmu itu aneh?

Namun keanehan inilah yang aku puja dari mereka. Gaya pacaran yang berkelas. Itu menurutku.

Sosok yang dewasa dan berkelas, yang mendukung setiap langkah yang aku ambil. Sangat bertolak belakang dengan kebiasaanku yang suka tebar pesona dan penuh dengan mulut manis kemodusanku pada para pemilik wajah tampan. Dan sekali lagi aku katakan, tidak ada ada yang tahu isi hatiku ini.

Apakah ini berarti aku merupakan penganut pepatah jenis pertama?

Entahlah.

Sudah kukatakan aku juga tidak tahu apa yang aku inginkan.

Aku menyukai pemuda tampan. Itu sampul luarku.

Dan aku memuja pria dewasa. Itu isi hatiku.

Jadi yang mana yang bisa kau nilai?

Apakah cover luarku?

Lalu, kenapa isi hatiku berbeda dengan cover luarku? Bukankah tingkah laku mencerminkan isi hatiku?

Atau isi hatiku?

Lalu kenapa kini aku malah terlibat sebuah kisah tak terduga dengan seseorang pemuda tampan yang jauh dari kata dewasa?

Apa aku juga akan ikut menjudge dirinya, seperti orang lain mencap jidat lebarku?

Aku juga tidak tahu.

Mungkin aku akan tahu jawabannya di akhir cerita cintaku.

Dan, inilah kisahku.

****

Kudus, 26 Febuari 2019

JudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang