2014
Lima tahun yang lalu....
Hari pertama masuk sekolah baru saja dimulai, semua murid yang mengetahui kelasnya berada dimana langsung masuk dan langsung mencari bangku yang akan setahun lebih mereka duduki. Para orangtua juga tak lupa untuk menemani anak tercintanya ke dalam kelas dan tak lupa juga untuk memberikan nasihat-nasihat yang diberikannya kepada sang anak agar sang anak tetap baik di dalam kelas. Apa tidak berlebihan? Ini kan tahun ke-2 mereka berada di Sekolah Menengah Pertama. Hhmmm..
Terlihat bahwa di masing-masing kelas berisi sekitar 40 murid, tapi ada salah satu kelas yang isinya hanya 37 murid. kelasnya berada di sebelah ruang Tata Usaha, dimana disana tertempel angka romawi VIIIB.
Jika dilihat dari sikap semua murid yang ada dikelas itu sepertinya mereka sudah bersiap untuk belajar di tahun ajaran baru ini. Tapi tidak dengan anak yang duduk di bangku barisan paling belakang yang berada di sebelah kiri yang bersebelahan dengan jendela, anak itu terlihat sangat tidak siap untuk belajar hari ini. sepertinya anak itu tidak memikirkan penampilannya karena sekarang dia menjadi sangat mencolok di antara murid yang lain.
Dengan seragam putih lusuh, dasi biru yang tidak berada di tempat, rambut yang tidak tersisir rapih, serta buku yang sudah telanjang, itu bukankah sudah mencirikan murid yang tidak berniat untuk sekolah? Oh, dengan di tambah lagi Ia yang menidurkan kepalanya di atas meja di saat murid-murid yang lain bertegap badan siap untuk menyerap materi yang diberikan.
"Ris.. aku tuh males tau sekelas sama dia lagi. Pas tahun kemaren aja dia bikin anak-anak di kelas aku itu pada ribet gara-gara dia." kata seorang anak yang duduk bersebrangan dari orang yang mereka bicarakan.
seseorang yang diketahui bernama Riska itu refleks mengerutkan dahinya. "Emangnya dia kenapa? bandel? gak suka ngerjain tugas? apa suka bolos?"
"pokoknya yang kamu sebut tadi itu bener semua. Dia itu aneh." Jawab Bella.
"Aneh kenapa?" tanyanya tidak mengerti.
"Coba kamu lihat ke dia dan tunggu sampai dia liat kamu, pasti kamu bakal tahu jawabannya."
Riska yang diberitahu oleh Bella seperti itu langsung mengarahkan pandangannya ke tempat seorang cowok yang duduk sendiri di meja sebelahnya. Riska penasaran dengan apa yang dikatan oleh Bella. Dia membuktikannya dengan mengarahkan pandangannnya ke arah orang itu.
Sampai beberapa saat kemudian setelah tiga puluh detik berlalu, orang yang Riska perhatikan menoleh kearahnya. Sesaat Riska kaget karena sudah kepergok seperti ini, tapi Riska mengalahkan egonya untuk tetap memperhatikan orang itu.
Ya, Riska menyadari tanda aneh itu. Riska melihat orang itu menegakkan badannya dan seketika menundukan kepalanya sambil bergetar. Riska mengerutkan dahi memperdalam penglihatannya, apakah dia sakit? menggigil kedinginan? atau menangis? karena apa yang Riska lihat sekarang itu di luar dari ekspektasinya.
Bella yang memperhatikan keduanya pun ikut terheran karena respon yang diberikan oleh orang yang disebrangnya itu sama dengan pertama kali yang Bella lihat. Ternyata tidak berubah. Bella kira dia akan merubah sikapnya ternyata masih sama dengan yang Bella lihat dulu.
"Sekarang udah tahu kan jawabannya?"
Orang yang ditanya mengangguk. Mengerti dengan apa yang dia lihat.
***
" Gimana kalau kita bagi-bagi tugas aja?" tanya seseorang yang diketahui seorang ketua yang berada di kelompok.
"nah iya! Aku setuju." sahut temannya yang diikuti dengan teman-temannya yang lain.
Dengan ketekunannya, mereka sedang membagi tugas kelompok menjadi tugas individu, karena katanya agar lebih mudah selesai, kata salah satu temannya.
Tugas yang diberikan kepada setiap kelompok itu berbeda-beda. Seperti kelompok sekarang, yang sedang membagi tugas. Mereka diberi tugas membuat Peta Dunia dengan ukuran yang besar. Oleh karena itu mereka kelimpungan membuatnya dan beralih untuk membagi tugas agar cepat selesai.
"Kean kamu bagian Pulau Kalimantan ya." ujar seseorang.
Seseorang yang disahut hanya mengangguk pelan sambil memainkan kelima jari-jarinya. Sudah satu jam lebih mereka berdiskusi seperti ini, tapi orang yang bernama Kean ini masih saja setia bersikap seperti itu.
Semua temannya yang sudah mengetahui seperti apa jawaban yang akan mereka terima itu langsung menggedikan bahu pasrah. Setahun di kelas yang sama ternyata mereka sudah tahu bagaimana karakter masing-masing dari setiap temannya yang ada dikelas.
Mereka terus membagi tugas kelompok sampai akhirnya bel pulang berdering nyaring dan semua murid yang ada di kelas itu keluar dan hanya menyisakan satu orang murid yang duduk paling belakang yang masing bertahan di bangkunya.
Ya. murid dengan baju putih lusuh, dasi biru yang entah kemana, dan rambut yang tidak tersisir rapih. Dengan dirinya yang duduk tegak seperti itu memperlihatkan sebuah Name Tag yang tertempel dengan rapih disana, bertuliskan Kean Mahendra.
Di atas mejanya bertengger lebih dari lima buku paket yang tebalnya kira-kira 3 cm. Dan saat ini Ia sedang mengerjakaan yang entah itu apa di dalam halaman buku paket besar itu. Dilihat dari cover buku yang Kean kerjakan, terlihat bahwa itu sebuah buku yang mempelajari Sosial Komunikasi dan terlihat juga bahwa buku-buku yag lainnya bertemakan sama dengan buku yang Ia baca.
Tapi apakah harus Ia membaca buku-buku itu disaat semua murid yang lain sudah pulang? kenapa tidak di baca dirumahnya saja? kenapa harus disini? apa Ia tidak mendengar bel nyaring yang ada di setiap kelas? tentunya pertanyaan-pertanyaan itulah yang bermunculan di setiap murid yang melihatnya masih disini.
Waktu terus berjalan, sampai akhirnya Ia menyudai aktivitasnya kali ini. Kean memasukan lagi buku-buku yang ada di atas mejanya itu. lalu menyimpannya di kolong meja.
Tidak lupa memasukan kotak pensilnya kedalam tas. Berdiri, sedikit merapihkan pakaiannya, lalu melangkah keluar kelas. Tapi gerakannya terhenti di ambang pintu. Kean terlihat sedang memikirkan sesuatu lalu langkahnya kembali lagi ke meja. Tapi bukan meja belakang yang Ia dekati melainkan meja paling depan yang berhadapan langsung dengan meja guru.
Kean membuka tasnya, terlihat mengambil sesuatu di dalam kotak yang ada di tas, lalu mengeluarkannya. Oh tidak! ditangannya terdapat binatang menjijikan! hewan melata yang sangat menjijikan dan yang pastinya hewan itu bermusuhan dengan para perempuan, yaitu Cicak.
Kean menaruh Cicak mati itu di kolong meja persis di atas buku tulis yang menumpuk. Ia hanya tertawa tanpa suara melihat kelakuannya sendiri.
Gue ingetin, jangan pernah sekali-kali paksa gue untuk melakukan hal yang gak gue suka. lo bakal tahu akibatnya ujarnya dalam hati.
Setelah menyelesaikan kegiatan yang tak patut dicontoh, Ia keluar dari kelas. Kali ini Kean benar-benar pergi, pulang kerumahnya.
Entah apa yang Kean lakukan tadi. Tapi Ia merasakan senang di hatinya karena telah melakukan itu. Bukan karena Ia tidak waras dengan kelakuannya itu, tapi menurutnya itu adalah sebuah kegiatan rutin yang harus Ia lakukan.
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Kean melakukan hal tidak baik seperti ini. Mungkin sudah berpuluh-puluh kali Ia lakukan. Dulu, alasan Kean melakukan ini karena rasa kesal dan sakit hatinya kepada teman yang Ia pendam. Tapi sekarang Kean tidak tahu alasan dari kelakuan yang Ia lakukan ini. Yang jelas bukan alasan yang pertama yang Ia rasakan tapi kepada ke rasa kesenangannya sendiri.
***
YOU ARE READING
POSITIVE NEGATIVE
Teen FictionHanya dua orang manusia yang diciptakan oleh tuhan, yang sikapnya berbanding terbalik antara satu dengan yang lain. Tapi akan lebih baik jika mereka berdua bersatu untuk sama-sama melengkapi dan sama-sama bisa merasakan. Merasakan bagaimana menjadi...