2 . Kanaya Shiva

18 0 0
                                    

2014

Lima tahun yang lalu....

Terkadang saat satu keluarga besar berkumpul, pasti ada saja hal-hal yang menyenangkan. Tentu, mulai dari bersenda gurau bersama saudara, bermain bersama saudara, membuat resep makanan bersama dan sampai berliburan bersama. Bersama keluarga kita bisa saling Sayang-menyang, Kasih-mengasih, Beri-memberi dan saling mencintai satu sama lain.

Tidak bisa di bayangkan jika kita hidup tanpa keluarga, mungkin kita sudah terlantar dalam kehidupan diluar sana dan merasakan kesepian. Jadi kita harus patut bersyukur dengan keluarga yang kita miliki karena tuhan telah memberikan anugrah yang luar biasa kepada kita.

Persis dengan Kanaya yang tengah asik bermain dengan saudaranya. Mereka terlihat sangat bahagia dengan apa yang mereka mainkan. Dengan seperangkat mainan yang ada di hadapan mereka, mereka terlihat sangat menikmati. Sebuah mainan yang mengharuskan si pemain mengocok dua buah dadu di dalam ember kecil dan membeli sebuah tanah di suatu negara. Ya, Monopoli. Mereka sedang memainkannya.

"yah aku denda lagi kan, males deh main sama teh Yola. Aku kalah terus,"

Semua yang bermain bergelak tawa.

"kok teteh sih, kan Naya yang ngocok dadunya"

"tapi setiap aku main sama teteh aku selalu kalah terus, bangkrut deh aku."

"kamu ngeles aja, bilang aja kamu gak bisa mainnya kan?" kata kak Vivi, kakak dari Kanaya.

Lagi-lagi semua yang bermain tertawa, sampai ibu-ibu yang ada di dapur yang mendengarnya juga ikut tertawa.

"aku udahan aja deh, aku kan gak bisa bayar dendanya. Uang aku habis, ini tinggal lima ribu dua ratus lagi." Ujar Kanaya.

"yah Naya curang."

"yaudah deh kalau buat Naya mah enggak kena denda," Ujar teh Yola.

"beneran teh?"

Teh Yola pun mengangguk meyakini. Kanaya yang melihat itu pun loncat kegirangan karena dirinya bisa ikut bermain lagi.

Tidak sampai disitu, mereka meneruskan lagi aktivitas yang mereka lakukan tadi. Sedangkan bagian kelompok ibu-ibu dan bapak-bapak tengah asik dengan aktivitasnya juga yang saat itu tengah membuat masakan dan membicarakan burung-burung yang berkicau pintar di teras.

***

Suasana di dalam kelas saat ini sangat tidak terkendali. Ada yang sedang mengobrol dengan teman di barisan belakang, ada yang sedang sarapan, ada yang sedang tidur dengan menelungkupkan tangan, dan sampai ada yang bermain game online di handphonenya masing-masing sambil berteriak nyaring. Padahal Tata Tertib sekolah terpampang jelas di frame besar yang ada di dinding masing-masing kelas yang tertulis bahwa di larang membawa handphone ke sekolah, tetapi masih saja banyak yang melanggar aturan yang dibuat oleh sekolah.

Baru saja satu hari sekolah di tahun yang baru dan teman kelas yang baru juga, mereka sudah ribut seperti ini. Tidak terbayangkan akan seperti apa keadaan kelasnya setahun kedepan, pasti lebih ribut dari pada ini.

Kanaya menghela nafas melihat keadaan kelasnya ini. Tahun ini Ia yang bertanggung jawab akan semua hal yang bersangkutan dengan teman-temannya yang ada di kelas ini. Ya, Kanaya diminta untuk menjadi Ketua Kelas di kelas VIIIA oleh Bu Fani, Wali kelasnya.

Ia bingung harus bertindak seperti apa karena Kanaya belum kenal semua temannya yang ada di dalam kelas ini. Karena pada saat tahun kenaikan kelas system di sekolah ini harus memilih Random lagi setiap kelasnya, katanya agar semua murid bisa bersosialisasi dengan baik dan menyeluruh dengan murid yang lain.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 26, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

POSITIVE NEGATIVEWhere stories live. Discover now