Awal Kisah

373 222 231
                                    

Judul: Nestapa
Oleh: Novita RA
Instagram: nvyta_rys

**********

Kenangan indah yang tercipta dari sebuah pertemuan bisa langsung hancur karena ending yang tidak diharapkan. Langkah kaki yang seharusnya maju bersama kini berhenti selamanya karena akhirnya kita bukan lagi jadi kita. Kau yang sekarang telah sampai pada akhir sebuah kisah, sedangkan aku masih bersama jiwa yang diselimuti nestapa.

.....

Matahari dengan cahaya keemasan kini mulai menampakkan diri setelah bersembunyi di balik awan yang menangis sejak pagi. Aku yang sedang meletakkan kepala di atas kedua tangan yang kujadikan bantal kini mulai merasakan cahaya merambat lurus melalui celah-celah jendela kelas. Dinginnya hujan yang sebelumnya datang lalu dihampiri hangatnya matahari keduanya belum bisa membuatku bergeming dari tempat nyamanku saat ini. Aku masih menutup mata dan bermimpi yang entah dari mana datangnya.


Setetes air mata kini mulai jatuh lagi membasahi pipi yang telah kering oleh air mata yang mengalir sebelumnya hingga disambut oleh tetesan yang lain. Tak kuhentikan. Namun, aku membiarkan mengalir bersamaan dengan perasaan sakit di dalam hati ini.

Sejak kecil nenekku selalu memujiku dengan kata-kata luar biasanya. Dia bilang aku anak perempuan yang kuat. Aku tak pernah menangis meskipun telah jatuh dari sepeda beberapa kali. Teman-teman yang mengejek tubuh kecilku pun aku hiraukan. Orang tuaku yang selalu bertengkar setiap pagi dan malam yang akhirnya meninggalkanku bersama nenek pun aku tak pernah pedulikan. Air mata itu sedikit pun tak pernah jatuh dari kedua kelopak mata ini. Aku tak mengerti, mungkin saja aku yang memang memiliki hati sekeras baja atau tidak memiliki perasaan. Namun berbeda dengan hari ini, aku yang bahkan berusaha untuk berhenti menangis pun belum bisa menghentikan air mata itu mengalir. Air mata yang benar-benar keras kepala.

Terik matahari kini mulai terasa panas di wajahku. Akhirnya aku membuka mata yang kini mulai sembab akibat menangis sepanjang aku sampai di tempat ini. Aku mengangkat kepala kemudian bersandar pada kursi tua itu. Wajahku akhirnya terlindungi oleh tirai yang menutupi sebagian jendela. Cahaya matahari kini mulai terlihat jelas di atas meja. Kugerakkan tanganku untuk menghapus air mata yang membasahi sebagian wajah ini. Aku menghela napas panjang.

"Kau menangis lagi?" ucap seseorang membuatku langsung memalingkan wajah ke arahnya, tampak seorang siswa dengan pakaian putih abu-abu duduk di sebelahku. Tiba-tiba sebuah angin lembut berhasil menerpa kami berdua.

"Kau selalu saja menangis diam-diam seperti ini." ucapnya lagi lalu memberikan sebuah sapu tangan bewarna biru muda, terlihat sangat imut. Aku mengambilnya lalu menghapus air mata itu. Aku meliriknya dan terlihat dia masih menunjukkan senyum hangat disana.

"Oh iya Karin, kau ingat tukang kebun kita saat SMP?" tanyanya tiba-tiba dengan wajah yang ceria seperti biasanya, aku pun mengangguk sambil mencoba tersenyum.

"Ingat. Pak Rudi kan? kenapa? kau mau bahas soal dia yang terpeleset gara-gara kulit pisang lagi?" jawabku. Lisa langsung tertawa keras.

"Hahaha, memangnya hanya itu yang kau ingat dari pak rudi, bukan itu yang kumaksud." jawabnya, kemudian langsung menatapku serius.

"Kemarin aku dengar kalau anaknya lulus di Turki, aku lupa nama kampusnya, tapi yang paling penting dia lulus dengan beasiswa LPDP!" Seperti biasa, cerita lisa selalu saja membuatku penasaran dan takjub

"Kau pasti terkejut kan? Tentu saja, bagaimana mungkin anak pak andi bisa mendapatkan beasiswa ke luar negeri, padahal kalau dipikir dia hanyalah anak tukang kebun, Bermimpi untuk masuk kuliah saja pasti tidak pernah dia bayangkan. Tapi lihatlah, dia mampu! Ini karena dia punya tekad dan harapan." ucapnya sambil menggepalkan tangannya.

NESTAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang