Aku adalah seorang gadis pendek bermata panda,sukanya panda ga suka jadi kedua haha!
Aku duduk di bangku kelas 3 Muallimien,aku adalah Altha LatifahNext......
08 Januari 2016,Altha harus menghadapi ujian yang sangat berat. Ia harus merelakan Calon Suaminya untuk pergi selama-lamanya.
Andika Nurhakim. Penyakit ini baru diketahui 1 bulan yang lalu saat Andika pergi untuk melengkapi target hobby hikingnya. Ketika itu,Gunung Artapela menjadi saksi bagaimana Andika menahan rasa sakit di otaknya saat mendaki gunung itu."Allahuakbar,Allahuakbar" rintih Andika sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit itu.
"Dik,bertahanlah! Tinggal 1 KM lagi kita sampai di Posko Peristirahatan,disana ada Dokter handal yang selalu menangani pendaki yang sakit" Dengan perasaan yang sangat khawatir,Rizal berusaha mengangkat tubuh Andika yang tinggi dan kekar itu.
Dengan menahan sakit,Andika berusaha untuk terus berjalan. Tak luput dari dzikir meminta pertolongan sang Khaliq mereka Ucapkan.
"Assalamualaikum! Dokter tolong! Tolong!" ucap Rizal dengan berteriak saat jarak mereka hanya beberapa meter dari posko
Mendengar seseorang berteriak,tentunya hal yang biasa bagi dokter.pertanda bahwa pasien datang. Bergegas dokter itu membantu Rizal membawa Andika ke dalam posko.
"Tunggu sebentar ya Kak" ucap dokter itu
Dokter memeriksa keadaan Andika yang tak lama saat dokter menghampirinya ia pingsan.
Rizal tak mengetahui hal itu karena ia sibuk menelfon Abi Andika (Abi Ammer) untuk meminta bantuan secepat mungkin. Untungnya mereka masih di kaki gunung,belum setengah perjalanan pula.
30 menit mencari sinyal,akhirnya terhubung juga.
"Assalamualaikum abi,ab.." ucap Rizal dengan nada terburu-buru"Tunggu!" jawab abi dengan tegas
"na'am bi. Afwan" menghela nafas sebentar,Rizal menunggu jawaban abi
"Waalaikumussalam zal, Ada apa toh? Sepertinya penting" ucap abi,entah mengapa dari nada suaranya sepertinya ada sesuatu hal yang sudah abi ketahui
"Dika bi,Dika sakit. Sekarang dia sedang ditangani dokter di posko pertama" ucap Rizal dengan jantung yang sangat cepat berdetak
"Innalillahi" jawab abi dengan tenang
"abi,mengapa hanya menjawab seperti itu? Apakah abi tidak khawatir keadaan Andika?" tentunya Rizal merasa heran atas jawaban abi itu.
"Maulana sedang menuju kesana dengan Ambulan" lagi-lagi jawab abi dengan tenang
"Na'am bi,Assalamualaikum" tutup Rizal sambil menghampiri andika yang ternyata tangan kirinya sudah terpasang infusan
Melihat kondisi calon adik iparnya terlelap dengan infusan,membuat Rizal semakin khawatir tentang kondisinya.
Andika terlihat lebih tenang saat seperti ini, tak seperti tadi. Penasaran dengan kondisi calon adik iparnya,Rizal mencari Dokter tadi.saat menemukan sang dokter yang sedang menatap lukisan indah sang khaliq,tentunya Rizal sedikit ragu untuk bertanya. Takut kedatangannya menggangu ketenangannya.
"temanmu lebih baik di bawa ke rumah sakit,saya menemukan beberapa kejanggalan" ucap dokter itu tanpa mengubah posisi.
"afwan dok,saya ganggu. Terimakasih atas penjelasannya,Ambulan sedang menuju kesini" jawab Rizal dengan sedikit perasaan tenang.
Namun entah mengapa rasa khawatirnya semakin bertambah saat mendengar ucapan dokter tadi.
Waktu sudah menujukkan pukul 16.30 namun maulana belum juga datang. Andika sudah siuman dari pingsannya,ia hanya bisa terbaring,bertasbih,dan tersenyum.
Rizal sebagai calon kakak iparnya tentu sangat tidak tega melihat kondisi andika seperti itu. Rizal pergi ke salah satu sisi posko untuk menenangkan fikirannya.