Ray POV
"Aku percaya sepenuhnya padamu! Kau harus menjaga kristal itu baik-baik. Pergilah ke bumi, dan selamatkan negeri ini!"
"Ayah.. itu perintah untukku! Aku akan menjalankan tugas itu"
"Baiklah, pergilah dan temui ibumu..!"
•
•
•
•"yaampun!!"
Kedua mataku terbuka lebar, begitupun dengan tubuhku yang sudah terduduk di atas ranjang dengan keringat yang membanjiri seluruh wajahku
Aku mengacak ngacak rambutku frustasi
"Mimpi itu lagi!"
Aku menghembuskan napasku pasrah. "Kenapa mimpi itu selalu datang?"
Ini bukan pertama kalinya mimpi itu datang, mungkin sudah puluhan kali. Hal-hal aneh terus terjadi dalam mimpi itu
Aku selalu melihat seseorang dengan tongkat besarnya itu, dan juga.. aku melihat seorang laki laki yang wajahnya persis sepertiku. Perintah yang selalu aku dengar lewat alam mimpi, yang bahkan aku hafal kalimatnya dengan detail intonasi nada penuh penekanannya.
Aku menurunkan kakiku ke lantai kayu kamarku, lalu membuka laci kecil yang ada di samping kasurku. Bola kristal yang putih mengkilat dengan cantik terenggok di sana. Aku sudah memilikinya sejak dua bulan yang lalu sejak ibu bilang aku mengalami amnesia karena kecelakaan, akupun tidak tahu darimana asalnya, dengan tiba-tiba ada di sini. Aku tidak ingat bagaimana reaksiku ketika aku mengetahui benda ini ternyata tinggal di kamarku
Aku benar benar tidak ingat apa apa semenjak ibuku mengatakan jika aku mengalami amnesia
Dan pada saat itu dimana mimpi-mimpi anehku mulai berdatangan.
Aku yakin ada sesuatu yang aneh tentang ini. Aku bertanya pada ibu berkali-kali tentang bola kristal tersebut. Ibu selalu bilang bahwa tidak ada bola kristal di rumah kami, dan saat aku ingin menjukkan bola itu kepadanya, aku selalu kehilangan kesempatan. Begitu terus hingga sekarang.
Aku melirik ke arah jam digital yang ada di atas meja belajarku. Sudah jam lima lewat lima puluh, dan aku harus bergegas. Ibu mungkin sudah menunggu di bawah menyiapkan makan dan tas sekolahku.
Aku berjalan menuruni tangga melihat ibu sedang memasak masakan yang berbeda tiap harinya. Itu sebetulnya membuatku senang, jadi aku tidak bosan untuk sarapan.
Setelah aku selesai mandi, aku mengenakan seragamku seraya menghadap ke cermin. Aku cukup bangga memiliki tubuh yang sedikit berotot, dan jujur saja, aku juga mengakui bahwa wajahku itu tampan dalam artian yang sebenarnya. Aku juga memiliki nilai raport yang baik, semua di atas delapan puluh. Itu cukup membuat aku dan ibuku senang.
Selesai berpakaian, aku turun ke lantai bawah dan sarapan bersama ibu, lalu aku berpamitan dan pergi ke sekolah. Jarak sekolahku tidak jauh, tidak membuatku lelah atau berkeringat. Keadaan sekolah sama seperti biasanya, ramai.
Aku memasuki kelas sebelas, lalu duduk di kursi di mana aku biasanya duduk. Kemudian aku lihat di sampingku ada seorang gadis berambut panjang. Rambutnya hitam legam mengkilat dan indah. Hidungnya mancung dan memiliki pesona yang bagus. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, atau mungkin dia murid baru?
Tak lama, bel masuk berbunyi, merampas semua perhatian para siswa dan siswi, menghentikan semua aktivitas mereka dan semua murid berebut memasuki kelas sebelum guru datang.
Wali kelasku datang, lalu memperkenalkan gadis yang duduk di sampingku, bilang dia murid baru yang bernama Rachel Park, pindahan dari tempat yang jauh dari sini. Seseorang sempat bertanya darimana asalnya, namun ia hanya tersenyum sebagai balasan. Kemudian ia melirik padaku yang sedang menatapnya, karena memang dia yang sedang menjadi pusat perhatian saat ini.
Semua berjalan normal, kami belajar seperti biasanya. Namun sesuatu yang mengganjal diriku, membuat diriku tidak nyaman sedari tadi, gadis itu terus melirik diriku, mengawasiku, menatap setiap jengkal tubuhku. Aku seperti ditelanjangi. Aku sungguh tidak suka. Aku bahkan memberi kode-kode seperti batuk yang sengaja aku keraskan, gerakan-gerakan yang menunjukkan bahwa aku terganggu, dan itu tidak membantu. Jadi aku hanya diam saja.
Guru yang sedang mengajar juga menangkap gerakan tidak nyamanku dan bertanya apakah aku baik-baik saja. Lalu aku menjawabnya dengan anggukan dan kembali belajar seperti biasanya.
Yang ada malah aku yang terlihat seperti mengganggu orang.
Kemudian bel istirahat berbunyi dan aku rasanya ingin segera keluar dari sini. Aku merapihkan buku-buku di atas mejaku, lalu melangkah pergi. Namun tanganku dicekal oleh Rachel, si anak baru.
"Sebentar dulu," Ujarnya seraya menatapku dengan tatapan serius. "Wong Ray." Lanjutnya. Aku melotot. Bagaimana bisa anak ini tahu namaku, bahkan kami tidak pernah bertemu sebelumnya! Langsung kutepis tangannya dengan segera. Gadis ini menakutkan, sungguh.
"Apa maumu?" Tanyaku langsung ke inti.
"Aku ke sini untuk memberimu sebuah informasi, Pangeran Triton." Ucapnya.
Aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba memanggilku dengan nama itu, tapi yang aku tahu, aku pernah membaca di sebuah buku legenda.
Triton itu nama anak dewa Neptunus.
♚♚♚
-Rhe✨
-Neso🐳
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Power
FantasyKetika ego bahkan mengalahkan nafsu, bola kristal dengan segala kekuatan di dalamnya membuat seluruh dewa jahat haus akan kekuasaan. Neptunus, sang dewa air meminta anaknya Wong Ray menjaga bola kristal tersebut ke bumi dan menyembunyikannya dari p...