enjoy reading this story...
🌞🌞🌞
Senja diambang pilu. Mungkin itu kalimat puitis untuk menyatakan sore kali ini di kota Garut yang sedang diguyur hujan. Air tuhan turun sangat deras membasahi segala penjuru kota, bisingnya lalu lalang kendaraan meramaikan sore ini.
Kerudungku sejak tadi tak bisa diam, sebab angin yang menebaknya dengan manja. Aku duduk disini, di samping jendela besar yang terbuka, disalah satu kedai terkenal di Garut kota. Kata mereka sih disini tuh tempat tongkrongannya para kaum indie, penikmat kopi dan senja.
Semilir aroma kopi menyentuh indra penciumanku, sangat menenangkan untuk jiwa lelah yang telah menjalani aktivitas sepekan yang sangat menguras energi, baik tenaga maupun otak.
"Seperti biasa, secangkir kopi spesial ditemani sepasang roti bakar berisikan coklat plus ekstra keju." Ucap lelaki dengan kemeja kotak-kotak navy dilengkapi celana panjang levis mengantar pesananku.
Aku tersenyum kearahnya, lalu ia letakkan secangkir kopi dan sepasang roti itu dihadapanku, kemudian ia duduk di kursi kosong berhadapan denganku.
"Makasih, tau banget deh." Ujarku sembari mulai menyeruput kopi panas ini, sangat cocok bukan untuk cuaca dingin seperti ini?
"Gak bosen apa. Kopi sama roti terus, mie kuah gak mau gitu? Kan enak." Tanyanya dengan alis berkerut.
Aku menggeleng pelan. "Enggak, soalnya kalo udah nyaman itu susah." Aku menyengir manampakan deretan gigiku yang gingsul.
"Bisa aja," dia terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Btw, gimana revisinya, udah selesai?" Lanjutnya, badannya sedikit membungkuk kearahku, menunggu jawaban dengan serius.
Aku menghela napas gusar, tubuhku merosot bersandar ke punggung kursi. Tanganku terangkat, sedikit memijit pelipisku yang berdenyut.
"Gak tau ah bang, pusing aku. Kok gak selesai-selesai." Keluhku pada lelaki beralis tebal didepanku ini.
"Istirahat sebentar gak papa, asal jangan berhenti di tengah jalan aja. Jangan terlalu dipaksa juga, kasih jeda dulu." Nasihatnya yang kembali menegakkan tubuhnya pada posisi semula.
"Siap bang. Nanti abang bantuin revisi ya? Mau ya? Ya, ya, ya?" Pintaku dengan sedikit memaksa.
"Percuma saya nolak juga, rasanya tuh kayak saya bilang enggak padahal takdir saya memang harus iya." Jawabnya dengan tampang pasrah, yang dibalas anggukan semangat olehku.
"Yaudah deh, saya lanjut kerja lagi. Pelanggannya lagi banyak tuh, biasa malam Minggu. Sekalian saya mau puterin lagu spesial pengembali semangat khusus buat kamu." Ku jawab dengan anggukan antusias dengan senyum yang melekat dibibirku. Dia terkekeh lalu bangkit dari kursinya, berjalan menuju dapur kedai, hingga punggungnya hilang dibalik pintu itu.
Dia menepati perkataannya, padahal lagu yang sedang diputar saat ini belum habis selesai, tiba-tiba musik diganti dengan lagu 'sementara dari float'. Ah, dia selalu membuat hatiku ambyar, dia tau caranya mengembalikan moodku yang terkadang aku sendiri tak tau caranya.
Oh ya aku lupa. Kenalkan, namaku Syahla Maysun, lahir di Garut 22 September 2002. Saat ini aku bersekolah di SMA Garuda, kelas 11 IPS 1. Hobiku menulis, Alhamdulillah satu buku sudah diterbitkan, saat ini aku sedang merevisi karya keduaku yang insyaallah akan ikut naik cetak.
Kenalkan juga, lelaki tadi itu namanya Gassan Rajendra. Pemilik kedai ini, Kakak tingkatanku di sekolah, kelas 12 IPS 1, salah satu anak osis terpopuler. Beruntungnya aku bisa menjadi Sahabatnya sejak tiga tahun terakhir ini.
Aku ingat saat awal kami bertemu, waktu itu aku mengikuti seminar kepenulisan yang diadakan dikota Bandung dan ternyata dia juga mengikuti acara itu, pertemuan pertama kita dimulai dengan hal yang konyol.
Kala itu sedang waktunya istirahat, aku memilih duduk dibawah pohon rindang sambil melahap makanan yang kubekal dari apartemen tante tadi pagi, saat sedang asik menyantap makanan, tiba-tiba seorang laki-laki duduk disebelahku sambil membuka laptop yang berlogokan apel gigit. Kukira dia hanya ingin duduk saja, karena memang disana sudah tak ada bangku yang kosong lagi selain bangku disampingku, makannya ku abaikan.
"Eh mel tau gak? gila donk, tadi hape gue hampir ilang, ternyata di dalem kotak pensil gua jadi dengerin materinya gak fokus, lu nyatet materinya gak?" Dia membuka pembicaraan namun matanya masih fokus pada layar laptop, membuat ku terperanjat kaget, segera ku tutup kotak makan ini dan memasukannya ke dalam tas. Untung nya bekalku sudah habis.
"Ih kok diem sih mel. ini gue nanya, mau minta materi yang tadi. He.." mata kami saling bertemu, dia sedikit terkejut sama halnya sepertiku.
"Eh, maaf. Kirain saya kamu sepupu saya, soalnya kerudungnya sama kayak yang dipake sepupu saya tadi pagi. Eh taunya bukan." Tuturnya sembari menggaruk tengkuknya yang ku prediksi itu tidak gatal.
"Iya gak papa, A." Aku tersenyum memaklumi, ternyata dia salah orang.
"Kenalin nama saya Gassan Rajendra." Ujarnya memperkenalkan diri, namun tangannya ia tangkupkan didepan dada.
"Nama saya Syahla Maysun." Balasku memperkenalkan diri juga. Tangankupun ikut di tangkupkan di depan dada.
"Ikutan seminar kan? Datang dari mana?" Tanyanya.
"Dari Garut, A." Jawabku seadanya.
"Wah iya? Saya juga sama dari Garut, saya sekolah di SMA Grauda. Kamu kelas berapa?" Ujarnya antusias. Aku yang ikut tertarik dengan topik ini sedikit menggeser tubuhku menghadapnya.
"Saya SMP kelas 9, A. Insyaallah tahun depan SMA-nya mau disana." Aku menjawab dengan semangat.
"Wah salam kenal ya. Oh iya panggilnya abang aja, jangan AA." Ujarnya dengan senyum khasnya. Ku balas anggukan dengan senang hati.
Seorang wanita dengan warna kerudung sama denganku berjalan mendekati kami. Gassan yang menyadari kedatangan wanita ini segera memanggilnya.
"Mel, dari mana aja? Gue nyariin, sampe salah orang." Tanya Gassan.
"Itu San dari depan abis cari minum. Kamu salah orang? Hahahah.." wanita itu tertawa ria.
"Ish, udah lah malu gua. Eh mel kenalin ini Syahla dari Garut juga. Syahla, kenalin ini sepupu saya, melly." Ujarnya memperkenalkan.
Wanita itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Melly." Katanya, dan kubalas uluran tangannya tak lupa memperkenalkan diriku juga. "Syahla." Kataku dilengkapi senyuman.
Pertemuan itu berlanjut hingga kami satu sekolah, semakin hari kami semakin dekat, sikapnya yang humble membuatku gampang untuk berbaur dengannya, ia juga memintaku untuk menjadi sahabatnya dan aku menyatakan menyanggupinya. Aku sudah menganggapnya sebagai kakak laki-laki ku sendiri, dia bagaikan pelindung bagiku.
Aku kembali menyandarkan punggungku, setelah acara flashback-flashbackku usai. Satu jam lagi azan magrib berkumandang, aku menyambar tote bagku yang berwarna kuning cerah ini.
"Bang, aku pulang ya." Pamitku sedikit berteriak kearahnya yang tengah berada di depan kasir.
"Mau dianterin gak?" Tanyanya, berjalan mendekat kearahku.
"Gak usah." Larangku padanya.
"Yaudah, hati-hati. Nanti malem saya kerumah kamu." Ujarnya yang tengah bersandar di ambang pintu, sambil melipat tangan didada.
"Mau ngapain?" Aku berhenti berjalan dan membalikkan tubuhku kehadapannya.
"Mau lamar kamu!" Ucapnya dengan nada sedikit tinggi dan nyolot. Perkataan itu sontak menarik perhatian para pengunjung. Mata-mata kepo itu menyorot kearah kami dengan tidak santai. Aku menunduk, pipiku panas, akibat malu.
🌞🌞🌞
Hayolohh jadinya gimana?
.
Hayolohh tebak, cerita ini bakalan ngegantung kek cerita yang lain apa enggak 😂😂
Liat mood author aja yeh:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Love
Teen FictionKau tau? Aku adalah pembohong yang hebat dalam urusan hati, apalagi saat sembunyi rasa. Bertahun-tahun aku mencintaimu dalam diam dibalik jingganya senja. Kau tak tahu bukan? Aku menyimpannya dengan apik bersama senyummu yang terpajang jelas didalam...