4☀️

12 0 0
                                    

enjoy reading this story...

Minggu pagi bersama mentari yang masih malu-malu menampakkan dirinya. Dari balkon kamar kuhirup udara perlahan, masih dengan piyama panjang dan kerudung instan berwarna hitam melekat ditubuh, bahkan muka bantal masih ketara jelas menempel diwajah.

Hari ini aku tak memiliki kegiatan yang melibatkan otak untuk berpikir keras. Hanya saja siang nanti ayah dan aku akan pergi ke rumah oma untuk memberi hadiah kecil-kecilan di hari ulang tahunnya ini.

Aku mengodok saku piyama bermotif bunga, mengambil benda pipih berlogo apel. Belasan notif masuk dengan keroyokan saat di sambungkan dengan jaringan Wi-Fi rumah.

Satu notif dari Instagram menarik perhatianku, pemberitahuan cerita dari akun yang sengaja diaktifkan notifnya. Dipencetnya bar notif itu, story Instagram seseorang langsung memenuhi layar handphone ku menampilkan potretan suatu tempat.

Aha! Aku tau tempat ini, taman olahraga tak jauh dari komplek rumah. Tak ingin membuang waktu terlalu lama, aku segera membersihkan badan, hanya mencuci wajah dan menggosok gigi. Kemudian mengganti piyama dengan rok celana training dipadupadankan dengan kaos lengan pendek berbalut cardigan panjang berwarna navy.

Tak lupa memakai suncrem dan sedikit bedak tabur ditambah sepoles lipbalm dibibir agar terlihat lebih segar walau pun belum mandi. Segera disambarnya kerudung instan berbahan kaos berwarna navy dengan bergo menjuntai dari telinga hingga kebelakang kepala dari merek terkenal dengan lambang 'tiga s'.

Aku mengambil stringbag berwarna army diisinya dengan headset, botol minum, powerbank dan dompet. Setelahnya aku segera berlari menuruni anak tangga, menuruninya dengan waktu delapan detik. Di lantai bawah aku mendekati rak sepatu mengambil sepasang kaus kaki dan sepatu sneakers berwarna hitam putih memakainya dan mengikat tali sepatu tersebut menjadi pita simpul.

"Bi, ayah ada?" Tanyaku pada bi Mili.

"Udah berangkat ke lapangan neng, mau main tenis katanya." Ujar bi Mili sambil membawa kemocengnya.

"Yaudah bi, aku mau pergi olahraga dulu ya." Kataku yang siap berlari kearah pintu.

"Eh neng. Susunya minum dulu, udah bibi siapin diatas meja, masih hangat." Cegah bi Mili.

Aku mengangguk sembari berlari ke arah ruang makan. Duduk di meja pantri lalu membaca bismillah dan meneguk segelas susu coklat, tak sampai semenit susu itu ludes habis.

"Neng mau kemana sih? Buru-buru banget."
Tanya bi Minah dengan wajah heran.

Aku menyengir, "Mau ketemu jodoh bi." Ujarku asal. Seketika bi Minah berhenti dari kegiatan mengelap meja, melihatku dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Hahahaha." Tawaku menggelegar, ekspresi bi Minah itu sangat menggelikan.

"Enggak lah bi, bercanda." Aku segera meralat ucapanku. "Bi aku mau ke taman dulu ya, mau olahraga. Assalamualaikum." Pamitku sembari bangkit dari kursi berjalan menuju garasi dan mengeluarkan sepeda gunung.

Mengayuh sepeda keluar dari pekarangan rumah, menyelusuri rumah-rumah besar dengan berbagai macam bentuk model hingga sepedaku ikut menyatu dengan riuhnya kendaraan lain di jalan raya.

Aku memarkirkan sepeda dengan benar, ditempat yang telah disediakan taman. setelahnya kembali membuka ponsel, satu notif masuk dari Kemal. Kenalkan, dia sepupuku, anak pertama dari om Rendi yang tak lain adalah adik dari bundaku. Kami lahir ditahun yang sama, hanya saja dia lahir beberapa bulan lebih dulu dariku.

Kemal sibawel

La
kemon Olahraga
Gue ditaman nich
Gua tunggu yach
Jan lama yach

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Invisible LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang