"KYAAAA.." terdengar suara jeritan histeris para siswi penghuni kelas.
"Hah.. Bukannya murid baru, malah guru cogan yang datang." celetuk Vivi. Dia melirik beberapa cewek disebelahnya yang kegirangan gak jelas.
Yap, yang berada di depan mereka bukanlah sang murid baru, melainkan sang guru BK yang terkenal ramah, murah senyum, plus handsome. Siapa lagi kalau bukan Pak Raka.
Pak Raka yang sadar menjadi pusat perhatian, menoleh kearah para siswa dan menyunggingkan seulas senyuman yang mampu membuat hati para siswi meleleh.
"Ekhem..tebar pesona..ekhem. Jadi pak apa yang membuat bapak kemari? " ucap Pak Sakti yang merasa terkacangkan.
"Oh, saya cuma mau mengantar murid baru. Ayo masuk nak."
Seluruh pasang mata di kelas langsung tertuju ke arah pintu masuk. Tidak lama kemudian, seorang lelaki masuk. Beberapa siswa mulai berbisik.
Lelaki itu berjalan perlahan, berdiri disamping Pak Raka. Seisi kelas mulai ricuh. Yang membuat kelas ricuh adalah ada yang berbeda dari lelaki itu, yaitu ia menggunakan sepasang tongkat ketiak (kruk) untuk membantunya berjalan. Ya, lelaki itu seorang disabilitas. Lebih tepatnya dia tidak memiliki kaki bagian kanan.
"Tolong diam!" perintah Pak Sakti dengan suara lantang. Seketika kericuhan tadi berubah menjadi keheningan.
"Nah, kalau begitu saya permisi. Saya serahkan dia kepada anda, pak sakti."
"Baiklah, terima kasih pak raka."
Pak Raka berjalan menuju pintu keluar. Namun, dia berhenti tepat didepan pintu dan berbalik menghadap para siswa.
"Baik-baik dengan dia ya anak-anak." ucap Pak Raka sembari mengedipkan sebelah matanya.
"BAIK PAK.." tentu saja yang paling antusias menjawab adalah para siswi. Pak Raka tersenyum. Kemudian, dia berjalan pergi meninggalkan kelas. Sejenak kelas hening.
"Nah, silahkan perkenalkan dirimu nak." Pak Sakti duduk dan mempersilahkan si murid baru memperkenalkan diri. Murid baru itu mengangguk pelan dan menghadap ke arah calon teman-teman sekelasnya.
"Perkenalkan, nama saya jingga anggara putra. Panggil aja jingga. Ada yang mau ditanya?" ucap lelaki itu memperkenalkan diri dengan wajah datar.
"Intro macam apa itu?!" kurang lebih itulah jeritan hati yang bingung dari para siswa.
"Kalo gak ada yang mau ditanya, saya boleh duduk?" tanya sang murid baru yang diketahui namanya Jingga. Jingga menoleh ke arah pak Sakti yang masih terlihat bingung dengan peristiwa perkenalan tercepat sepanjang sejarah SMA Bakti Bangsa.
"Ehm.. Gak ada lagi yang mau disampaikan? Misalnya dimana kamu tinggal, hobimu, warna kesukaanmu.."
"Gak pak." jawab Jingga cepat yang dibalas anggukan oleh Pak Sakti.
"Oke, kamu bisa duduk disana." Pak Sakti mengarahkan jari telunjuknya ke sebuah bangku kosong yang berada di pojok kelas, tepat disamping jendela. Di samping bangku itu duduk seorang pria dengan kacamata berbingkai persegi yang tersenyum kearah Jingga.
"Ja, dia duduk dibelakang kita." ucap Vivi heboh.
"Iya.. Iya gue tau." Senja memutar bola matanya malas. Sahabat kentalnya sedari sd ini selalu saja heboh.
Jingga berjalan menuju kursinya, tentu saja dengan dibantu sepasang kruknya. Dia tidak memperhatikan tatapan-tatapan yang seolah mengasihaninya, merendahkannya, bahkan ada yang menatapnya dengan tatapan jijik. Jingga sudah terbiasa dengan semua itu.
Sesampainya di kursinya, Jingga disambut dengan senyuman hangat pria yang akan menjadi teman sebangkunya. Jingga membalas senyuman itu sembari duduk dan menyenderkan kedua kruknya ke dinding. Yah, setidaknya dia beruntung mendapatkan teman sebangku yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Warnai Senja
Novela JuvenilSenja, cewek tomboy sekaligus preman di sekolahnya merasa tertarik dengan Jingga, murid baru di kelasnya yang seorang penyandang disabilitas. Entah apa yang membuatnya tertarik. Mungkin karena kasihan.. Merasa iba.. Rasa penasaran dan kagum.. Atau m...