MALAIKAT DARI TIMUR (Bag.1)

57 4 2
                                    

Pagi ini sungguh pagi yang cerah, aku terbangun dari sebuah mimpi dengan diiringi secercah cahaya mentari yang memaksa masuk kedalam kamarku , melalui celah-celah jendela yang usang cahaya itu seakan enggan memberiku kesempatan untuk kembali melanjutkan mimpi yang sudah bisa kupastikan akan lebih indah ketimbang realita yang akan kuhadapi hari ini, anggapan seperti itu bukan tanpa alasan. Hari ini aku berumur 17 tahun, akan menjadi momen istimewa bagi orang pada umumnya, hari ulang tahun adalah hari dimana semua kerabat, sahabat, dan orang yang kita cintai akan memberi ucapan selamat dan hadiah sebagai peringatan terhadap bertambahnya umur kita, namun hal semacam itu tak pernah akrab denganku, hari-hariku selalu kulewati dengan kesunyian yang kuanggap sangat membosankan, tak ada sahabat, pacar, atau kerabat yang peduli terhadapku, begitu pula yang selalu terjadi pada hari ulang tahunku, tak pernah bisa ku pastikan siapa lagi orang yang ingat akan momen istimewa ini selain orang tuaku, itulah alasan mengapa aku tak pernah mau mengharapkan sesuatu yang belum pasti akan aku dapatkan, karena bagiku berharap hanya akan membuat luka saat kita tak berhasil mewujudkan atau mendapatkannya.



Aku mulai bangkit dari tidurku, setelah beberapa menit otakku berusaha mengembalikan ingatan dari dunia mimpi menuju dunia nyata yang membosankan. Kemudian kubuka jendela kamarku agar aku bisa menghirup udara pagi yang segar sebelum para supir angkot dan kendaraan lainnya mengotorinya dengan polusi, momen ini bisa jadi menjadi salah satu dari sedikit hal yang aku sukai setiap harinya, karena dengan menghirup udara yang sejuk di pagi hari bisa memberikan sedikit semangat dan rasa syukurku kepada sang pencipta. Setelah semua perlengkapan sekolah siap aku mulai melangkahkan kakiku keluar rumah dengan harapan hariku disekolah tak menjadi sesuatu yang terlalu buruk. Aku bersekolah di salah satu smk terbaik ditempatku, jarak sekolah dari rumahku kurang lebih hanya 3 km, merupakan jarak yang cukup dekat dan juga hanya membutuhkan 10 menit waktu tempuh jika menggunakan kendaraan bermotor.



Pukul 06.30 aku sampai di sekolah, 30 menit lebih awal dari jam masuk yang sudah ditentukan pihak sekolah untuk seluruh muridnya, aku berjalan memasuki gerbang dengan disambut ucapan manis dari para pegurus osis dan juga para guru yang berhasil ditunjuk menjadi kesiswaan disekolahku, merupakan hal yang biasa bagiku karena setiap harinya pun mereka semua selalu melakukan hal tersebut, bukan tanpa alasan mereka tersenyum ramah dan menyambut para siswa dan siswi yang baru saja datang, itu semua mereka lakukan dengan tujuan mencari pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa murid yang tak bertanggungjawab, setelah melewati gerbang dengan beberapa prosedur pemeriksaan dari para pengurus osis dan kesiswaan. Aku mulai melangkahkan kaki untuk menuju ke kelas, baru beberapa langkah aku berjalan tiba-tiba langkahku terhenti oleh sesosok perempuan yang belum pernah kulihat, sembari tersenyum dan dengan wajah berseri ia menyapaku dengan ramah "Selamat pagi" Entah mengapa dirikku yang selama ini tak pernah memiliki kepedulian terhadap wanita tiba-tiba bisa terdiam seribu bahasa ketika bola matanya yang indah menatap diriku dengan tajam. Aku masih tak bisa berkata, membiarkannya melangkah meninggalkanku dengan sapaan yang tak masih mampu aku jawab.




Terbitnya Sang SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang