#9

1K 74 2
                                    

"Eh iya bener, dia masih hidup! Dia sampe teriak minta lampunya dinyalain berkali-kali." Timpal Kipoy.

Kapten Rianto kaget, "dinyalain? Memangnya tadinya lampu mati? Perasaan tidak ada pemberitahuan dari PLN soal pemadaman di wilayah ini,deh." tanyanya ke arah Faisal.

Pria cepak itu mengangguk, "benar. Soalnya saya sedang memperbaiki kabel lampu yang rusak. Makanya saya mematikan meteran listrik. Dan pada saat itu, aku melihat mereka sedang kesulitan lalu aku menawarkan bantuan. Karena pada saat itu aku ingat kalau aku memiliki ban serep."

"Masalahnya begini. Gue pikir saat itu Abang belum selesai membetulkan listrik, makanya gue diem. Tapi ternyata, begitu Abang ngeluarin ban mobil barengan ama si sopir, Abang langsung menghidupkan meteran listrik. Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa pada saat itu Abang bersikeras menggunakan senter untuk penerangan saat mencaru ban, padahal saat itu listrik sudah bisa dihidupkan?" Kosim menyeletuk.

Faisal menggeleng, "saya lupa kalau saat itu listrik sudah bisa dihidupkan. Saya baru ingat pada saat saya mengantar Kipoy ke kamar mandi untuk buang air."

"Jiah, lupa katanya.." Kosim mengulang alasan Faisal.

"Kalo lupa itu jawaban sakti, Sim. Apa pun kalo alasan lupa, udah susah dah. Puasa aja dimaafin kalo lupa.."

Polisi Rianto menggeleng, "Saya lebih suka mempertanyakan,kenapa suhu tubuhnya dingin?"

"Mungkin karena udah malam,Pak polisi. Dan juga mayat adikku jatuh di luar rumah. Malam hari ini lumayan dingin. Mungkin karena itulah, suhu tubuhnya sudah dingin." kata Faisal.

"Apakah secepat itu? Dinginnya suhu mayat akan melambat jika suhu di sekitarnya dingin. Semakin dingin suhu lingkungan, semakin lama proses dinginnya mayat. Begitulah rumus tubuh mayat yang sudah tewas." potong si detektif.

Semua yang mendengar dibuat terpana oleh penjelasan Abdul Kosim. Bagaimana tidak, seorang remaja yang terlihat kelayar kluyur tidak jelas itu ternyata memahami dan mengerti tentang cara penyelidikan waktu kematian mayat.

"Ck ck ck ck.. ternyata saat ini sebenarnya saya tengah berhadapan dengan orang-orang hebat," puji si polisi sambil melihat ke Kosim dan Kipoy bergantian. Dia mengeluarkan suara berdecak kagum.

"Eh,pak, sebenernya bukan gue berdua ini aja yang hebat. Bapak tau gak siapa cewek ini adanya? Namanya Theresia Hwang. Tapi kalo anda mengetahui latar belakang nya,bapak pasti kaget." Kata Kosim.

"Ayahnya dia seorang detektif hebat yang udah terkenal se-Asia Tenggiri, loh.." potong Kipoy sambil cengengesan.

"Eh,Keplek! Asia Tenggara! Bukan Tenggiri! Omongan lo udah salah malah bangga, keliatan banget katroknya tau," hardik Kosim.

"Oh,tenggara ya, kirain tenggiri..Ya,gue kan kagak tau, Sim!"

"Makanya kalo kagak tau diem aja!"

"Detektif hebat? Siapa namanya kalau saya boleh tahu?" Potong Polisi buncit itu sambil mengernyitkan dahi yang tidak mempedulikan perdebatan kedua pemuda urakan itu.

Tere menoleh ke kapten polisi. Gadis ini tersenyum dan berucap, "Arjhee Martono. Apakah anda kenal dengan ayah saya?" Katanya sopan.

"Arjhee Martono? Maksud mu, Arjhee Martono, detektif besar dari Singapura itu?" Ulang polisi buncit itu sambil mencondongkan badannya kedepan.

"Iya, Pak polisi. Tere ini sedang dalam misi mencari ayahnya yang hilang. Dan dia meminta bantuan gue, Detektif Kosim Bond 008 buat mencari ayahnya. Dan seperti biasa, saya lebih cepat menyelesaikan masalah dibandingkan polisi. Biasa pak, moto Detektif Konyol adalah memyelesaikan masalah dengan masalah pak..." ujar Kosim pongah sambil menepuk-nepuk dadanya.

Si kapten polisi tidak tahu harus bersikap apa terhadap dua pemuda yang selalu asal saja menyeletuki pembicaraan. Polisi Rianto akhirnya hanya bisa menyipitkan matanya ke arah Kosim dan Kipoy bergantian. Seperti nya sangat mustahil kalau kedua orang inilah yang telah berhasil menangkap Hendro Jangkrik. Karena rasanya bukan dia sendiri saja,tapi siapa pun orangnya yang melihat mereka saat ini, pasti merasa aneh.

"Kenapa pak, kok ngeliatnya sampe begitu banget sih?"

Kapten Rianto mengabaikan pertanyaan Kosim. Dia menoleh ke putri Arjhee Martono ini.
"Saya tahu benar Arjhee Martono ini. Saya pernah menontonnya langsung saat dia memecahkan sebuah kasus rumit. Saya tidak bisa melupakan kejadian itu. Baru sekali ini saya melihat pengungkapan kasus yang begitu brilian. Dan sungguh tak kusangka kalau hari ini saya bisa bertemu dengan putrinya dalam sebuah kasus pula. Eh, berarti kamu ini orang Singapura, ya?" Pujinya sambil menatap Tere.

Tere mengangguk, "saya datang untuk mencari ayah saya ke Indonesia ini. Dan saya meminta bantuan kedua detektif ini untuk membantu. Kami sudah melakukan perjalanan kemana-mana, namun ayah saya belum ditemukan. Apakah anda tahu atau pernah mendengar dimana ayah saya sekarang?" Buru Tere.

Polisi paruh baya itu menghela nafas dan menggeleng, "sayang sekali. Setelah kasus itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengannya hingga sekarang. Kasus itu pun terjadi sudah lama, beberapa tahun yang lalu."

Tere kembali lemas lagi. Tadinya dia berharap mendapatkan informasi tentang keberadaan ayahnya melalui polisi ini. Namun, sepertinya dia harus gigit jari.

"Lo tenang aja, Re. Pencarian ayah lo serahin aja sama gue. Baru kata orang idup, orang mampus aja masih bisa gue temuin." Ujar Kosim sambil kembali menepuk-nepuk dadanya.

"Iya, Re. Lo tenang aja. Gue sama Kosim bakal temuin ayah lo. Kalo nggak kita yang nemuin dia, bisa jadi dia yang nemuin kita." Sambung Kipoy.

Tere hanya mengangguk saja menanggapi ucapan kedua pemuda itu.

"Maaf , Pak Polisi. Jadi bagaimana dengan kasus adikku ini? Saya akan menghubungi saudara serta kerabat saya, untuk mengabarkan peristiwa ini. Karena tidak mungkin adik saya meninggal dan saya tidak memberi kabar kepada sanak saudara." tanya Faisl memotong.

Si Kapten menoleh ke Faisal , "Yap, kita tunggu visum dokter. Kalau dia tewas barusan, berarti dia bunuh diri. Tapi kalau dia sudah lama tewas, sndalah pembunuhnya!" kecam polisi itu.

Faisal tersentak, "eh,kenapa begitu pak? Kalaupun adikku tewas dibunuh, belum tentu pasti aku pelakunya. Lagi pula saat kami mengambil ban, adikku masih hidup kok. Saat itu kami masih berbicara. Benar,kan?" tanyanya ke arah Kipoy dan sopir taksi.

"Iya, bener sih..." sahut Kipoy.

Sang sopir taksi juga mengangguk membenarkan.

Polisi Rianto menghela nafas. Tak disangka, kasus ini ternyata ada sedikit kerumitan nya juga kalau pun waktu kematian korban sudah lama. Di satu sisi, suhu mayat sudah dingin. Menandakan kalau dia sudah lama tewas. Namun di sisi lain, ada dua saksi yang mengetahui kalau sang mayat masih hidup waktu itu. Dua saksi ini tidak mungkin bersekongkol, karena mereka adalah sopir taksi dan penumpang. Kehadiran mereka di sini dikarenakan bannya yang bocor.

Seolah sadar kalau si polisi dibelit kebingungan, Kosim bangkit berdiri. "Pak polisi, gue ijin mau cek TKP lagi.."

Polisi buncit itu melotot k arah Kosim dan menggeleng tegas. "Apa kamu bilang? Ini bukan tempat bermain buat anak ingusan seperti kalian berdua. Kalian tetap disini, sampai ada kejelasan soal kematian korban."

Kosim melirik Kipoy dan Tere bergantian. Ada raut ketidakterimaan dia dengan keputusan si kapten. Tapi mau bilang apa, di sini dia yang punya kuasa.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

DETEKTIF KONYOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang