#6

811 86 1
                                    

Khusus untuk kali ini Author bonusin 1 part lagi  hehe, kebetulan lagi ga ada kerjaan juga. Jangan lupa VOTE Before Reading & COMMENT After Reading!

()()()()()()()()()()()()

"Kalau bapak perlu bukti, gue akan tunjukan dengan senang hati!" Kosim kembali menantang lawan bicaranya.
"Seperti katamu, awalnya pun aku mengira kalau anak mu ini bunuh diri dengan cara gantung diri. Tapi pada kenyataannya tidak seperti itu. Apa yang terlihat oleh mata sebenarnya tidak seperti yang kita pikirkan. Mungkin awalnya bapak memang menghendaki hal seperti inilah yang terjadi, tapi sayangnya bapak tidak cukup pintar untuk membuat kasus ini menjadi terlihat murni bunuh diri. Bapak melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa menjadi duri dalam hal ini," ucapnya.

Sutarno mendengus.

"Awalnya gue curiga dengan posisi tali gantungan yang membelit anak bapak. Karena setau gue, jika orang bunuh diri tanda jejak jeratan harusnya membentuk miring, berupa lingkaran terputus dan terletak pada bagian atas leher. Tapi yang terlihat di sini bentuknya mendatar dan ada di tengah leher, itu pasti karena usaha pelaku membuat simpul tali.

Walau pun pelaku berusaha membuat seolah Reza gantung diri dengan menaruh kursi plastik biru itu agar terlihat sebagai alat bantu, tapi bekas jejak jeratan itu mengarah pada kasus pembunuhan. Bukan gantung diri!" tegas Kosim.

"Jejak jeratan tali?" ulang Sutarno tidak mengerti.

"Ya, kalau orang gantung diri maka jejak jerat talinya akan miring ke atas dan adanya di pangkal atas leher. Tapi kalau orang dicekik atau dijerat dari belakang, jejak bekas jeratan talinya berada di tengah leher dan lurus ke belakang. Dan itu lah yang ada di Reza saat ini! Makanya gue bilang, ini bukan bunuh diri. Tapi pembunuhan yang dilakukan melalui jeratan tali dari arah belakang." jelas Kosim.

Sutarno terlihat berpikir, mencerna apa yang Kosim ucapkan. Kosim memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kali ini ia semakin terlihat santai menghadapi ayah Reza yang masih menatap tajam ke arahnya.

"Omong kosong!!" bentak pria yang ada di depan Kosim.

Mendengar gertakan Sutarno, Kosim hanya tersenyum. Sang detektif tetap bersikap santai, "gue nggak berbicara omong kosong. Pelaku sepertinya terlalu percaya diri dengan apa yang telah dilakukannya. Sehingga dia lupa dan tidak menyadari ada satu hal yang akan memberatkannya.

Saat aku melihat kondisi mayat dari sisi belakang, ada sesuatu yang menarik perhatianku. Di kedua sepatu korban ada bekas air dan tanah yang sedikit mengering, bentuk keduanya hampir sama. Posisinya pun sama. Sama-sama ada di sedikit bagian belakang sepatu, lalu mengarah ke bagian samping sepatu bagian luar.

Dari bentuk nodanya tidak mungkin terbentuk ketika korban jalan menuju ketempat ini. Siapa pun pasti tahu kalau kotoran di belakang sepatu itu tercipta karena seseorang yang menyeretnya. Dari situlah aku berpikir kalau kemungkinan bapak ini pasti bukan ayah kandung Reza. Karena meski dia sudah tidak bernyawa, kalau bapak adalah ayah kandungnya tidak mungkin bapak tega menyeret mayatnya ketika membawa korban ke tempat ini.

Pertanyaanku saat ini adalah, kenapa si pelaku tidak menggendongnya? Sementara tubuh Reza tidak terlalu besar. Jawabannya adalah, si pelaku tidak ada rasa sayang sedikit pun kepada Reza, sehingga dia dengan tega menyeretnya!" Jelas Kosim panjang lebar.

Wajah Sutarno mengelam membisu.

"Coba lihat sekeliling tempat ini, tidak ada tanah. Hampir semua permukaan di sini ditutup batu paping atau diratakan semen. Namun yang namanya kotoran pasti ada di mana-mana, apalagi tempat terbuka seperti ini. Mungkin sejak awal bapak sudah memikirkan hal ini. Namun karena merasa aman, tidak akan ada tanah yang akan menempel di ujung sepatu anak bapak, maka bapak menyeretnya.

Tapi ini lah hasilnya.

Silahkan bapak cek sendiri dan lihat, apakah yang aku ucapkan ini benar atau tidak adanya. Tepat di sudut bagian bawah sepatu, ada bekas seretan tanah berpasir yang mengering. Ini sangat aneh bukan? Kalau memang Reza datang ke sini sendirian dan gantung diri, mana mungkin dia berjalan dengan kaki mengacung ke atas dan hanya menggunakan bagian pangkal telapak kakinya saja sebagai pinjakan?" Kosim menekankan arti kotoran di sudut belakang sepatu.

Risa mengangguk-anggukan kepalanya, dia paham sekarang apa yang Kosim maksudkan dengan pembunuhan saat melihat Reza tergantung tadi. Barulah gadis ini sadar, kalau ternyata orang yang dipanggilnya kakak ini adalah orang cerdas,pengakuan nya sebagai deketif bukan isapan jempol belaka.

"Oh iya, satu lagi!" Kosim menjentikkan jarinya.
"Kalau kita lihat, keseluruhan tempat ini memang kering. Tapi karena tadi subuh ada hujan kecil, maka tempat ini agak sedikit lembab. Bapak pastinya sudah memastikan untuk tidak meninggalkan jejak di sini, dan bapak memang berhasil. Tapi bukan detektif namanya kalau tidak merasa yakin akan sesuatu!."

°°°°°°°°°°°°°°°°°
TBC....

DETEKTIF KONYOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang