Part 8

2K 118 5
                                    

Naina cukup lama berada di musholla, berada di tempat asing dan tidak ada yang mengenalnya, membuat Nai cukup nyaman untuk berlama-lama. Selepas sholat sunnah, Nai melepaskan segala kegundahannya pada Sang Pencipta.

Hanya Allah-lah yang paling tahu apa yang dirasakan oleh Nai saat ini.

'Ya Allah...ungkapan cinta dari Cenna begitu manis...tapi dia tidak tahu apapun tentang masa laluku, tentang semua jejak yang kutinggalkan, yang mungkin akan menghantui setiap langkahku di kemudian hari. Cenna adalah pria yang baik ... memang hamba belum lama mengenalnya, tapi hamba yakin jika dia adalah lelaki baik ... hamba tidak ingin menyakitinya Ya Allah ... Jauhkanlah kami, karena itu yang terbaik. ' Deraian air mata mengiringi doa Nai sore ini. Nai tahu, ia tidak seharusnya mendikte Rabb-nya, karena Allah pasti lebih tahu apa yang terbaik bagi mereka. Namun Nai tidak berani membayangkan jika ia dan Cenna harus bersama. Nai tidak sanggup melihat Cenna terluka dan kecewa akan keadaan Nai.

Karena Nai tahu,  Cenna juga telah mengisi ruang kosong di hatinya. Maka Nai tidak ingin lelaki yang telah mendapatkan tempat khusus di hatinya itu terluka.

Nai meninggalkan musholla beberapa saat kemudian, setelah memastikan bahwa Cenna tidak berhasil mengikutinya.

Semua ini adalah yang terbaik.

Berkali-kali Nai menegaskan hal itu dalam hatinya.

Nai bisa saja kembali bersikap egois, dengan menerima cinta Cenna saat ini, dan merajut indahnya kasih bersama lelaki berlesung pipi itu, serta mengabaikan perasaan kecewa yang akan Cenna rasakan saat dia tahu yang sebenarnya.

Namun Nai tidak ingin kembali memberikan kenangan buruk tentang cinta pada Cenna. Trauma yang Cenna miliki baru berangsur hilang.

Nai sengaja memilih jalan memutar untuk menuju ke pintu keluar Naminara Republic. Ponselnya bergetar berkali - kali sejak tadi. Panggilan dari Cenna. Nai memilih untuk mengabaikan panggilan itu karena dia tidak tahu harus menjawab apa saat Cenna menanyakan alasan Nai menolaknya.

Butiran salju mengkristal di ranting - ranting pohon. Menyisakan warna putih yang berkilauan ditempa cahaya matahari sore. Sebentar lagi tempat ini akan ditutup untuk umum. Maka Nai bergegas melangkah menuju bis yang akan membawanya meninggalkan tempat terindah di Korea ini. Sekaligus meninggalkan harapan semu untuk bisa kembali menata masa depan bersama orang yang dicintainya. Karena itu tidak mungkin terjadi. Setidaknya untuk saat ini.

***

Cenna tak berhasil menemukan Naina.

Puluhan kali ia sudah menghubungi ponsel gadis itu, tapi panggilannya diabaikan. Cenna masih bertanya - tanya apa yang membuat Nai berlari tadi? Salahkan jika Cenna menyukainya?
Atau Nai tidak ingin bersamanya?
Tapi hati Cenna berkata Nai pun memiliki rasa yang sama ....

Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Cenna benar - benar penasaran. Nai sungguh membuatnya penasaran. Gadis berkerudung yang selalu tampak ceria itu tiba - tiba saja terlihat sedih saat Cenna mengungkapkan rasa.

Apakah ini karena Cenna bukan lelaki yang diharapkan Nai untuk bisa bersamanya?

Tapi Nai kan harusnya bisa memberikan penjelasan. Bukan malah pergi dan diam seperti ini.

Cenna belum juga menemukan jawaban atas semua pertanyaannya.

"Naegeol su eopseul georago
ijen geureol su eoptdago
Jebal geuman harago nareul dalleji .

Jeongmal ijeobeorigo sipeo
dasin bol su eoptdamyeon
Nareul japgo itneun neoui modeun geol

Naega utgo sipeul ttaemada neon nareul
ureobeorige mandeunikka
Eoneu geot hanado naui tteutdaero neon hal
su eoptge mandeuneun geol
Niga bogosipeul ttaemada neon ireoke
muneojyeobeorigo manikka
Amuri ijeuryeogo aereul sseodo ijeul su
eoptge hanikka

JEJAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang