Since,
25/02/2019
Story about The Daddy and Me.
A nice guy who control my life,
he always said that i'm his property,
that nobody can touch me.
"What's mine is mine,
What's yours, is mine." - Daddy.
Teriakan gadis itu mengawali pagi di akhir pekan ini. Mourine, berlari kecil keluar dari kamarnya menuju kamar lain yang ada di mansion mewah itu. Setibanya disana, ia melihat sang pemilik kamar masih betah bergelung dengan selimutnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Daddy!"
"Daddy, bangun!"
Lagi-lagi teriakannya memenuhi kamar tersebut. Mourine mencoba membangunkan Daddy nya dengan cara mengguncang-guncang kecil bahu kokoh itu. Usahanya tak sia-sia, sang wira mulai memperlihatkan tanda-tanda ia telah terusik dari tidur nyenyaknya.
"Daddy, lihat! Apakah seragam ini pas untuk Mourine?"
Sang gadis bertanya dengan nada antusias yang tak ditutup-tutupi. Ya, Mourine tengah mencoba seragam sekolahnya yang baru. Lelaki yang tidurnya baru saja terganggu mulai membuka kelopak matanya yang terasa berat. Ia memperhatikan gadis kecil yang kini memakai seragam sekolah, tampak cantik.
"Hm, sangat pas sayang."
Tepat setelah itu, Edgar menarik tangan mungil itu membuat sang gadis ikut terbaring di sebelahnya. Edgar mendekap pinggang Mourine, membuat gadis itu berhadapan dengan dada bidang polos milik Edgar. Tak lama dari itu, Mourine ikut melingkarkan tangan mungilnya pada pinggang Edgar.
"Kau mengganggu tidur daddy, Princess."
Ujar Edgar dengan suara khas bangun tidurnya. Lalu, dengan tiba-tiba ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Mourine. Lelaki itu menghirup dalam aroma sang gadis, kemudian mulai memberikan kecupan-kecupan pada leher putih itu. Hisapan bahkan gigitan kecil tak terelakkan, membuat sang pemilik bergerak gelisah.
"Uhm, Daddy!"
Mourine mencoba untuk menghentikan Edgar dengan cara mendorongnya menjauh. Namun, hal itu berakhir sia-sia. Tenaga sang wira tak sebanding dengan dirinya. Edgar merubah posisinya menjadi menindih Mourine, tak sepenuhnya menindih karena ia menggunakan tangannya untuk menyanggah berat tubuhnya.
"Biarkan Daddy memakanmu sebagai sarapan."
Belum sempat Mourine menyela, bibir mungil itu telah lebih dulu dibungkam oleh bibir Edgar. Ciumannya menuntut, namun tak kasar. Mourine lagi-lagi mencoba menahan bahu lelaki itu, bukannya berhenti ia justru semakin gencar menciumi Mourine. Edgar dengan sengaja menggigit bibir bawah gadis itu.
"Akh!" Pekikan kecil tersebut memberi celah kepada Edgar untuk lebih dalam menjelajahi mulut Mourine.
"D-daddy, stoph it."
Setelah puas bermain dengan bibir mungil iyu Edgar menghentikan kegiatannya, ia menatap gadis dibawahnya sejenak. Kemudian bangkit dari atas tubuh sang gadis, ia bergeser kesamping dan duduk dengan bersandar pada kepala ranjang.
"Take off your clothes."
Seolah tahu itu adalah perintah yang tak dapat ia bantah, Mourine segera turun dari ranjang dan mulai membuka seragam sekolahnya satu persatu hanya menyisakan underwarenya saja. Edgar yang melihat pemandangan itu tersenyum sumringah, seolah itu adalah pemandangan terindah yang pernah ia lihat. Tubuh gadis kecilnya yang mungil entah kenapa ia sangat menyukainya, dibanding dengan tubuh telanjang wanita malam yang sering ia lihat di club.