Mirip Jean

1 1 0
                                        

  Jingga merapikan rambutnya dengan terburu-buru. Ah sial, mimpi itu membuatnya terlambat pagi ini. Jam wakernya pun entah karna apa tak berfungsi membangunkannya. Ah, pasti ia akan melewatkan sarapan paginya nanti.

"Mama... Jingga berangkat dulu. Assalamualaikum."
Ia berlari berharap ia akan tepat waktu sampai di sekolah nanti.
"Jingga kamu gak sarapan nak.." teriakan mama terdengar di ruang tamu.
"Gak sempet ma, Jingga udah terlambat." Ia balas berteriak.

Tak ada waktu lagi. Ia mengambil kunci motornya dan bersiap meluncur ke sekolah.

Tin tin...

"Awas pak.." teriakannya yang nyaring itu berhasil memundurkan satpam sambil mengelus dadanya. Satpam itu terkejut oleh suara toa Jingga.

"Makasih pak.." Jingga nyengir pada pak satpam setelah berhasil memarkirkan motornya. Ia langsung berlalu ke kelas.

"Chaca... minum ca minum. Minum mana..?"
" nih minum ni.." Chaca meletakkan minum di tangan Jingga. Tanpa banyak bicara Jingga langsung membuka penutup botol dan meminumnya.
"Ahh... haus banget gue."

Chaca masih menatapnya cengo dengan alis berkerut.
"Lo kenap sih Ji, kaya abis dikejar apaan aja. Ngapain aja sih lo jam segini juga baru nyampe..?" Chaca langsung menyemprotnya dengan berbagai pertanyaan. Jingga menyengir sambil mengembalikan botol minum chaca.
"Gue kesiangan Cha. "
"Kok bisa sih? Gak pernah-pernahnya lo kesiangan. "
Wajah Jingga berubah murung seketika. Chaca jadi panik melihatnya.
"Eh eh.. muka lo jadi sedih gitu sih. Kenapa sih..?" Jingga menatap sendu teman sebangkunya itu yang sudah menjadi sahabatnya.
"Gue laper cha. Gue gak sempat sarapan tadi. Bagi dong roti lo. " jingga merebut bekal Chaca yang sudah sejak tadi di atas meja.
"Eh lo yang seriusan dikit napa sih. Becanda mulu. Gue udah khawatir ini. " omel chaca dengan suara yang tak kalah nyaring dari Jingga.
"Entar gue ceritain deh.. gue makan dulu cha. Laper banget gue. " Chaca  memutar bola matanya.
"Iya deh, makan tuh makan. Abisin kalo perlu." Jingga nyengir.
"Makasih cha.. lo emang sahabat gue yang pengertian deh.."
Chaca mendengus melihat keanehan cewe yang sayangnya adalah sahabatnya ini. Entah mengapa sekarang keanehan Jingga semakin bertambah. Meski pun begitu, ia masih melihat sorot kesedihan setiap kali menatap mata temannya itu. Kapan cowo itu kembali? Chaca berharap cowo itu kembali dan merubah kehidupan jingga menjadi sebahagia dulu.

Pembicaraan mereka terhenti bersamaan dengan seorang guru yang datang. Rupanya guru itu tidak datang seorang diri. Ia bersama seorang anak cowo yang tidak dikenal mereka. Ah, Jingga bisa menyimpulkan bahwa anak itu murid baru.
 
"Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Rendy Mahendra. Saya pindahan dari SMA Nusa Bangsa"
kalimat cowo itu berakhir dan memperlihatkan senyum yang mampu membuat Jingga kaku. Senyum itu, senyum yang sama manisnya dengan dia. Cara anak baru itu berkenalan juga sama. Cara bicaranya..

"Selamat pagi, nama saya Jean Alviano putra. " cowo berambut hitam pekat berlesung pipi itu mengakhiri perkenalannya dengan senyum yang begitu manis. Matanya yang sipit hampir tak terlihat.

  Untuk pertama kalinya Jingga melihat senyum semanis itu selama ia hidup. Entah mengapa jantungnya berdetak lebih cepat. Jingga terdiam menatap anak itu. Sampai ia tak sadar bahwa orang itu kini sudah berada di hadapannya sambil melambaikan tangan.
  Jingga tersentak sadar. Orang itu tersenyum.
"Hai.., kamu Jingga? Aku Jean. Boleh duduk?" Suara rendah dan lembut itu memasuki indra pendengarannya. Jingga tak bisa berkata . Jadi ia hanya mengangguk singkat dan dibalas dengan senyum manis cowo ini. Ah, mengapa ia suka sekali mengumbar senyum. Tau kah ia jika senyumnya itu bisa membuat Jingga sakit jantung. Ah, sepertinya jingga harus memeriksakan jantungnya sepulang sekolah nanti. Berdekatan dengan anak ini membahayakan jantungnya.

"Ji..!!" Chaca menggoyangkan bahu sahabatnya itu. Entah apa yang dipikirkannya sampai melamun seperti ini.
"Eh iya, ada apa cha..?" Jingga menatapnya bingung masih dengan ekspresi kagetnya yang terlihat lucu.
"Elo yang kenapa? Kok malah melamun sih " kesal Chaca. Jingga tak menghiraukan perkataan sahabatnya itu. Ia melihat kedepan ke tempat anak baru itu tadi. Tapi ia tidak melihat keberadaan anak baru itu.

Dear J "Retrouvailles"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang