Setengah setengah hari otak mereka diperas dengan soal-soal yang cukup sulit. Hari yang melelahkan bagi Chaca. Tapi kegiatannya belum berakhir. Ia masih harus kerja kelompok di rumah Rendy seperti kesepakatan kemarin .
Buru-buru Chaca memasukkan alat tulisnya. Sedangkan Jingga sudah selesai lebih dulu.
Rendy dan Fredy sudah berada di hadapannya.
"Sudah siap..?" Rendy menatap Chaca yang masih sibuk dengan kegiatannya.
"Udah." Chaca menyahut cepat setelah ia selesai.
"Ayo." Mereka berjalan bersama.Mobil Rendy memasuki gerbang besar yang menjulang tinggi. Mobilnya mulai memasuki pelantaran rumah yang begitu luas. Chaca membulatkan matanya ketika ia menyelusuri halaman rumah yang luas itu. Diriya lebih dikejutkan lagi ketika turun dari mobil dan mendapati bangunan megah di depan matanya. Fredy juga sama terkejutnya. Tetapi ia masih bisa menyembunyikan itu dengan ketenangannya.
"Ini rumah lo..?" Ucapan spontan itu keluar dari mulut Chaca. Kalau begini jadinya pantas saja kalau Rendy tidak pelit waktu itu. Ternyata dia jauh lebih dari yang dipikirkannya.
Rendy tertawa kecil menanggapi keterkejutan Chaca. Ia tidak menjawab dan justru membawa langsung mereka memasuki rumah itu.
Pengawal yang berdiri di dekat pintu tadi membungkuk hormat ketika Rendy lewat dan membukakan pintu rumah itu. Rendy hanya mengangguk sekenanya.
Setelah memasuki rumah itu, diam-diam Fredy mengamati ruangan yang terlihat sangat luas. Tidak dengan Chaca yang melihatnya secara terang-terangan.
Rendy menuntun mereka ke sebuah ruangan besar yang langsung menghadap taman yang hanya dibatasi oleh dinding kaca. Jadi taman itu bisa terlihat dari sana. Sebuah tv besar terdapat di sisi dinding. Terdapat juga game di ruangan itu. Ada satu gitar menggantung di sisi dinding yang lain lengkap dengan piano di sudut nya.
Rendy meletakkan tasnya di sofa. Diikuti oleh mereka. Rendy memencet sesuatu di dekat meja dan meminta seseorang membawakan mereka makanan dan minuman.
"Jadi, kita mulai dari mana dulu..?" Rendy menatap ketiga temannya.
"Gue yang cari materinya deh sama Chaca. Elo sama Jingga yang nyusun ntar." Fredy mengambil minuman yang sudah dibawa oleh pembantu Rendy tadi. Mendadak ia menjadi haus. Bukan hanya haus, ia merasa sedikit aneh. Ia merasakan sesuatu yang tak tahu apa sejak pertama menginjakkan kaki di rumah ini. Mendadak suasana hatinya memburuk."Tapi sebelum itu, gue mau ke toilet dulu. " ia berdiri lalu Fredy langsung meninggalkan ruangan.
*****
Ia melihat ke kanan dan kiri. Dimana dia? Sudah dari tadi dia berjalan tapi tidak menemukan tujuannya. Ah, bodohnya ia tadi. Mengapa ia lupa tidak menanyakan di mana letak kamar mandinya.Ia melajutkan langkahnya sembari melihat-lihat foto-foto yang terpampang di dinding lorong ini. Tunggu, sepertinya ia mengenal orang di foto itu.
Ia lebih mendekati foto itu. Menatapnya dengan kening berkerut. Bibirnya terbungkam. Tidak salah lagi, foto wanita itu, dia ibunya. Lalu, mengapa ibunya bisa ada di sana..? Apa hubungan anak itu dengan ibunya?
Foto anak lelaki yang dipangku ibunya juga jelas itu bukan dia. Apa.., apa itu Rendy? Tapi memang wajahnya lebih seperti Rendy. Ahh.., lalu apa hubungan mereka? Ia mengacak rambutnya lalu meninggalkan lorong itu. Mendadak ia jadi tak berniat ke toilet lagi.
*****
Setelah berjam-jam mengerjakan tugas kelompok itu, akhirnya mereka selesai juga.
"Huhh.. capek gue. " Chaca mencomot bolu yang masih tersisa.Jingga merapikan buku-buku yang mereka gunakan sebagai referensi tadi. Ia memasukkannya ke dalam tas.
"Mau langsung pulang ga..?" Rendy membantu Jingga membereskan barangnya.
"Ia Ren. Ada janji sama mama mau dinner keluarga. Takutnya gak sempet kalo gak pulang sekarang." Ujarnya. Rendy mengangguk.
" Yaudah ayo gue anter." Rendy bangkit mengambil kunci mobilnya.
"Gue sekalian kan Ren..?" Chaca berujar setelah acara minumnya selesai.
"Iya. Ayo sekalian semuanya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J "Retrouvailles"
Fanfiction"Kebahagiaanku bukan materi Tapi kamu Jingga Orang yang sudah mencuri hatiku" Jean Alviano Putra " Kamu adalah warna terindah dalam hidupku " Olavia Jin...