03

16 5 0
                                    

Rasa penasaran masih tersisa, dicabut nya hp yang tersambung dengan charger lalu ia membuka translate, dan mengetik "katektise"
Muncul dengan huruf seperti ini

κατέκτησε

Sebuah kata yang berasal dari Yunani
Yang memiliki arti Kerasukan.

Perasaannya kian tak nyaman, kegelisahan yang datang tanpa sebab menghampiri dirinya, keringat dingin mengucur di sekitar pelipis, tubuhnya seakan tak mau bergerak, tapi tangan kirinya mencoba untuk membuka buku itu tanpa ia sadari.

Ia mencoba menahan tangan kirinya agar tidak membuka buku itu lagi. Dengan sekuat tenaga Vani berusaha menghentikan tangan kirinya, dan disaat-saat terakhir Vani berhasil menggagalkannya.

Vani mulai menetralkan napasnya, setelah dirasa sudah tenang, ia pun langsung menyimpan buku itu di dalam lemari. Dan segera menutupnya rapat-rapat.

"Apa itu tadi, kenapa tangan ku gerak sendiri?"

Ia masih terdiam, terlihat pantulan bayangan dirinya tengah berdiri di depan cermin. Dan masih memikirkan bagaimana bisa tangan kirinya bergerak dengan sendirinya.

Saat menatap cermin, bukannya melihat pantulan dirinya, malah yang ia lihat adalah bayangan gelap berada tepat di belakangnya.

Vani menjerit sejadi-jadinya, sampai sang mama datang ke kamarnya, dan berusaha untuk menenangkan. Tak kalah terkejutnya nenek juga datang menuju sumber suara tadi.

"Maa... Vani tadi liat ada bayangan hitam di cermin,"

"Kamu ngaco deh.. mana ada yang begituan siang-siang gini, bikin kaget mama aja kamu tuh, uda ah mama ke depan dulu,"

Kini di dalam kamar hanya ada Vani dan nenek, mereka duduk  bersebelahan di tepi ranjang.

"Van, kayaknya kamu banyak pikiran, coba istirahat aja,"

"Bener, kata nenek mungkin aku terlalu banyak pikiran jadi halu,"  batinnya.

"Iya, nek terimakasih,"

Nenek pun pergi dari kamar itu dan menuju ke Irma. Mereka membicarakan sesuatu yang entah apa itu, sambil berbisik-bisik.

Keesokan harinya.

Vani bersiap-siap untuk pergi ke rumah Irham. tapi Irma tidak bisa mengantarkan, berbekal kertas yang berisi alamat. Ia pun pergi menggunakan sepeda. perjalanan dari rumahnya tak jauh, butuh beberapa menit untuk menjangkau kediaman Irham.

"Hmm... Kayaknya ini dah rumahnya,"
Batinnya.

Vani mencoba untuk se-sopan mungkin memanggil pemilik rumah, sampai seorang lelaki muncul membuka pintu rumah itu.

"Loh, Vani masuk dulu yuk,"

Ia hanya mengangguk sambil tersenyum lalu mengekor masuk ke dalam rumah yang sederhana itu. Saat memasukinya, pemandangan pertama yang ia lihat, ruang tamu yang unik, banyak foto-foto bernuansa jadul tertata rapi pada bingkai foto yang terpasang di dinding.

Di sudut ruangan ada lemari kaca berisikan berbagai macam buku dan majalah. Dengan cat berwarna putih tulang mendukung rasa nyaman berada di ruangan ini.

"Anggaplah sebagai rumahmu van, buat dirimu senyaman mungkin, saya tinggal sebentar ya,"

"Iya, mas"

Berdiam diri bukan pilihan yang baik untuknya, Vani pun berjalan menuju lemari kaca, melihat-lihat buku yang di koleksi Irham. Netranya menangkap tulisan "katektise" di sela-sela buku lainnya.

"Mas Irham juga punya?" Batinnya bertanya.

"Kamu suka buku-buku lama ya Van?"

Suara yang tiba-tiba mengagetkan itu ternyata dari mas Irham yang sudah membawa nampan berisi teh hangat dan biskuit.

Katektise - Vania RouteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang